part 8

3 1 0
                                    

Merekapun sampai di coffe tempat aku berada bersama Andre, yah polisi yang baru saja bilang kalau aku tidak punya tujuan hidup. Huh sangat menyebalkan!

"Yah Allah Ces,, lo kemana aja sih?" Tanya Vera khawatir.
"Gue gak kemana-mana kok, masih ada di Paris"Jawabku cengengesan.

"Cesta!!!!  Lo di tangkep polisi?" Tanya Gladis histeris, baru saja aku ingin menjawabnya Gladis sudah bertekuk lutut di hadapan Andre dengan tampang polosnya.

"Pak polisi, plissssss!! Jangan tangkep Cesta, dia orangnya baik, cantik, tidak sombong dan rajin menabung". Ucap Gladis. Lucu sekali melihat sahabatku yang satu ini.

"Eh Gladis.. percuma lo mau ngomong apa, pak polisinya gak bakal ngerti. Speak English" Ucap Vera sewot melihat sikap Gladis yang kelewatan polos samapai terlihat bloon.

"Saya ngerti kok, saya juga orang Indonesia sama seperti kalian" Ucap Andre kepada semuanya.

"Bapak orang Indonesia?" Tanya Lidia.
"Iya Andre orang Indonesia" Aku yang menjawab pertanyaan Lidia.

"Kok  bisa sih ketemu sama bapak polisi ganteng ini?"Tanya Gladis kepadaku.
"Yah ceritanya gue sempat nabrak Andre dan kami kenalan deh" Jawabku enteng.

"Begitulah,karena dia bingung dan saya liat dia sendirian,saya coba menyapa tapi dia nya nggak nyahut,pas saya jalan kearahnya. Ehhh dia nabrak saya" Kini Andre ikut angkat suara.
"Duh Ces, sorry ya kita ninggalin lo tadi"Ucap Lidia.
"Makanya kalau hidup itu punya tujuan" Ucap Andre seperti meledek.
Saya punya tujuan hidup kok Aku membantah ucapannya.
Kalau begitu apa tujuan hidup kamu? Tanya Andre.
Aku kembali terdiam untuk kesekian kalinya. Lagi-lagi juga aku dibuatnya skakmat. Huh sangat menyebalkan.!

"Tuh, kamu aja bingung. Yaudah karena kamu sudah bertemu dengan sahabatmu, saya pamit". Ucap Andre lalu beranjak pergi.

"Dadah bapak polisi ganteng." Ucap Gladis dengan tampang polosnya.

"Tunggu!!!!!!! *Teriakku. Andre berhenti dan memutar tubuhnya kearahku.
"Ada apa lagi?"Tanyanya dengan sikap yang dingin.
"Saya akan membuktikan kepada anda bapak Andre Ferdianyah, bahwa saya punya tujuan hidup. Jawabku dengan suara yang meninggi.

"Buktikan, saya tunggu."Ucapnya lalu pergi meninggalkan kami semua.

"Iiiiihhhh.. ngeselin banget sih tuh cowok!" Geramku.

"Pak polisi itu gak ngeselin Ces, dia kan ganteng dan unyu-unyu gimana gitu." Ucap Gladis membela Andre.

"Duh Dis. Udah deh gak usah keganjenan."Ucap Vera.

"Kenapa sih Ver? Lu sirik?" Gladis mulai sewot melihat sikap Vera.
"Dih, siapa yang sirik?". Vera mulai emosi. Memang saja, Vera dan Gladis sering berantem, tapi itu yang membuat mereka dekat. Ada-ada saja memang.

"Udah-udah kalian jangan berantem.!! Mendingan sekarang kita ketempat penginapan. Ayah sama bunda gue udah nyiapin semuanya"Ucap Lidia.

"Asyikkkk. Gue bisa tidur." Ucap Vera kegirangan.

***
   Sesampainya di tempat penginapan, sebetulnya tempat ini adalah apartement milik kedua orang tua Lidia. Kami langsung membereskan pakaian dan barang-barang yang kami bawa. Setelah itu kami tak luput juga menunaikan ibadah sholat magrib, karena waktu sudah menunjukkan petang hari.

"Ces, lo kenapa ngelamun?" Tanya Lidia. Kami baru saja selesai menunaikan ibadah sholat Maghrib. Kini aku berada di rooftop apartement sembari melihat indahnya kota Paris dimalam hari. Sedangkan Vera dan Gladis  sudah tertidur lelap di atas tempat tidur.
"Gapapa kok Lid" Jawabku tersenyum kepada Lidia.

Saat perempuan bilang 'nggak papa' harus nkamu tahu bahwa sebenarnya dibalik itu semua ada apa-apa .

Dan Lidia tidak percaya pada kata-kata ku. Aku menghargai nya dan menceritakan apa yang memang menjadi pikiranku saat ini

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kado terindah untuk sahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang