RM: Letting Go

73 9 26
                                    

Aku melihat-lihat isi galeri di ponselku sambil menunggu pacarku, Namjoon datang. Ada banyak foto kami berdua di sana. Saat tahun terakhir di sekolah, acara pelepasan, kencan pertama, dan masih banyak yang lainnya. Aku tersenyum mengingat betapa bahagianya kami saat itu.

Tak lama, Namjoon datang. Ia terlihat tampan hanya dengan kaos hitam dan ripped jeans biru-nya.

"Sebelah sini!" panggilku.

Namjoon menoleh dan segera berjalan menghampiriku. Aku tersenyum manis menyambut kedatangannya.

Ia duduk tepat di hadapanku. Mata kami sempat bertemu, tapi ia segera mengalihkan pandangannya dariku. Aku paham soal itu.

"Mau pesan apa, sayang?" tanyaku.

"Kau tahu," jawabnya datar.

"Caramel macchiato dan americano, ya Mbak!"

"Americano? Sejak kapan?"

Aku mengangkat kedua bahuku, "Entah. Lagi mau coba yang pahit-pahit, biar terbiasa."

Aku bisa melihat perubahan di raut wajahnya setelah mendengar jawabanku.

Hening.

Namjoon tampak menghela napas sebelum akhirnya memulai pembicaraan denganku, "Soal keputusanku-"

"Aku sudah tahu. Tidak perlu kau perjelas lagi."

"Bagaimana bisa?" tanyanya heran.

"Aku bisa merasakan perubahan sikapmu padaku belakangan ini. Apa kalian semakin dekat?"

"Siapa?"

"Kau dan sahabat perempuanmu itu."

"Maaf," katanya.

Aku tertawa renyah.

"Tidak masalah, dia cantik. Sepertinya perempuan baik-baik juga. Pilihanmu soal perempuan memang tidak pernah mengecewakan ya."

"Apa kau baik-baik saja?"

"Aku mungkin terluka saat ini, tapi waktu akan membuatku baik-baik saja. Ini perasaanku, biar aku yang akan mengurusnya. Kau tidak perlu cemas."

"Maaf sudah menyakitimu. Tolong jangan membenciku."

Aku tersenyum santai, "Itu tidak akan pernah terjadi."

Ia mengangguk pelan dan memandangiku cukup lama, "Kau cantik, kau benar-benar baik, hampir sempurna. Aku yakin banyak laki-laki di luar sana yang diam-diam menyukaimu."

"Makanya kau sempat suka juga kan?" candaku.

Ia tersenyum. Senyum pertamanya yang kulihat hari ini, "Hari ini aku yang teraktir."

Aku balas tersenyum, "Thanks."

Ia pamit dan berlalu meninggalkanku.

Sedang aku?

Masih di sini, sendirian.

Dan-

menangis.


Tidak perlu merasa bersalah,
karena hati manusia bisa berubah kapan saja.

Tapi Namjoon, perempuan baik-baik tidak akan merusak hubungan orang lain.
Apalagi hubungan sahabatnya sendiri.

Meski begitu, aku harap kau bahagia.

〰〰〰✘✘〰〰〰
Dengan dipublish-nya chapter ini, The Most Beautiful Moment In Life pun berakhir. Yey.

Sorry chapter ini dan J-hope nggak happy ending kaya chapter-chapter sebelumnya. Karna hal yang paling indah pun nggak bisa bertahan selamanya:)

Makasih udah baca♡

[BTS] The Most Beautiful Moment In Life✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang