Bab 2 (Bohong)

2.5K 106 0
                                    

Aku keluar dari sekolah dengan tergesa-gesa. Aku bermaksud akan langsung ke rumah Justin tanpa pulang ke rumah terlebih dahulu. Tiba-tiba aku mendengar seseorang memanggil namaku. Aku mencari asal suara itu. Ternyata Dad yang memanggilku. Apa? Dad? Mengapa dia disini? Seharusnya dia sedang di kantor. Aku berjalan menghampiri Dad yang sedang berdiri di samping mobil tuanya. “Ayo kita pulang Viona.” Ku lihat kesedihan di wajahnya. “Tapi Dad, aku mau ke rumah Justin..” protesku. “Ayolah Viona, kau harus pulang. Ada sesuatu yang penting.” “Baiklah Dad.” Aku tak mampu menolak permintaan Dadku. Aku bertanya dalam hati, sesuatu yang penting apa yang dimaksud Dad? Dan mengapa Dad terlihat sedih?

                             

***

  Dad dan aku sampai di rumah. Aku sangat terkejut saat melihat Momku dan kedua orang tua Justin, Mom Pattie dan Dad Jeremy (aku tidak diperbolehkan Justin memanggil mereka Om dan Tante) sedang duduk di ruang tamu dengan ekspresi yang sedih. “Viona..” panggil Mom Pattie. Suaranya sangat lemah. “Iya Tante, eh Mom maksudnya.” jawabku gugup. “Kemarilah nak..”

  Aku duduk di antara Momku dan Mom Pattie. Dad dan Dad Jeremy duduk di seberang kami. “Kau saja yang menjelaskan,” ujar Momku pada Mom Pattie. Menjelaskan? Menjelaskan apa? Apa yang sebenarnya terjadi? Ku lihat Mom Pattie memejamkan mata dan mengatur napasnya. Ku rasa dia sedang menenangkan diri. “Viona, kami punya berita buruk. Kami harap kau tidak shock.” ujarnya lirih. Kabar buruk? Kabar buruk apa? Tolong jangan katakan ini ada hubungannya dengan Justin. “Viona, Justin…..” Mom Pattie mulai menangis. “Justin kenapa Mom? Kenapa?” aku mulai panik. “Justin kecelakaan.” Jawab Dad Jeremy. “APA?” suaraku melengking tinggi. “Antarkan aku ke rumah sakit sekarang, Mom, Dad..” Ku rasa sesuatu yang hangat mengalir di pipiku. Aku menangis. Padahal aku berusaha untuk tidak menangis tapi ternyata air mataku tak bisa dibendung lagi..

“MOM, DAD, ANTARKAN AKU KE RUMAH SAKIT. SEKARANG.” aku berteriak karena tak ada seorangpun yang merespon permintaanku barusan. “Viona, Justin tidak ada di rumah sakit.” ucap Momku. Mom meletakkan kedua tangannya di bahuku dan menenangkanku.

  “Lalu dia ada dimana?” tanyaku. Kepalaku mulai pusing. “Kami tidak tahu. Kemungkinan dia terbakar bersama mobilnya.” jawab Dadku. “Itu tidak mungkin. Kalian pasti bohong. Justin tidak mungkin meninggal.” “Tenanglah Viona. Kami akan menjelaskan semuanya.” ucap Dad Jeremy.

  Aku memejamkan mata dan mengatur napas. Mom dan Mom Pattie memegangi tanganku. Setelah agak tenang, aku membuka mata. Dad Jeremy mulai menjelaskan. “Tadi, pagi-pagi sekali Justin sudah pamit pergi. Dia bilang, dia akan membelikanmu kado, setelah itu dia baru akan menjemputmu.” Dad Jeremy menarik napas lalu melanjutkan penjelasannya lagi. “Sekitar pukul 08.00 AM Christian datang ke rumah kami bersama seorang polisi. Mereka mengatakan bahwa Justin kecelakaan. Christian melihatnya sendiri. Mereka mengatakan bahwa mobil Justin ditabrak oleh mobil dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi. Kemungkinan supir mobil itu sedang mabuk. Lalu mobil mereka meledak 5 detik kemudian sebelum orang-orang sempat mengevakuasi Justin dan sopir mobil tersebut dari dalam mobil. Polisi hanya menemukan mayat supir tersebut yang sudah hangus terbakar diantara puing-puing mobil. Mereka tidak menemukan Justin disana. Kemungkinan dia sudah hangus terbakar sampai menjadi abu.”

  Aku tak bisa berkata apa-apa mendengar penjelasan Dad Jeremy. Aku sungguh tidak percaya. Aku yakin Justin belum meninggal. “Christian menemukan ini tak jauh dari mobil Justin.” ucap Mom Pattie sambil meletakkan sebuah kotak ungu berukuran sedang di pangkuanku. “Ini kado dari Justin yang belum sempat ia berikan padamu..” Mom Pattie menangis lagi. Aku merasa kepalaku semakin pusing. Ku lihat ruangan berputar-putar dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.

Because My Angel is a VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang