Bab 4. Pasar Terapung

130 10 0
                                    

Keesokan harinya, Kak Aksa menjemputku pagi-pagi sekali, tepatnya pukul 05.30. Katanya—pasar terapung di muara Sungai Barito akan tutup jika sudah jam 07.00, maka dari itu dia menjemputku jam segini.

Pas kebetulan, aku lagi semangat, mandi pada pukul empat pagi. Entah bagaimana nasibku jika membantu Cik Mida seperti biasanya. Mungkin aku akan pergi bersamanya dengan keadaan gembel. Semoga saja, hari ini aku tambah beruntung. Ada amin? Amin.

"Hari ini, kamu cantik sekali, Nir," puji Bu Jasmin—ibu Kak Aksa—seraya tersenyum padaku.

Aku tersenyum malu-malu, sedikit merona. "E-eh, terima kasih, Bu. Hari ini, Ibu juga cantik."

Mulai dari situ, aku dan Bu Jasmin jadi akrab. Orangnya asik. Pintar memilih topik. Ini-itu, jadi pembahasan menarik. Sampai-sampai, aku lupa, kendaraan yang dikemudikan Kak Aksa sudah melaju meninggalkan pekarangan sedari tadi. Malahan, sekarang sudah setengah jalan. Sebentar lagi sampai di tempat tujuan, Kelurahan Kuin Utara.

Oh ya, hari ini, ayah Kak Aksa tidak ikut berkeliling Banjarmasin bersama. Kalau kata Bu Jasmin, sekarang Om Deo lagi ke tempat saudaranya di Banjarmasin. Maka dari itu, tidak bisa ikut.

Tak berselang lama, akhirnya kami pun sampai di tujuan. Mesin mobil dimatikan. Kak Aksa yang pertama kali membuka pintu dan beranjak turun. Tak menunggu lama, aku dan Bu Jasmin pun menyusul.

Hari ini, tempat ini banyak dikunjungi wisatawan. Dominannya orang lokal, sedangkan dua-tiga orang bule.

Pasar ini juga tak kalah ramai dengan yang di daratan. Sayur-mayur dan pakaian dijual atau saling barter. Pasar ini unik. Tadi, setelah sampai di tempat ini, aku sempat bertanya-tanya dalam hati—memang tidak capek, ya, dagang terapung?

Kalau ditanya soal berapa kali aku datang ke sini, aku akan menjawab belum pernah, baru kali ini. Kendati tinggal di Banjarmasin, aku sangat jarang bepergian untuk keliling kota ini. Mungkin hanya dengar dari satu-dua tetangga yang bolak-balik pelesiran.

Kak Aska tersenyum ke arahku. "Ayo!" serunya seraya menyambar telapak tanganku, menggandeng pelan.

Aku sedikit tertegun. Namun menurut, mengekor di belakangnya. Sedangkan Bu Jasmin sudah terlampau dulu tadi.

Ah, semoga saja aku tambah, tambah, tambah beruntung dari kali ini. Ada amin lagi? Amin.

-----
ditulis pd tgl: 5/maret/2017
Didedikasikan untuk: FarnNurmalb

Alnira Sari [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang