-- Part 19 --

7.3K 265 55
                                    

Dicky berjalan menahan tangis dan amarah dihatinya.

Entah kenapa, selama ini Dicky tak pernah bisa menampakkan emosinya didepan Viras.

"Apa Viras begitu berharga buat saya?" Dicky memejamkan matanya.

"Mama,Viras,William,papa, dan sekarang Alvaro. Apa harus saya pakai narkoba biar saya gak stress ya?" Pikir Dicky sambil mengusap pelan tengkuknya.






Seseorang mengetuk bahu Dicky pelan. Dicky yang kaget lalu berbalik dan mendapati Alvaro yang tersenyum lebar.

"Pulang bareng yuk!" Tanpa mendengar jawaban Dicky, Alvaro menarik tangan Dicky.

Pria kacamata itu hanya pasrah dan tak mungkin bisa melawan Alvaro.

---------------------------------------

"Iky mau langsung pulang?" Tanya Alvaro sambil memasang sabuk pengaman.

"Terserah Al" Dicky memandang keluar jendela.

"Hotel mau?" Alvaro berkata dengan polos.

Dicky membulatkan matanya dan menoleh dengan cepat.

"Hehe, enggak kok. Ke kafe deket sekolah mau gak?" Alvaro bersiap memundurkan mobilnya.

Dicky mengangguk dengan pelan.

-----------------------------------

"Iky mau pesen apa?" Tanya Alvaro sambil membuka buku menu.

"Minuman yang rasa coklat" balas Dicky pendek.

"Es susu coklat mau?" Alvaro memandangi wajah Dicky.

"Maunya milo" Dicky berkata seperti anak kecil.

Setelah memesan, mereka terperangkap dalam hening, lumayan lama.

"Iky.." panggil Alvaro pelan

"Um?" Lamunan Dicky buyar.

"Iky kenapa?" Alvaro meraih tangan Dicky dan memegangnya.

"Gapapa" balas Dicky cuek.

"Lagi mens?" Canda Alvaro dan dibalas tatapan sinis Dicky.

"Ayolahh lo kenapa? Jangan ngambek kayak anak gadis dong" Alvaro memohon.

"Emangnya cuma anak gadis yang boleh ngambek?" Balas Dicky.

"Lo marah sama gue? Kenapa? Jelasin dong. Gue ga bisa didiemin gini. Gue bukan orang peka" Kata Alvaro.

"Saya capek Al. Gatau capek kenapa. Capek batin mungkin" Jawab Dicky.

"Saya capek ngurusin mama papa saya, saya capek punya masalah sama Viras, saya capek sama tekanan temen temen" sambung Dicky.

"Lo..ada masalah lagi sama Viras?" Alvaro berkata dengan hati-hati.

"Enggak, saya lagi selesain masalah saya sama Viras. Tapi saya mohon, Al jangan ikut campur ya" Dicky berkata dengan mata sayu.

Alvaro tak tau harus menjawab apa. Sehingga dia hanya mengangguk saja.












"Iky suka coklat ya?" Ucap Alvaro saat pesanan mereka datang.

"Enggak juga, lagi pengen" Dicky mengaduk minumannya.

"Lagi ngidam?" Alvaro berkata dengan jahil.

"Hah? Kok gitu?" Jawab Dicky polos.

"Siapa tau perbuatan kita waktu itu bikin kamu hamil" Ucap Alvaro dengan senyum mesumnya.

"Gak bakalan. Lagian kan waktu itu kamu bottom" ucap Dicky dengan wajah memerah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 07, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mortal EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang