-- Part 2 --

8.2K 447 208
                                    

"Huffttt..." Pria cantik berkacamata itu meniup poninya kemudian menutup lokernya dengan kasar.

Sudah seminggu ini dia menerima surat teror dari seseorang.

Isinya hampir sama semua,yaitu mengancam akan membully bahkan menyakitinya.

Dicky tak masalah dirinya dibully,toh dia sudah kebal.

Disakiti pun tak apa-apa,dia sudah sering menerimanya.

Tapi yang membuatnya geram adalah,siapa yang tiap hari dengan setia mengiriminya surat surat itu?

Dia merasa sedikit risih dengan kertasnya yang berwarna merah muda.

Dia dulu berpikir itu ulah anak perempuan yang "menyukainya".

Tapi ia sadar,tulisan disurat itu bahkan sangat buruk untuk seorang gadis.

"Hei bro!" Seseorang menepuk pundak Dicky dengan keras sampai Dicky hampir melompat kaget.

Dicky berbalik badan dan mendapati seorang pria kecoklatan khas terbakar matahari sedang menaik-naikkan alisnya.

Dicky mengerutkan kening. Mencoba mengingat orang itu.

"Ah! Dia yang menabrakku waktu itu." Pikir Dicky.

"Ya?" Balas Dicky singkat

"Ituu,aku mau minta maaf soal waktu ini...yang itu..yang aku menabrakmu itu.." Entah kenapa Alvaro gugup dan mengusap tengkuknya.

"Sudah kumaafkan." Sahut Dicky dingin.

"Beneran?" Alvaro memastikan dan disambut anggukan pelan Dicky.

"Wow! Kalau begitu,boleh kenalan?" Alvaro mengulurkan tangannya.

Dicky menyatukan alisnya dan sedikit memasang tatapan jijik, tapi ia menerima uluran tangan itu.

"Nama gua Alvaro, kelas X-3 absen 5. Cowok terganteng di angkatan ini. Kalo lo ada masalah silahkan panggil gua kapan aja." Kata-kata Alvaro berubah. Yang tadinya aku-kamu berubah jadi gua-lo

Hmm udah ngerasa nyaman nih Al?

"Saya Dicky,kelas X-6 absen ga penting. Udah ya,pegangannya saya lepas" Dicky melepas tangannya dengan cepat dan mengusap telapak tangannya di celana.

Alvaro sedikit heran.

"Gua udah cuci tangan kok. Lu jangan jijikan gitu" Ucapnya kaku.

"Bukan gitu. Saya ga suka pegangan. Jadi suka jijikan" Entah kenapa,suara Dicky mulai melunak.

"Wow,jadi gua ini orang yang beruntung dong? Soalnya bisa pegangan sama lu?" Alvaro memancingnya.

Walau sebentar,Alvaro bisa menyadari bahwa wajah Dicky memerah.

"Udah ya,saya mau ke kelas" Dicky cepat-cepat pamit.

"Tar gua ke kelas lu ya." Alvaro berteriak.

Tetapi Dicky tak menoleh.

Tanpa Alvaro ketahui,Dicky tersenyum simpul.

To be continued

Mortal EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang