Kita mulai tumbuh dewasa, tapi percayalah, tidak ada yang berubah
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hampir Seminggu atau tepatnya enam hari laki-laki itu mengurung diri di sarangnya. Setelah hubungannya berakhir dengan sang kekasih, banyak hal yang menyeliputi pikirannya. Menyendiri untuk menata hati, adalah hal yang tepat pikirnya. Bukan. Bukan karena kisah cintanya yang kandas tapi karena hal lain. Hal yang selama bertahun-tahun ia bentengi. Pengecut. Bisa di bilang seperti itu.Setiap hari yang ia lakukan hanya membungkus diri dalam selimut dan akan keluar untuk mengisi perut. Hari ini, ia rasa ritual semedi nya telah usai. Benteng itu sudah terbangun kembali. Kali ini, sepertinya hanya terbuat dari lapisan kaca setipis es. Yakin, akan runtuh dengan sekali hentakan.
Setelah membersihkan diri, ia berniat menghampiri gedung serbaguna. Berolahraga adalah pilihan untuk menghilangkan lemak yang ia tumpuk selama enam hari. Ia melangkah keluar dari istananya dengan langkah ringan, tapi langkahnya terhenti tepat setelah pintu rumah itu ia buka.
"Seungwan?"
Ia melihat sahabat gadisnya itu berdiri di depan pagar rumahnya, yang hanya setinggi satu meter. Pandangan mereka tidak bertemu, karena tepat saat lelaki itu mengucapkan nama sang gadis, pandangan sang gadis tertuju pada rumah di sebelahnya. Ia merasakan ekspresi khawatir pada rupa gadis itu. Gadis itu berlari dan masuk kedalam rumah itu yang notabene adalah rumah gadis itu sendiri.
Sejurus kemudian, rungunya menangkap keributan.###
"Abang?"
Seungwan mengganti fokusnya dari Sehun menjadi kakaknya. Firasatnya buruk. Dia hanya mendengar keributan dari rumahnya, tapi kalbunya menangkap sinyal lain bahwa kakaknya dalam bahaya. Mungkin ini konsekuensi bersaudara.
Benar saja, tepat saat Seungwan membuka pintu rumahnya sebuah benda melayang di sampingnya.
Pyaaarr..
"ABAAAAANG!"
Pekik Seungwan, melihat keadaan kakaknya yang tersungkur di lantai dengan bersimbah darah, di temani dengan dua orang lelaki berbadan besar, berbaju serba hitam dengan muka seram.Benda yang terlempar ke arah Seungwan itu pecah karena bertubrukan dengan tembok persis di dekat Seungwan. Bahkan lengannya sempat tergores oleh pecahan benda itu. Tapi bukan itu yang membuat matanya panas, memerah dan mengeluarkan air mata. Keadaan kakaknya jauh lebih merobek hatinya, kakinya lemas, dadanya sesak, kini perasaan takut lebih mendominasi akalnya.
"K-k-kkalian siapa?"
Terbata-bata, namun akhirnya mampu Seungwan ucapkan juga."Ooh.. jadi ini yang namanya Seungwan?!"
Ucap salah satu lelaki itu dengan seringai yang luar biasa menakutkan, bak singa bertemu mangsanya."Sesuai perintah kita bawa dia!"
Kedua orang segera beranjak mendekat ke arah Seungwan. Tidak semudah itu bung, kaki keduanya di tahan oleh sang kakak dengan sisa tenaga yang ia punya.
"Jj-jj--jja-ngan.. a--a-ad-dddek ku!"
Ucapnya tersengal-sengalBugh..
Aacch!
"Abaannggg!!"
Pekiknya histeris, namun sial kakinya tak mau beranjak dari tempatnya.

YOU ARE READING
I'm Okay // ssw.osh.kth.mt
Short StoryKetika kau tidak baik-baik saja jangan pernah katakan, Ku mohon! - Sehun Aku baik-baik saja, percayalah! - Seungwan Selalu temukan tempatmu pulang, aku akan selalu disini - Mark Tidak ada yang bisa kau percaya selain aku - Taehyung Story by: songbae...