15

1.9K 104 10
                                    

"jinyoung-ah jangan tutup matamu kau harus terus terjaga, kumohon, jangan tinggalkan aku jinyoung-ah.. kumohon. Aku tidak sanggup kehilanganmu lagi."

Youngjae hampir menangis melihat adegan didepannya. "gyeom-ah apa ada cara lain?"

"mungkin ada."

Mata Mark langsung berbinar, ia menarik narik tangan Yugyeom. "kumohon gyeom, tolong jinyoung apapun caranya. Kumohon."

"tentu saja Mark hyung. Kita harus kembali ke posko, sepertinya masih ada persediaan darah disana, setidaknya dengan begitu akan cukup membantu menambah waktu kita menuju rumah sakit tanpa resiko kehabisan darah. Tapi kita harus cepat. Ayo."

Sekarang kendali dipegang oleh yugyeom. Mereka kembali ke posko dengan mobil yang Mark pakai. Youngjae menyetir, dengan yugyeom yang duduk didepan dan Mark dan Jinyoung di belakang. Komando pasukan sudah Mark berikan pada Park Sungjin untuk mengurus para penjahat agar diserahkan langsung pada polisi.

Mark sebenarnya tidak sampai hati untuk meninggalkan anggotanya tapi toh mereka sudah memaklum dan menyuruh Mark untuk mendampingi Jinyoung.

Mereka sampai ke posko 15 menit kemudian, Mark menggendong Jinyoung keluar yang diikuti oleh Yugyeom sementara Youngjae memarkirkan mobil untuk stand by lalu menyusul ke posko.

Kedatangan Mark langsung disambut oleh Dowoon, rekan Yugyeom yang juga berada satu unit dengannya, Yugyeom sudah memberitahukan keadaan Jinyoung sebelumnya pada Dowoon sehingga mereka sudah siap dengan segala perlengkapan yang diperlukan.

"Jinyoung hyung bergolong darah apa Mark hyung?" Tanya Yugyeom sambil sibuk memilah milah labu darah dalam kotak.

"O." Jawab Mark singkat.

Yugyeom mendesah berat. "hanya ada satu labu darah golongan darah O disini, bagaimana ini? Dowoon hyung, apa cukup?"

Dowoon ikut mendesah. "Sepertinya tidak. Darah yang keluar sangat banyak, akan sedikit kemungkinan Jinyoung hyung bisa bertahan." Jawab Dowoon sambil sibuk memasang alat untuk mendonor darah.

Mark semakin panik dibuatnya. "Apa tidak ada cara lain? Kumohon.." Mark hampir menangis lagi saat itu, ia bahkan sampai berlutut didepan Dowoon.

"Komandan, kalau aku bisa aku pasti tidak akan menolak. Aku berusaha sebisaku. Memang ada cara lain dengan mendonorkan langsung dari orang lain, tapi belum pernah ada yang mempraktekannya disini, dan tidak ada yang sanggup. Resikonya juga terlalu besar. Sekarang kita hanya bisa bergantung pada satu labu darah ini saja. Kuperkirakan Jinyoung hyung bisa bertahan selama satu jam paling lama satu setengah jam tidak lebih dari itu tapi kita tetap harus cepat, semakin lama Jinyoung hyung pasti akan kesakitan dan peluru ditubuhnya harus segera diambil agar tidak menimbulkan infeksi. Aku sebenarnya bisa mengambil pelurunya disini, tapi itu akan mengurangi watu kalian menuju rumah sakit." Dowoon menatap Mark menyesal.

Perasaan mark hancur. Ia ingin menolong Jinyoung tapi tidak ada yang bisa dilakukannya. Ia ingin menangis tapi tidak akan merubah keadaan. Ia ingin marah tapi tidak ada yang salah disini. Kenapa tidak aku saja yang tertembak? Jinyoung-ah.. kenapa kau lakukan ini? Mark hampir putus asa tapi tidak, ia tidak boleh putus asa. Jinyoung masih punya harapan.

"Kalau begitu siapkan perlengkapanmu sekarang juga, kau harus ikut ke rumah sakit."

"ye?"

"Ambil peluru yang ada ditubuh Jinyoung di mobil selama perjalan dengan begitu tidak akan mengurangi waktu perjalanan kita." Kata kata Mark sangat terdengar tegas dan mutlak, siapa saja yang mendengar tidak akan ada yang berani menolak.

Dowoon sempat diam dan hanya ternganga di tempatnya sampai mendapat tatapan menusuk dari Mark. "Ba..baik. Aku siap siap dulu." Dowoon langsung sigap mengambil beberapa cairan anestesi dan obat antibiotik serta alkohol juga alat alat bedah untuk mengambil peluru dibantu oleh Yugyeom.

LOST (edit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang