Jun

4.4K 455 11
                                    

Jun ✖ you

***

Maaf atas segala keegoisanku selama ini

***

"Mau ke kantin?" Jun duduk dihadapanku, tangannya mengusap-usap lembut kepalaku. Sementara aku masih setia dengan posisiku yang menenggelamkan kepalaku diantara tanganku diatas meja.

Aku menegakkan tubuhku, tanganku menutup mulutku yang menguap. Ngantuk rasanya ketika pelajaran sejarah tadi. "Sudah istirahat?"

Jun mengangguk, "Tentu saja. Makannya jangan tidur mulu." Jun mencubit kedua pipiku gemas.

Aku hanya menggelembungkan pipiku sebal. "Habisnya membosankan."

"Hei, stop memasang wajah seperti itu! Kau mau kucium, ya!"

Aku memeletkan lidah padanya, kemudian berlari meninggalkannya. "Tangkap aku kalau bisa! Hahaha."

"Yak! Tunggu aku."

Di kantin...

"Hah hah hah, kau cepat sekali sih larinya," ucap Jun terengah-engah. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung bermunculan di dahinya.

"Itu sih kau saja yang lambat." Aku menempelkan satu kaleng soda dingin ke pipinya.

"Terimakasih." Dia meraihnya, membukanya tergesa lalu meminumnya.

"Pelan pelan minumnya."

"Oh ya, Jun. Kamu gak lupa kan nanti malam." tanyaku.

"Hah? Memang ada apa nanti malam."

Aku mencubit pinggangnya sebal. "Ish, kamu lupa?!"

"Aduh aduh, hentikan. Aku hanya bercanda." Aku berhenti, kemudian menatapnya tajam. "Memangnya apa?" tanyaku.

"Hm, ada MU vs Liverpool kan? Aku ingat."

Aku menatapnya tak percaya. Mana mungkin ia bisa lupa hari anniversary hubungan kita yang setahun? Dia sengaja atau benar benar lupa sih?

"Terserah." Aku pergi meninggalkannya. Mengacuhkan Jun yang mengekorku seraya memanggil namaku dibelakang.

"(Yn)!"

"(Yn), tunggu aku."

Dia menarikku, kemudian melingkarkan sebelah tangannya pada pinggangku. Mengikis jarak diantara kita berdua.

"Ya! Ka-kau mau apa? Na-nanti ka-kalau ada yang lihat bagaimana?" ucapku terbata-bata. Jarak sedekat ini membuatku sangat gugup. Jantungku yang berdegup sanagt kencang membuatku takut kalau ia bisa mendengarnya karena jarak yang dekat.

"Tidak ada orang tuh, disini. Lagipula yang lain pasti sedang di kantin." Ucap Jun. Pandangannya menelusuri sekitar koridor tempat kami berdua. Koridor yang memang jarang dilewati murid murid karena disini hanya jalan yang menghubungkan dengan ruang olahraga, ruang musik, dan ruang lainnya yang jarang digunakan.

"Kau membuatku sesak napas, Jun."

Bukannya melonggarkan tangannya dipinggangku, ia justru makin mempereratnya. Membuat kedua tanganku refleks terangkat ke atas dadanya, menahan dadanya agar tak menempel dengan dadaku.

Sebong Imagine » svtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang