Bab 1. Tamu 'Rahasia'?

420 21 10
                                    

Beberapa mobil angkutan umum membuih, seusai mengetem. Akan tetapi, satu-dua baru menepi, sehingga menyesaki tepian jalan depan Pasar Sudimampir, Banjarmasin, Kalimantan-kota tempat tinggalku.

Ingar-bingar tercipta sejak jam dua pagi tadi, saat aku membantu mengusung barang dagangan Cik Mida, tetanggaku.

Sebenarnya, kemarin malam aku tidak bisa tidur, hingga jam satu pagi memutuskan keluar rumah, lantaran bosan. Pas kebetulan, Cik Mida tengah menata barang dagangannya di teras rumahnya. Oh ya, ngomong-ngomong, rata-rata sebagian rumah di sini tidak diberi pagar untuk penyekat antar rumah. Oleh karena itu, aku bisa melihat apa yang tengah dilakukan Cik Mida. Setelah itu, akhirnya kuputuskan untuk membantu Cik Mida. Sekarang, kira-kira sudah jam delapan pagi, beberapa menit yang lalu, aku baru usai membantunya, dan lantas memutuskan langsung pulang, kendati sempat ditawari untuk mencicip kue donat buatan teman Cik Mida, namun, kutolak dengan halus, beralasan masih kenyang.

Sebenarnya sih, aku tidak langsung pulang, kusempatkan dulu membeli beberapa ikat sayuran untuk dimasak dengan lauk ikan segar pemberian Koh Acong-teman ibuku-kemarin malam.

Jadi, setelah aku merasa cukup dengan belanjaan sayuran yang dibeli, barulah memutuskan pulang. Dan sekarang, aku tengah berdiri di tepi jalan seraya menenteng barang belanjaan, hendak menyebrang, namun, kusempatkan menyimak keramaian jalanan di depanku ini sebentar.

Jujur, aku jarang mengunjungi Pasar Tanah Abangnya Banjarmasin ini, mungkin hanya sekali dalam seminggu, itu pun di hari-hari biasa, bukan seperti sekarang, akhir pekan, membuat suasana pasar jadi tambah ramai.

***

Aku melilitkan syal merahku. Kendati sekarang udara tidak terasa dingin. Namun, aku terbiasa mengenakannya.

Hari ini, kata ibuku, ada tamu penting yang hendak berkunjung ke rumah. Oleh karena itu, seusai aku pulang dari pasar, tepatnya saat jam sembilan pagi, ibuku langsung menyodorkan setelan pakaian, dan menyuruh lekas mandi.

Tadi, aku sempat bertanya-tanya pada ibuku, memangnya siapa yang akan berkunjung, Bu?

Ibuku tidak menjawab, malah tersenyum lebar dan meninggalkanku.

Aku menghela napas, tak sabaran. "Tamunya orang Jakarta, Bu?" aku bertanya lagi.

Akan tetapi, sama, ibuku tak kunjung menjawab. Sempat tadi berbisik 'rahasia' padaku. Membuatku agak jengkel di depan pintu kamar.

Baiklah, aku akan menunggu tamu, yang kata ibuku 'rahasia' itu.

---

ditulis pd tgl: 3/maret/2017
Didedikasikan untuk: cipstatto

Alnira Sari [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang