ITIK

36 0 0
                                    

I have died everyday waiting for you....darling don't be afraid I have loved you. Terdengar indah A Thousand Years'nya Christina Perri mengalun di bawah bantal tanda ada SMS masuk.

"Hai, benar ini nomornya Itik?"

Deg, seketika ada desir aneh menghantam jantungku. Aku memang punya kenangan dengan nama itu. Itik adalah nama kecilku. Teman-temanku di taman kanak-kanak memanggilku Itik. Tentunya bukan karena aku mirip itik. Waktu itu mereka sulit melafalkan namaku Christi, Kisti, Kiti, Kitik, dan jadilah aku dianggil Itik hingga SD. Memang itu sudah lama banget dan aku hampir melupakan panggilan itu.

"Ehm...Itik???? Ini siapa?"

Aku ragu untuk membalas SMS itu. Kemungkinan besar itu memang teman lamaku. Tapi bisa juga kakak atau adikku ngerjain aku dan mau ngledekin aku. Tapi kuputuskan untuk membalas pesan tadi. Entah kenapa aku menjadi gugup. Ada rasa deg-degan. Menebak-nebak siapa dia dan mencoba memutar kembali masa-masa kecilku.

"Jadi ini benar Itik? Akhirnya aku nemuin kamu setelah 15 tahun kita nggak bertemu."

Sebel juga membaca balasan dari dia. Siapa juga yang bilang aku Itik. Terus pertanyaanku nggak dijawab juga. Dasar aneh. Walaupun sebenarnya ada rasa penasaran bergelanyut dalam anganku tapi aku coba jaim dan kutinggalkan Hpku di kamar. Lagi-lagi lagunya Christina Perri menahanku meninggalkan kamar.

"Sorry, sorry. Aku Ray. Temen TK kamu. Inget kan?"

"Hahhhh??? Ray??? Temen TK aku? Ya ingetlah, temen paling nakal, paling nyebelin, dan paling sering buat aku nangis?"

"Kamu masih nyebelin aja ya Tik. Masak Cuma jelek-jeleknya aja yang kamu inget. Btw rumah kamu pindah ya? Seminggu yang lalu aku datang ke rumah kamu tapi kosong. Kata tetangga, kamu pindah."

Jadilah mereka bernostalgia dan tak terasa malam kian larut.

***

Ray kecil adalah sesosok cowok berpostur besar, memang terlihat lebih besar daripada teman-teman lainnya. Karena itu dia paling ditakuti oleh teman-teman. Alhasil dia menjadi tidak punya teman. Waktu itu aku juga takut dengan dia dan tidak mau dekat-dekat dengannya. Sampai suatu ketika aku dinakali oleh beberapa temanku dan datanglah Ray ngebelain aku. Itulah awal pertemanan kami. Penilaianku kepadanya berubah.

Tahun berikutnya aku masuk SD yang jadi satu dengan TK itu. Tapi aku tidak melihat Ray. Menurut cerita orangtuaku, Ray pindah keluar kota karena papanya pindah tugas. Aku tidak tahu perasaan apa yang aku alami saat itu. Aku merasa sedih dan kehilangan sosok pahlawan yang selalu belain aku.

***

"Selamat pagi Nona Itik. Hari ini ada acara nggak?"

Ehm, aku ragu membalas pesan dari Ray. Sebenarnya pengen juga ketemu dengan teman lama. Seru. Cuma, hari ini kayaknya aku nggak bisa. Aku ....

"Pagi Ray, hari ini aku kuliah nih. Full."

"Ouw...boleh aku samperin ke kampus kamu?"

Beribu rasa menyeruak di hati Christi. Ray, teman lama, teman kanak-kanak yang sudah 15 tahun nggak ketemu tiba-tiba muncul, rajin SMS, ngebet pengen ketemu, dan penuh perhatian. Hati Christi bergolak. Ada perasaan senang bertemu teman lama, walau sampai saat ini baru sebatas SMS. Tapi disisi lain risih juga setiap hari diperhatikan yang berlebih seperti itu.

"Kapan-kapan aja kalau pas aku kosong kita ketemu. Takutnya tar aku malah cuekin kamu, abisnya jadwalku padat banget. Sorry ya Ray."

"Santai aja Tik, 15 tahun aja aku tunggu. Apalagi hanya untuk beberapa hari."

Daaarrrrrrrrrr, hati Christi meledak. Balasan Ray membuat Christi tersedak. Dalam bayangan Christi, Ray adalah cowok bengal, nakal, penuh emosi, dan jauh dari romantis, apalagi pandai merayu. Tapi, balasan terakhir Ray mampu mebuat Christi berpikiran lain.

CELOTEH Dalam Diam Ku MenyapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang