[1] Raisa Meilani Denistian

255K 10K 98
                                    

Hai, assalamualaikum sahabat fillah. Bagaimana kabarnya? 

Lama juga ya aku nggak nongol di lapak ini. 

Cuma sekadar mau nyapu-nyapu di sini, soalnya udah usang dan berdebu banget. wkwkwkw

Banyak yang nge-inbox di wp, Ig, nge-wa, bahkan nge-tag saya di status fbnya bahwa mereka kangen berat sama duo couple ini (Fairis dan Raisa). Beratan mana sama rindu Dilan? hahaha.

Sejujurnya kujuga kangen. 

Makanya mulai hari ini, aku akan re-publish beberapa part ya. Biar bisa sedikit mengobati rasa rindu kalian ke Dilan. Eh, ke Kak Fairis dan Raisa maksudnya. wkwkwk.

Enjoy it!

***

"Pokoknya Raisa nggak mau dijodohin, Ayah! Lagian Raisa masih kelas tiga SMA! Cita-cita Raisa belum tercapai dan masih banyak lagi yang harus Raisa tuntasin termasuk masa-masa remaja Raisa."

Lelaki paruh baya yang dipanggil 'Ayah' itu pun terkekeh geli melihat tingkah putri bungsunya. Bagaimana tidak, wajahnya yang terlihat sebal, bahkan bibirnya yang dibuat manyun itu terlihat lucu. Terlepas dari wajah lucu anaknya, kini lelaki yang telah berumur empat puluhan itu kemudian mengambil posisi duduk tepat di samping putrinya, tidak lupa ia mengelus pelan rambut sebahu anaknya.

"Dek, Ayah tahu ini tiba-tiba. Tapi ini semua demi kebaikan adek. Lagian, menikah juga tidak ada batasan dalam menuntaskan masa remaja adek," jelas Denis.

Raisa merenggut sebal melihat ke-kekeuhan Ayahnya untuk menikahkannya di usianya yang masih menginjak masa remaja.

"Tapi, Yaaaah. Tetep aja, pasti udah banyak larangan-larangan yang nggak bisa Raisa lakuin kalo udah nikah nanti. Ih, ogah! Pokoknya, Raisa belum mau nikah."

Seorang wanita paruh baya –istri Denis kemudian datang dengan dua buah cangkir yang berisikan teh hangat di kedua tangannya.

"Dek, adek nggak boleh ngomong begitu. Lagian Fairis nanti juga bakalan jagain adek, kan? Cowok-cowok di luar sana jadi nggak ada yang ngegombalin adek. Tuh, liat Mbak Ratih. Dia juga Ibu jodohin sama mas Rendra loh, dan sampai sekarang nggak ada lagi cowok yang berani gangguin Mbak Ratih."

Raisa masih diam. Dia benar-benar dibuat gondok sama kedua orang tuanya. Pasalnya, turun temurun, masa di keluarganya pada dijodohin semua? Berasa nggak laku banget dah pake dijodohin segala.

"Iya, dek. Zaman sekarang mah sebagian cowok-cowok pada nggak bener. Taunya pacaraaaan aja."

Ya iya, 'kan sebagian. Nggak semua. Batin Raisa.

"Gimana? Adek mau kan? Ini semua demi kebaikan adek juga loh! Selain ada yang jagain, nak Fairis juga bisa jadi imam yang baik untuk adek."

Ya Allah, mimpi apa gue semalem. Sampai kedua orang tua gue rela ngejodohin anaknya yang masih imut-imut ini. Belum siap lahir batin juga. Hiks.

"Ibu, Raisa kan belum siap lahir batin untuk mengurus rumah tangga. Ayah sama Ibu pikir-pikir dulu deh, ya. Sumpah. Raisa bener-bener belum siap untuk urusan ini."

"Ayah sama Ibu sudah memikirkan jauh hari sebelumnya, Dek. Yang harus mempertimbangkan itu ya Adek. Karena ini semua demi kebaikan Adek."

Lagi-lagi demi kebaikan.

"Raisa pikir-pikir dulu." Raisa kemudian pamit kepada kedua orangtuanya untuk kembali ke kamarnya.

Setelah anak bungsunya itu berlalu, sepasang suami istri itu kemudian tersenyum sumringah merasakan akan ada secercah harapan untuk keduanya melanjutkan perjodohan ini.

***

Masih pemanasan ini, jadi santai aja dulu yes. :)

Tenang, aku re-publish dua kali seminggu. Yaitu setiap hari Rabu dan Sabtu. Jadi setialah menungguku. hahahaha. 

Tapi aku mau nanya dulu nih. Emang masih ada yang naro lapak ini di-library kalian ya? Semoga iya. Karena info-info soal bukunya nanti bakal diapdet di sini dan di IG-ku (windyharuno dan windyharuno_stories), jadi KH jangan dihapus dari library kalian. A-W-A-S! (Ngancem. wkwkwkw)

Dan yang nanyain buku-nya kapan bisa dipeluk, mohon bersabar. Karena ternyata proses penerbitan itu tak semudah mengucapkan aku cinta kamu kepada pasangan. hihihi.

Udah, ah. See you di part re-publish selanjutnya. 

Loving you,

Windy Haruno

Kekasih Halalmu [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang