Chapter 12

1.7K 103 0
                                    

"Merelakan orang yang kita Cinta adalah pilihan yang menyakitkan."
-Sabrina-

"Ini, gimana sih" ucap Yofan mengusap bibir Sabrina yang belepotan bubur dengan tisu.

Sabrina hanya menatap datar sambil menetralkan rasa aneh dihatinya, sesudah tersadar Sabrina menarik paksa tisu itu dan membuang nya.

"Mendingan lo pergi" ucap Sabrina dengan tatapan khas nya.

Yofan hanya mengecek pergelangan tangan kanan nya untuk melihat waktu sekarang.
Yofan hanya berdengus kasar, sambil menatap Sabrina, lagi.

"Oke" ucap Yofan membereskan perlengkapan makan dan menaruh nya di atas nakas.

"Gue balik dulu, cepet sembuh" ucap Yofan mengusap lembut kepala Sabrina dengan senyuman hangatnya.

Lagi-lagi respon Sabrina biasa saja, dengan menganggukan kecil kepalanya.
Sebenarnya perasaan Aneh nya ini seperti tidak mengizinkan Yofan untuk pergi, tapi lagi-lagi Hati dan mulut tidak bekerja sama dengan baik.

Setelah mendapati anggukan Sabrina, Yofan segera pergi sambil mengait satu tas nya di pundak dan meninggalakan ruangan putih itu.

Pandangan Yofan teralihkan kepada seorang wanita yang duduk di bangku depan ruangan Sabrina, wanita itu menangis sesenggukan dengan terus mengelap air mata.
Yofan hanya menatap heran tanpa bertanya dan malah bergegas pergi.

Tiba-tiba suara aneh muncul dari perutnya, sepertinya Yofan Lapar karna tidak makan dari pagi, Yofan berlalu ke kantin rumah sakit.
Duduk di antara bangku berhadapan, ia menyesap Coffe late, rasa nya pahit dilidah namun manis di telan seperti hati nya sekarang, Entah mengapa Ia hanya memesan Coffe padahal ia benar-benar merasa lapar.

Di meja kantin ada seorang gadis yang sedang memesan makanan, dan Lagi-lagi tatapan Yofan beralih kepada Gadis itu. Sepertinya ia mengenal dari postur tubuh dan Warna rambutnya yang coklat. Nadia, ya Nadia. Tak butuh waktu lama Yofan memanggil Nadia dengan mengangkat tangannya.

"Nad,"

Wanita itu menoleh kearah Yofan sambil mengerutkan dahi bingung

"Yofan?" ucap Nadia dengan gerakan cepat Nadia menghampiri sambil membawa segelas Teh hangat.

"Lo ngapain disini?" tanya Nadia mengambil bangku di depan Yofan lalu mendudukinya.

"Jenguk temen gue" ucap Yofan menyesap lagi coffe nya.

Hanya anggukan yang Nadia lakukan sambil mengaduk teh hangat nya dengan sedotan.

"Lo sendiri, ngapain disini?" Tanya Yofan yang melihat keadaan Nadia begitu buruk, hidung memerah dan mata yang sembab.

Nadia mendongkak lalu menjawab dengan pelan "Sepupu gue, sakit"

Tak mungkin Nadia bercerita se-detail mungkin, karna bagi Nadia Yofan masih orang asing di kehidupan Sepupunya.

"Gue balik dulu, Nad" ucap Yofan yang mulai berdiri bersiap untuk pergi.

"Oh yaudah" kata Nadia kemudian di susul hembusan nafas pelan.

Yofan berlalu pergi, pesona nya mampu membuat para pengunjung rumah sakit menatap kagum, lihat saja Yofan sangat tampan mengenakan seragam putih abu-abu nya di tambah rambut yang ditata rapih dan tampan.
Beberapa suster juga sampai menghentikan jalan mereka demi melihat Yofan dengan puas.

Ya ketampanan Yofan menurun dari Papanya, papanya yang berkenegaraan Australia mampu mewarisi wajah Yofan dengan sempurna.
Tapi di balik semua itu Yofan tidak pernah merasa tinggi hati, banyak juga Teman-teman nya yang terus mencari tahu nomor ponsel pribadinya namun tak ada satu pun yang mendapatkan.
Ya, karna Yofan juga termasuk anak yang menutup diri kesemua publik.
Ayah nya yang pemilik sekolah tempat ia belajar juga ikut andil dalam pertemanan Yofan. Hanya orang berkelas yang dapat berteman baik dengan nya, tapi tidak untuk Mamanya ia selalu bersikap adil pada semua teman anaknya.

Bicara Ayahnya, Abraham Lucas membuat Yofan jadi teringat kapan mereka berkomunikasi, hubungan yang sebenarnya sangat dekat, tapi Akhir-akhir ini menjadi jarang karna Papanya yang sibuk mengurusi Perusahaan.

Lama berjalan, Yofan sudah sampai di parkiran menaiki motor besarnya, tanpa lupa memakai jaket. Sepanjang jalan Yofan tak henti tersenyum, pesona Gadis cuek itu mampu membuat jantung nya tak berhenti berdetak.
Mengingat misi nya, entah mengapa ia harus memikirkan lagi dengan matang, ia takut kedekatan yang baru ia mulai akan meretak karna Sabrina yang tahu misi awalnya, walaupun misi ini masih hambar dan tidak jelas tapi Yofan semakin heran, kehidupan Sabrina seperti sebongkah puzzle yang belum terbentuk rapih, seperti ada yang Aneh di diri Sabrina, mengapa Sabrina begitu tertutup dan tidak mempunyai teman selama ia bersekolah di sekolah yang papanya miliki, mengapa juga berita pagi itu seperti menampakan Sabrina yang digotong kedalam mobil, ya tadi pagi terdapat berita yang menghebohkan.

Flashback on

"Kawasan rumah diva terkenal ini terkena perampokan, diketahui banyak barang-barang yang berantakan dan juga seorang Putri Rena Andira tergeletak pingsan dengan luka di dahinya, tapi tidak ada satupun yang mengkonfirmasi berita ini dengan jelas" ucap Presenter Hot gossip dengan suara yang mengiba.

Pagi pagi sekali Mama nya sudah menonton gossip di selingi Makan pagi di meja makan mereka, Yofan dan mamanya menyimak berita itu dengan kerutan dahi bingung. Entah mengapa Rena Andira diva terkenal itu Akhir-akhir ini selalu tertimpa masalah, belum lama Mobil nya menabrak pohon juga permukiman warga dan sekarang rumah nya yang terkena perampokan.

Yofan terus melihat dengan teliti, tergambar seorang anak Rena Andira yang digotong beberapa supir dan satpam kedalam mobil, di sana juga ada Rena dan Seorang gadis yang menangis di samping nya.

Rupanya Kejadian itu terekam netizen, Yofan berkerut heran seperti ia mengenal Gadis yang menangis itu, tampak jelas gadis itu meluk dengan sebelah tangannya ke bahu Diva yang menangis seraya terus mengusap pelan.

Flashback off.

Fakta baru yang terekam jelas di otak Yofan adalah Gadis itu memakai pakaian yang sama seperti Nadia yang baru saja ia temui.

°°°°

879 words

Jakarta, 15 feb 2017

Fragilitè [END] r e v i s iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang