Tragedy

605 44 0
                                    

A Naruto fanfiction
Naruto © Masashi Kishimoto
Last Snowflake © LovelyLavender2712

Naruto menghela nafas. Ia mengamati Hinata yang masih mematung di depan pintu besar kediaman Uzumaki. Gadis itu tampak bingung. Banyak maiden yang menyambutnya. Gadis itu tampaknya agak takut.

"Ayolah, kemari! Aku tidak menggigit!"kata wanita berambut merah yang berdiri di ujung barisan apa pelayan wanita berseragam putih hitam itu. 

Hinata mendongak, menatap Naruto meminta persetujuan pria itu. Naruto mengangguk kecil sebagai jawaban. Hinata kemudian dengan riang berlari menerjang ke pelukan wanita baya berambut merah itu.

Semua sudah kembali seperti semula. Kushina menerima dengan baik kehadiran Hinata dengan baik. Shion sudah dijebloskan ke penjara dengan saksi kejahatan yaitu Taruho. Kiba sudah yakin dan menjatuhkan hukuman gantung atas kejahatan pembunuhan kepada Namikaze Minato, ayah Naruto. Kini, wanita berambut pirang itu mendekam ke penjara menunggu keputusan lebih lanjut dari Hakim.

"Kau tampak cantik,"kata Kushina memandangi pakaian Hinata.

Gadis berambut panjang itu hanya tersenyum malu dengan rona merah di kedua pipinya yang tembam. Kushina tersenyum manis.

Naruto berjalan menghampiri keduanya dengan senyum mengembang di wajahnya. Kushina tersenyum, merentangkan tangannya memberi tempat bagi Naruto untuk masuk ke pelukannya. Naruto tersenyum kemudian menggeleng menolak permintaan sang Ibu. Kushina memberengut. Naruto terkekeh sebelum akhirnya ia menerjang ke pelukan sang Ibu.

...

"Begitulah!"Naruto mengakhiri ceritanya sambil menyesal teh hijau yang disiapkan istri Ishihara beberapa saat lalu.

Sarada memberengut,"Hanya begitu?" tanya gadis itu dengan nada tak percaya.

"Apanya?"tanya Naruto tak paham. Ia meletakkan cangkirnya dan menatap ke arah putra mendiang sahabatnya ini dengan bingung.

"Apa kalian tidak pergi kencan? Atau semacamnya?"tanya Sarada membenarkan kacamatanya yang merosot.

Naruto melotot dan hampir menyemprotkan teh di mulutnya jika saja ia tidak menahannya. Rona merah menjalar di pipinya yang dihiasi tiga garis.

"Kenapa?"tanya Sarada bingung.

Naruto menggeleng memalingkan wajahnya,"Tidak ada,"jawabnya pendek.

Ishihara berdehem,"Kau keterlaluan, Sarada!"katanya berbisik ke arah sepupunya itu.

Sarada menyipitkan sebelah matanya dan menjulurkan lidah mengejek ke Ishihara yang duduk di samping Naruto.

"Sudahlah. Aku tidak berkencan dengan siapapun,"kata Naruto melerai.

Sarada menatap menggoda ke arah Naruto.

"Ayolah! Kau tidak percaya pada pria tampan sepertiku?"tanya Naruto kesal.

Sarada dan Ishihara tertawa bersamaan,"Tampan darimananya!" ejek Sarada memegangi perutnya yang keram.

"Bukankah Naruto-jichan pernah berkencan?"tanya Ishihara tiba-tiba.

Naruto memuncratkan teh dari mulutnya,"Apa-apaan kau, Bocah! Sudah sana masuk saja!"teriak Naruto mengusir pemuda itu. Dengan terkikik Ishihara melangkah meninggalkan beranda.

Last Snowflake [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang