Enjoy:)
Tanpa mengucap apapun adit langsung pergi dari hadapan alfani. Selepas mengatakan hal tersebut alfani hanya menunduk malu. Kerumunan yang tadi mengelilinginya juga ikut bubar
Memang sejak kerja kelompok minggu lalu(bca chpt6), mereka berdua menjadi tambah dekat. Adit yang tiap malam mengirimnya pesan dan alfani yang membacanya sembari tersipu malu
ToD sialan
Alfani menatap wajah teman-temannya dengan geram. Wajahnya memerah menahan kesal. "Puas lo semua?!" teriak alfani kencang
Teman-temannya kaget melihat alfani semarah itu, silvi mendekat kearah alfani. "Ini cuma game fan" kata silvi dengan nada lembut
"Lagipula adit ngerti kali ini cuma ToD?" tambah lia
"GAME LO BILANG?!"
Alfani langsung bergegas pergi meninggalkan teman-temannya. Ia berjalan cepat menuju taman belakang sekolah. Sesampainya di taman belakang sekolah alfani langsung duduk di bangku yang berada di bawah pohon. Sedari tadi ia terus mengumpat kesal karena sudah memalukan dirinya sendiri didepan orang banyak dan didepan adit
Tettt Tett
Alfani melotot kemudian menghela nafasnya kasar. "Gue baru aja duduk ngadem disini! gabisa liat gue tenang dikit apa?!" gerutu alfani
Alfani menghentakkan kakinya kesal. Saat ia ingin memasuki kelas tangannya ditarik seseorang. Alfani memberontak mencoba menarik tangannya tetapi tenaga seseorang itu sangat kuat
"Lepasin tangan gue!" teriak alfani meronta-ronta ingin dilepaskan
"Liat gue" suara khas lelaki yang ia kenal. Alfani langsung mendengak menatap wajah lelaki itu
Alfani terkejut. "A-adit?" tanyanya heran
Adit melepaskan tangan alfani pelan. "Gue kan udah bilang mau ngomong sama lo berdua abis istirahat. Lo lupa?" tanya adit dengan menaikkan sebelah alisnya
Alfani mengalihkan pandangannya menatap sekitar. Binggo! Ia hanya berdua dengan adit didepan kelasnya
"Kita cuma berdua disini, yang lain ada di dalem mungkin kelas lain ada guru" jelas adit
Alfani hanya ber-oh ria. "Oh ya lanjut! lo mau ngomong apa?" tanya alfani
Adit menggaruk tengkuknya yang diyakini tak gatal
"Fan?" panggil adit
Alfani menatap adit dalam. "Ya?" alfani mengigit pipi bagian dalamnya. Malu. Ditatap adit seperti itu
Adit menghembuskannya nafasnya pelan. "Lo mau ga jadi cewe gue?"
Deg
Demi apa gue ditembak didepan kelas?! tanpa embel-embel apapun?
Alfani menggigit bibir bawahnya gugup. Ia tak ingin menatap wajah adit karena akan membuatnya malu.
"Fan gimana?"
Alfani tersentak mendengar pertanyaan adit. Ia memang memiliki perasaan kepada adit tetapi ia bingung harus menjawab seperti apa. Gengsi
Lagipula adit kenapa menembaknya secara tiba-tiba seperti ini?!
Akhirnya alfani mengangguk tanda setuju. Alfani hanyan menunduk malu. Mata adit berbinar senang lalu mengepalkan tangannya dan meninju keatas
"Thanks fan!"
Alfani mendengak dan memberikan senyuman kepada adit. "Sama-sama dit" alfani terkekeh melihat adit yang terus tersenyum "Tapi kenapa lo tiba-tiba nembak gue?" pertanyaan itu meluncur dari mulut alfani. Ia tak tahan untuk menanyakan hal itu
"Karena gue udah ada rasa sama lo dari lama sih, pas gue pengen ngomong sama lo gue ngerasa gaada waktu yang cocok dan karena tadi lo nangis gue ngambil kesempatan deh" jelas adit
Alfani melongo mendengar penjelasan adit.
"Jadi sekarang kita pacaran?" tanya alfani
Adit memutar bola matanya. "Yaiyalah" adit mengacak-acak rambut alfani gemas
"HEI!! KALIAN SEDANG APA DILUAR KELAS BERDUAAN?!" teriak lantang seseorang
Adit dan alfani langsung menengok kearah suara itu. Mereka mendapati Pak Jaya berkacak pinggang sembari menaik turunkan kumis tebalnya dan menatap adit dan alfani tajam
Alfani langsung memasuki kelas dengan cepat diikuti adit dari belakang.
Silvi langsung merangkul bahu alfani dan menatapnya heran. "Seneng banget lo kayanya" tanya silvi
Alfani mendengus pelan. Dia langsung menatap adit di sampingnya
"Dit lo nembak alfani ya?" tanya silvi kepada adit
Adit langsung menggeleng cepat. Alfani menatapnya bingung, beberapa menit yang lalu adit baru saja menjadikkan dirinya sebagai kekasihnya tetapi mengapa didepan teman-temannya ia tak ingin mengaku. Alfani yang kesal langsung melepaskan rangkulan silvi dan berjalan kearah tempat duduknya
Adit menatap punggung alfani yang menjauh. Ia tau ia salah tak berkata jujur pada silvi tetapi ia mempunyai alasan untuk itu.
Alfani membenamkan wajahnya di tumpuan tangannya diatas meja. Ia merasa ada seseorang yang berada disampingnya, alfani tahu tapi ia tak sedikitpun untuk memperdulikan hal itu. Ia masih kesal atas sikap adit barusan
Lo pikir gue apaan
yg ditembak semenit tapi gadiakuinIa terus mengumpat kesal dalam hati.
"Lo gamau cerita sama gue?"Alfani mendengak menatap wajah seseorang uang mengajaknya berbicara. "Gue jadian sama adit" jelas alfani dengan suara parau
"Udah gue duga"
"Terus lo kenapa?"
"Emang gue kenapa?"
Silvi mendengus
********
"Fan" panggil seseorang
Alfani memutar tubuhnya menghadap orang tersebut. Alfani memutar bola matanya malas
"Apaan?" ketusnya
Adit menghembuskan nafas pelan. "Lo kenapa sih? lo marah sama gue?" tanya adit sembari menatap mata alfani lekat-lekat
"Menurut lo?" balas alfani dengan nada lebih ketus
"Ya gue gatau salah gue dimana, coba kasih tau gue fan"
Cowo emang selalu salah
Alfani menatap adit tajam. "Ya lo bego lagian baru tadi lo nembak gue dit! tapi kenapa pas silvi nanya lo malah geleng geleng coba? maksud lo apa?!" nada suara alfani meninggi
Alfani tersulut emosi melihat wajah adit yang polos.
"Iya gue minta maaf fani, lo jangan marah lagi ya" balas adit dengan senyuman dan tangannya terangkat untuk menjawil hidung alfani
"Ish! sakit lepasin gak?!"
"Maafin dulu"
"Iya iya! lepasin ih" alfani meronta mencoba menjauhkan hidungnya dari tangan adit
Adit melepaskan cubitannya, lau terkekeh melihat hidung alfani yang memerah.
Alfani memberenggut kesal. Wajahnya merah padam kesal karena adit. Adit hanya terkekeh
"Gue duluan ya! take care" kata adit sembari mengacak-acak rambut alfani. Dan berlari cepat setelah mencubit pipi alfani yang tembam karena tak mau memiliki masalah kuping
"ADITTTT"
baru update karena karena banyak ujian bikin pusing 7 galaksi
KAMU SEDANG MEMBACA
Understanding
TeenfikceBerawal dari MOS mengikuti segala perintah dari Ketua Osis, Alfani Tamara bertemu dengan laki-laki yang duduk di seberang mejanya. Laki-laki itu bernama asli Adit; murid berwajah datar dan matanya sangat tajam Beberapa rangkaian kejadian justru...