[13] Kangen Raisa

96.2K 5.7K 59
                                    

                  

Sudah terhitung 10 hari Raisa menjadi bagian dari keluarga Fairis. Dan yang Raisa rasa adalah perasaan nyaman.

Fairis tidak pernah mengekangnya, mengekang dalam artian melarang apa-apa yang harus Raisa kerjakan, termasuk keluar atau hangout bersama teman-temannya. Abi mau pun umi juga selalu membekalinya dengan pengetahuan agama, agar tidak bergaul sembarangan. Dan ada Fatih serta Aisyah yang selalu menghiburnya.

"Nak Raisa, kemarin udah pengumuman kan? Rencana mau lanjut di mana?"

Raisa tersenyum kikuk. "Belum tau, Umi. Hehehe..."

Umi mengelus pelan rambut sebahu Raisa. "Gimana kalau Nak Raisa lanjut di kampusnya Fairis? Kemarin kan Fairis baru aja nyelesaiin S1-nya, dan rencana Fairis juga akan ambil S2-nya di kampus yang sama. Gimana?"

"Umm, nanti aku pikirin dulu ya, Umi. Soalnya aku masih bingung mau ambil jurusan apa. Siapa tau pilihan jurusan Raisa juga nggak ada di kampusnya kak Fairis."

Umi mengangguk menyetujui pendapat Raisa. Sementara Raisa meringis pelan kemudian menimbang-nimbang usul yang umi berikan.

***

"...Allahuakbar Allahuakbar...~"

Suara adzan berkumandang dari masjid yang terletak tak jauh dari rumah Fairis. Sementara Fairis sudah lebih dulu terbangun sebelum adzan berkumandang untuk melaksanakan sholat sunnah Tahajud.

Fairis melirik Raisa yang masih bergelung nyaman di bawah selimut, ia kemudian menggeleng pelan melihat istrinya itu dengan gaya tidur yang tidak biasa, seolah ia benar-benar menjadi penguasa ranjang itu.

"Dek, bangun. Sholat subuh dulu."

Fairis menepuk pelan lengan Raisa yang sama sekali tidak menunjukkan ada tanda-tanda akan bergerak. Kedua kalinya, Raisa bergumam tidak jelas kemudian mengganti posisinya menjadi memeluk guling dan membelakangi Fairis.

Fairis kemudian mendudukkan dirinya di pinggir kasur, ia meletakkan tangan kirinya di depan Raisa yang masih setia memeluk guling, sementara tangan kanannya ia taruh tepat di belakang punggung Raisa –seperti sedang mengurung Raisa dengan kedua lengannya.

"Dek, ayo bangun."

Raisa membalikkan tubuhnya menjadi telentang, sambil mengucek kedua matanya, Raisa menggumamkan kata "ngantuk" yang kemudian disambut cekikikan dari Fairis. Wajah Raisa terlihat lucu dengan rambut yang berantakan, ditambah gadis itu memakai baju tidur bergambar kepala Doraemon, menambah kadar kelucuannya di mata Fairis.

"Nanti juga kantuknya ilang pas udah wudhu. Ayo, udah mau jam lima lewat loh ini."

Fairis yang melihat Raisa sedikit linglung saat akan bangun berusaha memegangi kedua bahu mungil istrinya itu agar tidak terjatuh dari kasur.

"Aku bisa sendiri kok, Kak." ucap Raisa sambil melepas pegangan Fairis di kedua bahunya.

Setelah Raisa memasuki kamar mandi, Fairis kemudian menyiapkan dua sajadah dan satu mukenah untuk Raisa pakai.

Raisa telah selesai mengambil wudhu, ia keluar dan mengambil mukenah yang telah disediakan oleh Fairis. Sementara Fairis menatapnya yang sedang memasang mukenah.

"Udah? Ke masjid bareng yuk." Ajak Fairis yang kemudian disanggupi oleh Raisa.

***

"Bu, si Raisa nggak dateng ke rumah nih? Kangen nih, pengen gangguin." ujar Reza sambil menyesap teh hangatnya.

"Ih, kamu mah, Bang. Kangen pas mau jailin Adek aja." ujar Sasa mendengar celetukan Reza.

Reza tersenyum tipis. "Iya lah, Bu. Rumah berasa sepi setelah dia nikah. Mau main sama April juga dia lagi di Makassar. Hhh... Hidup ini nggak tenang kalo nggak gangguin orang."

Denis terkekeh mendengar ucapan anaknya itu. "Gimana kalo kamu nikah juga, Za? Biar ada yang bisa kamu gangguin. Kalo istri mah gangguin kapan aja juga bisa. Iya nggak, Bu?"

Sasa menatap kesal ke arah suaminya yang justru menatapnya dengan tatapan menggoda. Sementara Reza yang melihat tingkah kedua orangtuanya itu justu terbahak.

Reza menyugar rambutnya kemudian mengambil satu potong pisang goreng. Ia kemudian mengunyah pisang gorengnya lamat-lamat.

"Ngomong-ngomong, kamu nggak ada perempuan gitu yang mau dikenalin ke Ayah dan Ibu?"

Reza hampir saja tersedak pisang goreng yang masih dikunyahnya, namun ia segera meneguk tehnya yang mulai mendingin hingga menyisakan setengah gelas. "Ehem, Ayah ngomong apa sih?"

"Loh? Kenapa? Adekmu saja sudah nikah tuh. Masa Abangnya belum?" Denis ikut mencomot satu potong pisang goreng. "Kamu mau Ayah kenalin nggak sama anak temen Ayah?"

"Yah, jangan manas-manasin deh." ujar Reza dengan tampang malas.

Sasa menggeleng pelan melihat tingkah suami dan anak laki-lakinya itu. "Tapi beneran kamu nggak mau Ayah kenalin sama anak temen Ayah?"

Reza mendengus pelan. "Please, Bu. Aku ini cowok. Biar aku aja yang cari sendiri."

"Beneran ya, Ayah sama Ibu tunggu."

"Hmm, lagian ini si Raisa baru aja selesai nikah. Masa aku juga langsung nyusul. Nanti aku dikira ngapa-ngapain anak orang lagi. Tau sendirilah mulut-mulut lambe..."

"Hush! Kamu ini..."

🎈🎈🎈

Cek typo

IG: windyharuno & windyharuno_stories

Kekasih Halalmu [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang