Bab 7 (Aneh)

2.6K 95 0
                                    

“Mom, Dad, aku pulang..” ucapku agak berteriak. Mom dan Dad yang tadinya sedang mondar-mandir tak karuan langsung menoleh dan menghampiriku. Mereka mengamatiku lalu bernapas lega.         

  “Syukurlah kau baik-baik saja. Mom dan Dad sangat cemas seharian ini kau menghilang. Kami kira kau jadi korban selanjutnya..”ucap Momku. “Korban selanjutnya? Korban apa Mom, Dad?” “Korban pembunuhan. Hari ini telah ditemukan 5 korban pembunuhan. Sebenarnya hal ini sudah terjadi sejak 1 bulan yang lalu tapi korbannya tidak sampai sebanyak sekarang.” jawab Dadku. “Hah?” hanya kata itu yang bisa ku ucapkan. “Sampai sekarang polisi belum bisa mengungkap siapa pelakunya. Tidak ada jejak yang ditinggalkan pelaku. Anehnya, tidak ada darah setitikpun di dalam tubuh korban dan selalu ada dua titik di leher korban seperti bekas gigitan.” jelas Dadku. Aku merinding mendengar penjelasan Dad. “Mom pikir mereka adalah korban dari vampir.” ucap Momku. “Vampir?” tanyaku. “Iya. Karena sudah tidak ada darah di tubuh korban. Pasti vampir itu sudah meminum semua darahnya. Dan ada bekas gigitan di leher serta tak ada jejak sedikitpun yang ditinggalkan. Manusia tidak mungkin melakukan pembunuhan seperti itu.” “Aku tak percaya dengan hal-hal seperti itu. Vampir itu kan makhluk legenda Mom. Kalau aku sudah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, aku baru percaya.” “Terserah kau saja, yang jelas mulai sekarang kau harus hati-hati.” ucap Momku. “Iya Mom.” “Ngomong-ngomong kau dari mana saja?” “Dari suatu tempat Mom. Rahasia hehe” Aku langsung masuk kamar sebelum Mom ‘menginterogasi’ku.

Sekarang di luar sangat mendung, padahal tadi saat aku pulang dari rumah Justin matahari masih bersinar terik. Aku masuk ke kamar dan mengunci pintunya. Saat aku berbalik badan, aku sangat terkejut. Aku melihat Justin sedang duduk santai di sofa kamarku dan tersenyum manis padaku. “J j just justiinn..” ucapku terbata-bata. “Ya. Ini aku sayang.” Justin berdiri dan berjalan menghampiriku yang masih terdiam di depan pintu. “Aku kan sudah bilang, aku akan sering mengunjungimu..” Justin membelai pipiku. “Heii jangan kaget seperti itu.” ucapnya karena melihatku hanya diam saja. “Dari mana kau masuk?” tanyaku. “Jendela” “Bagaimana kalau Mom dan Dadku tahu kau ada disini?” “Tenang saja sayang. Mereka tidak akan tahu kalau aku sedang berada di kamar gadis mereka.” “Hmm. Tunggu disini. Aku mau mengambilkanmu camilan dan minuman.” ucapku. “Tidak perlu. Aku tidak lapar dan haus.” “Tapii…” “Sudahlah. Aku hanya memerlukanmu.” Justin menarikku ke dalam pelukannya. Dia mulai mencium leherku namun sedetik kemudian dia berhenti. Justin melepaskanku dan sedikit menjauhiku. Ku lihat lensa matanya berubah warna menjadi hitam pekat tapi setelah ia mengedip lensa matanya berwarna coklat kembali.

  Ku rasa penglihatanku mulai tak beres. Aku pasti salah lihat. Mana mungkin warna lensa mata Justin bisa berubah-ubah secepat itu.

  Justin masih berdiri mematung di hadapanku. “Ada apa?” tanyaku. “Ada aku dan kau.” jawab Justin sambil tersenyum jahil. “Bukan itu maksudku. Tadi kau kenapa?” “Aku tidak kenapa-napa.” “Ya sudahlah kalau kau tak mau memberitahuku. Aku mau mandi dulu. Kau tunggu disini saja.”

***

  Setelah mandi aku menonton TV. Aku dan Justin duduk di sofa depan TV. Karena tidak ada acara yang menurut kami bagus, kami memutuskan untuk melihat berita saja. Acara berita itu sedang membahas masalah pembunuhan yang diceritakan Mom dan Dad tadi. Aku merinding mendengar berita itu dan melihat gambar korban-korban yang ditayangkan di TV. Aku bergeser dan merapatkan tubuhku ke Justin. “Bagaimana pendapatmu mengenai masalah ini?” tanya Justin. “Aku tak tahu. Tapi menurut Mom, pelaku pembunuhan berantai ini adalah vampir.” “Kau percaya vampir?” “Tidak. Kecuali aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.” “Oh. Apa yang akan kau lakukan seandainya pembunuh itu ada di kamarmu?” “Jangan menakut-nakutiku seperti itu. Kau tidak lihat bulu kudukku sudah berdiri semua?”

Justin kembali fokus menonton berita. Wajahnya datar tanpa ekspresi.

  “Vionaaa.. Ayo turun. Sudah waktunya makan malam..” teriak Momku sambil mengetuk pintu kamarku. “Iya sebentar Mom..” jawabku. “Kalau begitu aku pulang dulu.” Justin bangkit dan berdiri. “Kau akan kesini lagi?” tanyaku. “Akan ku usahakan.” Justin mengecup keningku. “Jaga dirimu. Jangan sampai kau digigit vampir..” candanya

Because My Angel is a VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang