-- Part 16 --

5.6K 273 71
                                    

Dicky meminjamkan Alvaro sepasang pyjamas yang sangat nyaman dipakai. Memang agak aneh sih, Alvaro yang biasanya terbiasa hanya menggunakan boxer, sekarang pakai baju tidur. Namun, toh apa sih yang enggak dari Dicky.

Setelah Alvaro SMS ibunya bahwa dia akan menginap di rumah 'temannya', Alvaro langsung melompat ke atas kasur dan mengambil posisi tidur, menonton Dicky yang sedang bermain dengan laptopnya.

Namun karena Dicky yang terlalu fokus dengan laptopnya, Alvaro semakin penasaran.

"Kamu ngapain Ky?" tanya Alvaro menghampiri Dicky yang sedang duduk fokus dengan laptopnya di meja belajar.

"Kerja." jawab Dicky singkat, masih fokus ke laptopnya.

"Eh? Lu kerja apaan?" Alvaro semakin penasaran dengan apa yang dilakukannya. Jadi, sambil memegang kedua bahu Dicky yang sedang duduk, Alvaro yang berdiri mencoba untuk mengamati apa yang sedang dilakukan Dicky.

Meskipun telah mencoba, Alvaro tetap tidak memahami apapun yang sedang dilakukan Dicky.

"Ky, tidur yuk udah malem," pinta Alvaro.

"Iya sebentar ya Al,"

"Iya gue tungguin,"

Alvaro mengambil satu buah kursi dan meletakkannya tepat dibelakang kursi Dicky. Alvaro lalu duduk, dan menggunakan bahu Dicky sebagai sandaran dagunya.

"Ky, kalo gue kaya gini ga ngeganggu lo kan?" Alvaro mencoba untuk terlihat innocent. Karena jujur, Alvaro pikir Dicky terlihat lebih sexy saat dia bekerja dan fokus ke laptopnya.

"Iya Al, tunggu sebentar ya, saya udah mau selesai." Nada yang digunakan Dicky sangat lembut, dan sangat berbeda jika dibandingkan dengan Dicky saat pertama kali kenalan dengan Alvaro.

Setelah beberapa kali Alvaro ganti posisi, Alvaro melihat Dicky mematikan laptopnya. Lalu Dicky bangkita dan mengajak Alvaro untuk tidur bersama.

"Ayo kita tidur." ajak Dicky.

Alvaro dengan semangat langsung berdiri dan berjalan ke kasur.

Dicky tidur di bagian kiri kasur, dan Alvaro di kanannya.

"Iky, nonton dulu," rengek Alvaro yang memeluk Dicky seperti anak kecil. Dicky lalu tersenyum, dan menghidupkan TV LED nya yang tepat berada di depan kasur.

"Iya Al," ucap Dicky sambil tersenyum.

"Iky kita nonton sambil ngobrol, boleh?" Cara Alvaro berbicara yang seperti anak kecil tersebut membuat hati Dicky meleleh.

"Al mau ngobrol apa?" tanya Dicky mengusap dengan halus rambut Alvaro.

"Ky, jelasin siapa cowo yang pas itu. Al cemburu," Alvaro memanyunkan bibirnya sambil berkata ke Dicky.

"Iya tuan putri," Dicky terus membelai rambut milik Alvaro. "-jadi gini. Aku mau jujuran aja ya sama kamu. Dulu pas waktu aku lulus dari SMP, ada laki-laki yang nembak aku, namanya William. Nah kebetulan ayahnya William itu bosnya Ibuku. Tapi aku ga mau pacaran sama dia karena aku gak ada rasa apa-apa sama dia, jadi niat ku itu sebenernya untuk nolak dia, tapi ga tau kenapa waktu itu aku jawab butuh waktu. Aku sebenarnya ngerasa kadang bersalah, udah gantungin dia. Tapi aku pikir dia udah lupa, karena pas SMA si William itu sekolah di Singapore. Dan dua hari lalu, seperti yang Al liat, William tiba-tiba datang dan bilang bahwa dia masih nungguin keputusanku. Tapi waktu itu aku dia tolak karena keadaan itu kacau, dia udah jahat sama kamu Al, dan dia gak seharusnya kaya gitu. Jadi, mudah-mudahan dua hari lalu merupakan akhir dari hubunganku dengan William,"

Alvaro yang hampir setengah tidur, baru dapat mencerna apa yang dikatakan Dicky barusan.

"Kenapa dia jahat sama Al?" tanya Alvaro dengan polosnya.

"Dia udah nyakitin hati Al," Jawaban yang Dicky lontarkan membuat Alvaro meleleh seketika.

"Jadi kita sekarang apa Ky?" dengan polosnya Alvaro berkata.

"Terserah kamu aja Al,"

"Gue sayang sama lu, jujur. Tapi kalo lo ga ada rasa sama gue, gapapa. Gue janji ini yang terakhir kali gue ketemu lu," Alvaro sudah memikirkan seluruh resiko yang mungkin saja dia dapatkan.

"Saya juga sayang sama Al," dengan senyum yang penuh ketulusan, Dicky menatap Alvaro.

"Ky, jadi kita pacaran?"

"Jika itu yang Al mau."

Seketika Alvaro berubah menjadi excited dan senyum tersebar di seluruh raut mukanya.

Tanpa disuruh, Alvaro langsung mencium Dicky. Kali ini bukan penuh napsu, melainkan ciuman yang sangat penuh dengan kasih sayang.

"Jadi, lu bakalan tetep manggil gue Al?" tanya Alvaro melepaskan ciumannya.

Dicky tersenyum, "Al mau dipanggil apa?"

"Apa aja Iky, gue suka semua tentang lu."

"Saya juga Al. Semua tentang Al itu indah di mata saya."

"Tapi Iky mau janji sesuatu ga sama Al?" tanya Alvaro.

"Apa aja sayang,." panggilan 'sayang' dari Dicky untuk Alvaro hampir terbang ke langit ke-7.

"Iky, Iky cerita apa aja ya sama Al. Iky harus mentingin diri Iky dulu, jangan sampe Iky sakit. Kalo Iky sakit Al juga ikutan sakit,"

"Iya princess," Ucap Dicky sambil mencubit pipi Alvaro.

"Sayang deh sama Iky," Alvaro memeluk Dicky dengan erat.

"Iky juga sayang Al,"


To be continued

Mortal EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang