-- Part 9 --

5.6K 326 14
                                    

BRUKK!!!

Tubuh Dicky terbentur dengan bangku-bangku dikelasnya.

Murid-murid di kelas X-6 mulai mundur dan berteriak-teriak.

"Bangun lo bangsat! Lo apain mantan gua!!" Alvaro menarik kerah baju Dicky.

"Alvaro,jangan buat keributan disini" Ketua kelas berusaha melerai.

"Diem lo Ren,ini urusan gua sama bocah bangsat ini" Alvaro mengacungkan jari telunjuknya didepan wajah ketua kelas.

"Ngomong didepan gua! Lo ngapain sama mantan guaa!!" Alvaro mengeratkan cengkeramannya di kerah seragam Dicky sampai urat-urat di tangannya terlihat.

"Saya gaada ngapa-ngapain Al.." nafas Dicky memburu.

"Bohong lo biadab! Kenapa bisa ada foto lo sama Viras yang lagi ciuman hah?!" Alvaro berbisik rendah dengan nada mengancam.

Mata Dicky membulat. Ia tak menyangka semuanya akan seperti ini.

"Gua percaya elu Ky, gua temen elu. Walaupun Viras mantan gua, gua sayang sama dia. Dan gua gatau apa yang sebenernya terjadi disini. Tapi gua bener bener kecewa sama elu" nada frustasi terdengar dari suara Alvaro.

"Maaf Al, saya belum bisa jelasin semuanya" suara Dicky terdengar berat.

"Gua mohon kita jangan ketemu dulu. Gua mau sendiri" Alvaro melepas cengkeramannya dan berbalik.

"Sorry ya Ren, gua bikin rusuh di kelas lu" Ucap Alvaro sambil keluar dari kelas X-6.

"Selesain masalah lo sama dia ya Ky" Ucap Reno -ketua kelas- sambil menepuk bahu Dicky.

"Viras, kamu ngapain?" Bisik Dicky pelan.

-----------------------------------------------

Selama pelajaran, Alvaro hanya menatap ke depan dengan kosong.

"Woi Al" Viras melambaikan tangannya di depan Alvaro.

"Oit?" Alvaro tersadar dari lamunannya.

"Lu kenapa?" Tanya Viras heran.

"Gapapa, lagi ga enak badan aja" Alvaro mengelus tengkuknya.

"Seriusan?" Kalo gitu cepet sembuh ya" Viras tersenyum.

"Ras, gua boleh nanya ga?" Alvaro mengetuk punggung Viras.

"Nanya apaan?" Viras berbalik badan.

"Lu sebelum pacaran sama gua dulu, pernah pacaran sama anak SMA ini juga gak?" Tanya Alvaro hati-hati.

"Gak tau dan ga usah nanyain gua tentang gituan" Viras memasang wajah masam.

"Itu artinya ada kan?" Kata Alvaro dalam hati.

------------------------------------

"Al, lo kesambet apaan bengong terus daritadi" tanya teman Alvaro yang bernama Kevin.

"Hah?!" Alvaro baru tersadar.

"Sante gan. Kita di kantin kok" kata Kevin disambut tawa teman-teman yang lainnya.

"Udah berapa lama gua bengong?" Tanya Alvaro.

"Beuhh lama banget,sampe minuman itu lo puter puter sedotannya" Ucap temannya yang duduk paling ujung.

"Oh iya Al, pacar lo mana? Kok ga keliatan?"

"Pacar? Alvaro mengerutkan alisnya.

"Itu si cowok yang pendek kacamata. Lu biasanya istirahat sama dia kan?" Jelas Kevin.

"Oh, gua lagi ada sedikit masalah sama dia" Alvaro membuang muka.

"Jadi elo yang tadi rusuh di kelas atas? Bikin malu aja" teman Alvaro memukul punggung Alvaro.

"Kalian mau bantuin gua gak? Bantu gua ngerjain Dicky sampe dia mampus" Kata Alvaro dengan nada licik.

-------------------------------------------

Dicky keluar kelas dengan wajah datar.

"Hai! Elo Dicky ya?" Tiba-tiba segerombolan cowok menghadangnya.

Dicky mundur selangkah dan waspada.

"Iyaa.." ucapnya pelan.

"Boleh kenalan?" Salah satu dari mereka maju.

"Enggak" Ucap Dicky sambil melewati cowok-cowok itu.

"Sombong seperti biasanya" Alvaro memandang dari kejauhan dan membuang permen yang dimakannya.

-----------------------------------------
-pulang sekolah-

Dicky pulang telat hari ini karena harus mengikuti eksul.

BYURRR!!!!

Dicky langsung berhenti berjalan. Kini tubuhnya basah kuyup. Seseorang menyiramnya dari lantai atas.

Saat ia berbalik dan mendongakkan kepalanya ke atas,

PLETAK!!

Ada yang melempari batu kecil ke kepalanya.

Dicky melepas kacamata dan mengusap lensanya pelan.

Sementara dibalik tembok sana, teman-teman Alvaro saling ber tos ria.





Dicky berjalan pelan ke parkiran menunggu jemputan.

Disana ia bertemu dengan Alvaro yang sedang menyandarkan tubuhnya di pintu mobilnya.

Mereka sama sama terkejut. Tapi Dicky yang membuang wajah duluan.

"Kalo mau mandi, buka baju dulu dong" sindir Alvaro dingin.

Tapi ucapannya tak di gubris oleh Dicky. Dicky malah sibuk menelepon.

Dari tempat ini, Alvaro dapat melihat dengan jelas dibalik seragam Dicky yang basah.

Luka dilengan kanan Dicky, luka yang tak ada saat Alvaro mengobatinya.

To be continued

Mortal EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang