Chapter 16

1.5K 99 7
                                    

"Ck! Kok gue di tinggalin sih," "terlambat untuk kedua kalinya" lanjutnya dengan terus berjalan memanggil bi Irah.

"Bi...Bi Irah..."

Wanita separuh baya yang merasa terpanggil itu berlari terponggoh-ponggoh menghampiri majikan nya.

"Ada apa non Sabrina" tanya bi Irah yang yang masih mengenakan celemeknya.

"Pak wadi udah nganterin Nadia duluan ya bi?"

"Iya non tadi sekalian nganterin Ibu manggung ke luar kota."

"Terus pak Asep kemana?" tanya Sabrina yang mencari cari keberadaan supir lain nya itu.

"Pak Asep izin non anak nya lagi sakit"

Perasaan Sabrina semakin resah sudah telat bangun dan sekarang tidak ada yang mengantarnya, bagaimana ia bisa sampai sekolah.

"Duh bi, gimana ya Sabrina ada ulangan pagi ini. Terus juga Sabrina gak tau harus naik bis yang mana" ucap Sabrina dengan wajah panik.

"Non mau bibi anterin kesekolah?" tanya Bi Irah dengan tampang polosnya.

"Hah? Masa di anterin sih?" ucap Sabrina dalam hati

"Gak usah deh bi, yaudah kalo kesekolah naik bis nomor berapa?" Sabrina bersumpah, baru kali ini naik bis.

"83 non"

Setalah meminta nomor bis, Sabrina langsung berlari tergesa-gesa, ia langsung mencari halte terdekat. Sepuluh menit berlalu ia masih di halte dengan wajah yang panik.

"Gimana nih, ya Tuhan" ucap Sabrina dengan mengelap keringatnya karna panas matahari sudah nampak terik

Tak lama mobil besar berwarna hijau tua lewat dan tepat mobil itu bernomor 83.
Tanpa aba-aba Sabrina langsung lari dan naik kedalamnya.

"Oh, God" ringis Sabrina yang melihat keadaan di dalam bis ini, ia tidak bisa duduk karna keadaan mobil yang banyak di penuhi orang-orang yang ingin kerja pagi.

Ia mengelap keringat yang turun dengan deras mengucur hingga keleher. Sudah di pastikan jika ia akan telat lihat saja jam sudah menunjukan enam dua lima. Lima menit lagi bel pasti sudah di bunyikan.

Tak lama bis sudah berhenti tepat di depan sekolah nya. Baru saja Sabrina menginjak tanah suara bel terdengar nyaring hingga keluar sekolah.

"Ah sial!" umpat Sabrina dalam hati dengan tangan yang meremas rok abu-abu nya.

"Syuuuttt" siulan terdengar memanggil.

Sabrina langsung menghadap kebelakang, betapa terkejutnya bawa cowo rese itu berada di depan nya sekarang.

"Mau masuk yaa?" tanya Yofan menaikan sebelah alisnya.

Sabrina hanya menatap datar tanpa minat kemudian melihat kearah lain.

"Mendingan lo ikut gue, itung-itung nambahin pahala." ucap Yofan dengan senyum menawan nya.

"Gue mau masuk aja" ucap Sabrina dengan berbalik tubuh dan berjalan mendekat ke arah gerbang sekolah.

"Yakin mau masuk? Lo gak takut bu Neta," teriak Yofan yang langsung menghentikan jalan Sabrina.

"Dia lagi piket hari ini, pasti lo bakalan di hukum" lanjut Yofan dengan melipat tangan nya kearah dada.

"Tapi gue mau ikut ulangan" ucap Sabrina dengan tatapan memelas nya, tatapan baru lagi yang ia berikan keorang asing ini.

Yofan menghampiri Sabrina sambil berkata "percuma, karna lo bakal kena bersihin toilet sampai istirahat dan lo akan ketingalan ulangan pagi."

Fragilitè [END] r e v i s iTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang