part 7

5 1 4
                                    

Akhirnya kami sampai di paris, tempat yang kami mimpi-impikan dari dulu. Awalnya aku merasa ini adalah sebuah mimpi di siang bolong, karena untuk menginjakkan kaki di kota paris adalah hal yang berat aku capai. Bagaimana tidak? Aku harus menyediakan uang yang sangat banyak agar dapat ke kota Paris. Tetapi, semua ini sudah terjawab, aku dan ketiga sahabatku sudah berada di kota Paris tepatnya di menara Eiffel. Ketiga sahabat akulah yang membantuku agar bisa ke kota Paris nan romantis ini.
Paris!!! Yey kita sampai di Paris. Teriak Gladis, salah satu sahabatku yang memiliki sifat telmi atau telat mikir. Dengan begitu, dia tampak lucu dan menarik. Tujuannya ke kota Paris adalah ingin melihat koleksi-koleksi fashion yang ada di kota ini. Tentu saja Gladis adalah tipikal wanita yang sangat feminim. Sedangkan Vera adalah sahabatku yang paling tomboy, hobinya menjahili teman. Tetapi tujuannya di kota Paris adalah dia ingin menjadi potografer yang handal, dan bisa memotret tempat- tempat yang menarik di kota Paris ini. Kalau bisa ya Ver hehehehe.

Nah, sahabat aku yang satu ini orangnya pendiam banget, namanya Lidia. Tujuannya berada disini adalah ingin meliput semua kejadian-kejadian yang ada di kota Paris. Waw!! Ekstrem juga ya
Tapi tunggu, aku udah ceritaiin tentang ketiga sahabatku, beserta tujuan mereka di kota Paris, kalau aku? Apa ya tujuanku di Paris ini? Sebenarnya aku bingung mau ngapain saja di kota Paris nan indah dan romantis ini. Mataku tertuju ke menara Eiffel yang berdiri kokoh tepat dihadapanku. Paris adalah negara yang romantis, yah banyak orang yang berkata seperti itu, bahkan film-film dari Indonesia banyak yang syuting ke kota Paris ini, tujuan mereka adalah agar terciptanya kemistri romantisan antar pemain yang akan beraction.

Dan banyak juga yang berkata kalau sudah ada di Paris pasti akan medapatkan jodoh yang kita inginkan. Hmmmm itu benar gak ya? Tapi menurutku itu hanya mitos, coba pikir pakai logika, masa iya kota yang memberikan kita jodoh? Jodoh, maut, rezeki yang menentukan Allah SWT. Terkadang manusia memang pintar mengada-ngada. bruk!!!! yah, itu adalah suara, yah suara!! Tanpaku sadari, aku menabrak seorang pria yang memakai seragam polisi, berparas tampan, memiliki rahang yang keras, hidung yang menjulang kedepan dan berpostur tinggi tegap. Pria itu tepat dihadapanku, jarak kami sangatlah dekat. Tetapi tidak dekat dekat banget sih hehehee.

"So-- sorry Mr. "Kataku dengan tergugup. Oh sial mengapa aku jadi gugup seperti ini? Oh ayolah jantung, tolong dikondisikan.

"Yah, no problem"Sahutnya singkat dengan nada datar. Hmm kalau dilihat-lihat pria ini bukan asli penduduk kota Paris. Karena tampangnya bukan bule. Sepertinya pria ini orang Indonesia. mataku melihat suasana sekitar, banyak sekali pengunjung. Tetapi Gladis, Vera, dan Lidia kemana?
Loh? Mereka kemana? Gue di tinggalin sendirian. Duh Aku bermonolog.

"Maaf, apakah kamu berasal dari Indonesia?" Tanya pria itu padaku.
"Iya saya dari Indonesia. Kamu bisa bahasa Indonesia?oh,atau jangan-jangan----? "Ucapan ku terhenti saat pria itu bilang bahwa dia juga berasal dari Indonesia.

And Yessz!! Tebakanku benar pria ini asli orang Indonesia.
Karena kami sama-sama berasal dari Indonesia, maka kami sempat berbincang-bincang. Pria itu mengajakku kesebuah coffe yang tidak jauh dari menara Eiffel. Katanya sih mau mengajak aku ngopi, yah selagi itu halal dan tidak dilarang oleh agama, kenapa tidak? Sayang loh rezeki kalau ditolak.

"Jadi kamu ke Paris bersama siapa? Orang tua? Pacar? Atau teman?" Tanyanya bertubi-tubi. Kami memang sudah sampai di coffe tersebut.

"Sama ketiga sahabat saya. Paris memang impian kami sejak dulu"Jawabku.
"Terus, kalau kalian sahabat, kenapa mereka meninggalkanmu?" Pria itu bertanya kembali.

"Mereka tidak meninggalkan saya, mungkin saja mereka tengah berkeliling menara Eiffel. kota Paris adalah impian kami dari dulu, ketiga sahabat saya juga memiliki tujuan ke kota ini. ada yang ingin melihat koleksi-koleksi fashion, ada juga yang ingin mengambil keindahan kota Paris ini dengan gambar, ada juga yang ingin meliput kejadian-kejadian yang ada di kota ini. Keren kan?" Aku bercerita tentang mengapa kami ingin sekali berkunjung ketempat ini.

"Iya keren, tapi yang keren ketiga sahabatmu. Lalu tujuan kamu sendiri apa? "Tanya pria itu dengan tampang dinginnya. Spontan saja aku terdiam mendengar pertanyaan itu, aku memang bingung menjawabnya, pertanyaan ini sangat susah! Lebih susah dari pada soal-soal UN (Ujian Nasional). Akupun tersenyum kikuk kepadanya.
"Tujuan saya hmmm.. tujuan sayaaa.. Ah saya juga bingung apa tujuan saya kesini" Aku menjawab dengan kebingungan. Tampak dia menaikkan sebelah alisnya dan seketika dia tertawa, entah apa yang lucu.

"Kenapa?" Tanyaku dengan tampang polos. Duh kalau lama-lama kaya gini, yang ada aku sama seperti Gladis, yang sering menunjukkan tampang polos yang menggemaskan.

"Kamu lucu, tujuan kamu disini aja kamu tidak tau, apa lagi tujuan hidupmu? Apa jangan-jangan kamu tidak punya tujuan hidup?" Pria itu melanjutkan tawanya.
Nih cowok ganteng-ganteng tapi songong dan nyebelin ya,, huh. Nyesel deh ketemu sama ni cowok Batinku.
Tampangku sudah seperti bom atom yang sudah siap meledak.

"Saya hanya bercanda, jangan masukin hati tapi masukin jantung aja" Ucapnya tersenyum.
Sama saja Aku mencurutkan bibirku. Kini pria itu tersenyum lebar, yah senyumannya sangatlah manis, seperti gula. Kalau dilihat-lihat pria ini masih muda, mungkin seumuran denganku dan ketiga sahabatku.
Oh iya, dari tadi kita belum kenalan, nama saya Andre Ferdiasyah Pria itu menjalurkan tangannya kearahku.
Saya Cesta Sarasati Aku menerima jaluran tangan pria yang bernama Andre tersebut.

Sementara itu, Gladis, Vera, dan Lidia sudah kembali ke menara Eiffel, setelah mereka sempat berkelana.
"Loh, Cesta kemana?" Tanya Lidia.
"Bukannya tadi dia disini?" Vera bersuara menunjuk kearah menara.
"Jangan-jangan Cesta diculik, duh gawattt!!!" Ucap Gladis histeris.

"Duh Dis, lo jangan parnoan dulu deh" Ucap Vera jengkel.
"Yaudah gue telpon Cesta dulu"

Lidia menelphonku. Tuuttttttttt!!!
Aku mengeluarkan handphone dari saku celanaku, karena handphoneku berdering.
"Hallo" Lidia Ucapku dari sebrang telphon.
"Hallo Ces, lo dimana? Kita nyariin lo dari tadi" Lidia menanyakanku dengan khawatirnya.
"Gue ada di caffe dekat menara Eiffel." Jawabku

Sambungan terputus begitu saja,aku hanya menatap layar handphonenya ku heran. Aku mencoba menghubungi kembali nomor itu,namun sialnya,pulsaku habis. Dan pasrah,aku hanya menunggu keajaiban,mereka menjemput ku disini,karena saat berbicara tadi aku belum sempat menanyakan keberadaan mereka.

****
Udah sampai diparis nih,gue mau nanya kalo lo bisa nginjakin kaki disana,apa hal pertama kali yang bakal lo lakuin pas nyampe sana?

Let's comment
Happy Reading

Kado terindah untuk sahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang