8

3 1 0
                                    

Drake POV

Semua orang bersorak mendengar penuturanku.

Tiba - tiba..

Bruk..

Kulihat ke sebelahku..Isabelle sudah terkulai lemas.

"Isabelle...Isabelle...bangun..hei..ada apa ini ?"aku menguncangkan bahunya. Dia masih tetap pada posisinya. Pingsan. Terkulai lemas.

"Apa yang terjadi ? Dokter ? Tolong periksa luna mu ini "aku menggaruk rambutku yang tak gatal.

Brandon , dokter terbaik di pack kami sekaligus betaku ini segera mengecek kondisi tubuh Isabelle.

"A..apa yang terjadi dengannya ?" tanyaku khawatir dan frustasi di saat yang bersamaan.

"Kurasa diaa..keracunan makanan..tapi tenanglah..aku akan memberinya obat yang pas untuknya."ucap Brandon.

"Apa ??! Keracunan makanan ? Siapa yang bertugas memasak hari ini ??!"tanyaku kesal setengah berteriak.

"Sa..saya , Alpha"ujar seorang gadis bertubuh gemuk dengan pipi tembem.

"Kamu ??! Kamu ingin meracuni makanan buat luna mu ini ? Kenapa?" tanyaku.

"Eh ? Tidak,Alpha. Saya tidak mungkin melakukan itu Alpha..saya sudah bersumpah dari turun temurun akan menjaga Alpha dan Luna"kata si gadis itu.

"Hmm..lalu siapa ?" tanyaku lagi.

"Ehhm..Alpha , sepertinya ini bukan racun yang mudah didapatkan , siapa pun ini pasti dia sudah merencanakannya dari lama , tapi pertanyannya siapa ? Karena , Luna saja baru ada disini beberapa hari ? Siapa yang bisa meracuninya begitu saja ?"ucap Brandon.

"Jadi menurutmu , ini ulah penyihir ?"tebakku.

Brandon hanya mengangguk dengan ekspresi ngeri. Aku tau pasti apa maksudnya.

"Ruella"desisku. Aku sangat tidak suka menyebut namanya.

"Bisa jadi. Karena kita tidak pernah tau bagaimana cara kerja Ruella. Dan Alpha , kurasa Luna perlu tempat yang lebih nyaman agar saat bangun nanti , Luna tidak pegal - pegal"ujar Brandon.

Aku segera menggendong Isabelle ke kamarnya. Aku meletakkannya dengan hati hati di ataa kasur. Mencium dahinya singkat dan mengambil kursi dan duduk di sebelahnya.

Isabelle POV

Sebuah cahaya kecil menerangiku dari kegelapan tak berdasar ini.
Cahayanya yang menyilaukan membuatku menutup mataku dan menetralkan penglihatanku.

Aku berjalan mendekati arah cahaya. Di depan sana , ada sesosok malaikat - atau kupikir begitu - menungguku.

'Isabelle , kemarilah nak"ucap sosok itu.

"Dandelion ?"tebakku.

"Ya , kemarilah , Isabelle , ibu akan menuntunmu ke jalan yang benar"ucapnya.

"Cih..dia bahkan bukan ibumu , Isabelle" sesosok iblis - atau kukira begitu - yang berada di arah yang berlawanan dari cahaya itu bersuara. Aku bisa melihat kobaran api disekitarnya yang membuat wajahnya kelihatan.

"Ruella ?"tanyaku.

"Ya , kemarilah , Isabelle , kau tak perlu bergaul dengan penipu itu , melainkan kemarilah , bergabung denganku , maka kau akan mendapatkan kejayaan , kekayaan dan apapun yang kau mau , kemarilah , Isabelle"ucap Ruella.

"Tidak , jangan Isabelle ! Dia hanya berusaha menipumu"ucap Dandelion.

"Itu bahkan jauh lebih baik ketimbang membohonginya selama 17 tahun - atau kurang lebih segitu -"ucap Ruella.

The Blue MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang