Chapter 13

1.6K 106 1
                                    

"When I lost you, I lost myself."

····

Banyak fakta yang Yofan temui pada hari kemarin; baju Nadia yang persis dengan gadis menangis dan seperti melihat Sabrina yang di angkat menuju mobil pada saat kejadian itu. Semua mampu membuat kepala Yofan berfikir keras, mengapa secara kebetulan bisa sama dengan apa yang ia lihat.

Dan mengapa berita itu terjadi pada hari yang sama dengan sakitnya Sabrina.

Aneh.

Jika hanya kebetulan mengapa, semua kejadian itu begitu sama. Walaupun sebagian hanya dugaan Yofan sendiri.

Ini sudah 2 hari, sejak kejadian kemarin. Yofan bertekat untuk terus menjenguk Sabrina. Entah apa yang akan ia lakukan di sana, mengingat Sabrina yang begitu dingin mengyikapinya.

Tapi bukan Yofan namanya jika ia patang menyerah. Keadaan sesulit apapun ia akan terus berjuang mendapat kan apa yang diimpi-impikan nya.

Pagi ini Yofan sedang menyantap makanan, di meja makan. Di temani mamanya, sudah beberapa hari Papa nya belum pulang. Mungkin kerjaan nya di Amsterdam begitu menyibukan dirinya.
Entah bagaimana rasa rindu Mamanya yang manja itu.
Yofan suka mencibik jika Mamanya yang terlalu manja.

"Ma, aku berangkat dulu" ucap Yofan setelah menengguk habis minumannya.

"Kamu mau kemana sih Fan, pagi-pagi udah kabur aja" Tanya Mamanya dengan nada yang lembut.

"Jenguk temen."

Yofan bangkit dan meraih tangan mulus Mamanya kemudian mengecup dan bergegas pergi.
Tidak ada percakapan lain, Yofan terkesan buru-buru. Ya buru-buru melihat Cewe Aneh-nya pagi ini.
ini hari Sabtu pantas jika Yofan tidak berangkat sekolah.

Dengan berjalan santai menuju mobil, Yofan terlihat tampan memakai hoodie berwarna Biru dongker, celana levis navy dan sepatu sneakernya.

Yofan menaiki Mobil nya, meng-gas dengan sesantai mungkin, tak lupa ia juga menyalakan Radio yang memutar music. Kali ini Yofan menaiki mobil, meninggalkan si black, Motor ninja nya.

Setelah, berjam-jam berada di mobil. Akhirnya Yofan sampai di Gedung besar bercat putih itu. Memasuki area parkir untuk menaru Mobil nya. Keluar dari mobil kemudian bejalan mengantungi tangan ke dalam saku.

Pesona nya tak mampu di katakan lagi, bilang saja Yofan tampan, ralat sangat tampan. Apa lagi pagi ini Yofan memakai kacamata putih silver. Sempurna, selain wajah nya yang tampan ia juga tak lupa selalu tersenyum menampakan bibir merah jambu nya.

Semakin mendekat, semakin ramai. Entah ada apa di dalam rumah sakit. Sampai pintu lobby pun banyak wartawan memegang kamera tak lupa membawa speaker bertuliskan judul infotainment-infotainment. Suasana begitu ramai apa lagi setelah selebriti itu keluar dari pintu lobby, seluruh wartawan langsung mengrubuti dan melingkari sang Selebriti. Langkah Yofan tak berhenti ia terus berjalan melewati beberapa wartawan.
Samar-samar Yofan mendengar Selebriti itu berkata bahwa anak nya baik-baik saja.
Yofan tak menghirau-kan ia terus berjalan kedalam sambil mencari ruangan Cewe Aneh-nya.

"Kreekk" suara pintu terbuka. Menampakan Cewe Aneh-nya sedang memakan buah.
Yofan berjalan santai dan melangkah dengan pd menghampiri Sabrina yang menatap tak suka.

"Hai?"

Sabrina pura-pura tak mendengar justru Gadis cantik itu malah terus mengupas buah Pier dan memakan dengan lahapnya.
Yofan hanya terkekeh, Sabrina selalu seperti ini, selalu sama dan mungkin susah jika di hilangkan.

"Salam gue gak di jawab nih?"

Sabrina hanya memutar bola mata jengah nya tanpa mengalihkan tatapan nya.

"Padahal gue kesini pengen ngasih tau, kalo senin tuh ada tugas." ucap Yofan dengan lantang.

Akhirnya tatapan Sabrina beralih melihat Yofan. Lagi-lagi hanya sebuah kebohongan mampu membuat Cewe Aneh itu menghiraukannya. Maka jangan Salah kan Yofan kalau kedekatan mereka di-atas kebohongan dan ucapan dusta bahkan misi gak jelasnya itu.

"Tugas apa?"

Yofan langsung berfikir memutar otak nya agar dustaan apa lagi yang akan membuat Sabrina percaya.

"Fisika"

Sabrina hanya membalas dengan menyeritkan dahinya.

"Bukan nya Bu Erna bilang kalau senin itu Ulangan?"

Skakmat!, kali ini Sabrina sadar. Yofan langsung memutar otak cerdik nya lagi.

"Ah, engga. Engga jadi, kemaren bu Erna bilang kalo dia mau ada proker hari senin."

"Oh"

Huh!, Selamat. Ucapanya terselamatkan. Walaupun otak cerdik nya harus berfikir ulang merangkai kebohongan nya.

"Hal berapa?"

"Mmm, kalo lo mau tau. lo harus ikut gue"

Sabrina hanya mentap datar, Memutar bola matanya dengan malas.

"Kemana?" ucap Sabrina dengan menatap tak suka.

"Udah ikut aja"

Yofan segera menangkat tubuh ramping Sabrina, mendudukan diatas kursi roda.
Tanpa Yofan ketahui Sabrina tersenyum samar-samar.

Yofan segera mendorong kursi roda Sabrina dan berjalan melewati lorong ruangan, tatapan iri tak mampu di hindarkan dari beberapa pasang mata. Pasien-pasien dan para penjenguk menatap dengan senyuman mengisaratkan bahwa yang mereka lihat adalah pasangan SMA yang sedang kasmaran.

Yofan terus mendorong menuju lapangan rumput yang luas. Lapangan itu tak jauh dari ruangan Sabrina, karna masih di dalam area rumah sakit.

"Stop, disini aja" ucap Sabrina menghentikan langkah Yofan yang mendorong kursi rodanya.

Yofan pun menduduki kursi panjang berwarna putih. Kursi itu berada tepat di hadapan kursi roda Sabrina. Yofan hanya tersenyum manis sambil mengigit bibir bawah nya gemas.

"Jadi, tugas bu Erna hal---"

"Sabrina?" ucap Seseorang yang baru saja sampai di samping mereka.

"Loh? Yofan?" ucap Nadia dengan kaget. Ya orang yang baru sampai ini adalah Nadia.

"Nadi-a?" ucap Yofan menyeritkan dahi bingung.

"Lo ngapain disini?" ucap Nadia mulai menduduki bangku itu di samping Yofan.

"Gue lagi nemenin Sabrina." ucap Yofan.

Tak di sangka semua ini terjadi dengan begitu saja. Sabrina hanya menatap Yofan dan Nadia dengan pandangan yang sulit di artikan. Entah mengapa perasaan sakit muncul dengan tiba-tiba.

"Kalian udah kenal?" tanya Nadia dengan senyuman manis nya.

Nadia sangat manis, rambut yang biasa ia gerai sekarang ia biarkan terkuncir kuda.

Hanya senyuman manis Yofan mewakili jawabannya.

"Lo gak tau? Gue sama Sabrina itu---"

"Gue duluan." ucap Sabrina memotong ucapan Nadia dan pergi dengan begitu saja.

Entah mengapa Sabrina memotong ucap Nadia. Perasaannya benar-benar kalut saat ini. Mengapa kehidupan nya seakan perlahan terbongkar dengan mudahnya di hadapan orang asing ini.

····



Jakarta, 9 mar 2017

1011 word.

Fragilitè [END] r e v i s iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang