-- Part 18 --

5K 224 9
                                    

"Thanks buat yang kemaren ya, btw besok gua kembaliin baju lu yang ini" Alvaro berkata sambil membuka pintu mobilnya.

Dicky hanya mengangguk pelan.

"Sampai ketemu besok" Alvaro tersenyum dan menancap gasnya kencang.

Dicky melambaikan tangan. Kemudian menghela napas panjang.

-------------------------------------

Dicky membuka lokernya dengan pelan. Ia menemukan sebuah kertas pink lagi, bertuliskan :

Gimana? Udah puas kemaren?

"Viras.." panggil Dicky pelan.

Viras muncul dari balik pilar didekat loker sambil tersenyum sinis.

"Kenapa? Gak suka?" Tantang Viras.

"Berhenti kayak gini dan ngomong apa yang sebenernya kamu mau" Dicky menghela napas.

"Gua cuma pengen lo mati. Ga lebih" Viras memainkan kukunya dengan angkuh.

"Asal Viras tau, saya udah mati. Mental saya udah mati. Jadi Viras ga usah repot-repot ngebunuh saya." Dicky berkata dengan nada berat dan pergi begitu saja.

Viras hanya mematung berusaha mencerna kata-kata Dicky.

Sementara dari kejauhan, Alvaro meremas tali tasnya melihat kejadian itu.

"Dicky Viras ya.." Dia tersenyum sedih.


-------------------------------------

"Viras.." panggil Alvaro pelan.

Viras berbalik badan dan menaikkan alisnya.

"Lo benci gua ya?" Tanya Alvaro

"Hah?" Viras bingung

"Dulu sih,pas lo mutusin gua. Tapi sekarang udah biasa aja" sambungnya.

"Menurut lo, wajar ga sih seseorang benci sama orang yang udah nolak dia?" Alvaro bergumam.

"Wajar aja sih.." Jawab Viras pelan.

"Jadi lo pernah ditolak seseorang?" Alvaro menatap tajam Viras.

Viras hanya berbalik badan.

"Vir, jujur ke gua. Dicky udah cerita semuanya"

Tubuh Viras kaku seketika. Dia berbalik dan menatap Alvaro.

"Gak usah sok tau segalanya. Ini masalah gue sama Dicky. Lo cuma orang baru yang gatau apa-apa".


-----------------------------------------

Saat jam pelajaran, HP Dicky bergetar.

Ia membaca dari notifikasinya, pesan dari Viras.

Pulang sekolah, depan kelas lo. Kita harus ngomong.

Dicky hanya mengendikkan bahu lalu menaruh HPnya kembali di kolong.

--------------------------

Sudah 10 menit Viras berdiri didekat kelas Dicky, tapi kelas itu belum bubar juga.

Akhirnya, guru di kelas itu keluar. Disusul murid-murid yang berhamburan.

Dicky berjalan paling belakang dengan Rini.

"Rin, kamu duluan aja, saya ada perlu sama anak sebelah" Dicky mendorong pelan Rini.

"Oh gitu, yaudah bye Dicky" Rini melambaikan tangan sambil berjalan.

Setelah pasti tidak ada orang lagi, baru mereka bicara.

"Pacar?" Tanya Viras sinis.

"Enggak, temen duduk. Kenapa? Cemburu?" Dicky memasang wajah datar.

Viras hanya mendecak lidah, kemudian mendekati Dicky.

"Gua kesini cuma pengen ngomong, ga usah belagu baru Alvaro deketin elo. Dan ga usah cari perlindungan sama Alvaro" Nada bicara Viras mengintimidasi.

"Itu saja?" Jawab Dicky dengan tenang.

"Atau lo sengaja deketin Alvaro karena lo tau dia mantan gua?" Tanya Viras.

"Kami ga sengaja ketemu trus kenalan, dan berlanjut sampai sekarang" balas Dicky cuek.

"Berhenti cerita macem-macem ke Alvaro atau lo beneran gua bunuh!" Ancam Viras.

"Silahkan, udah banyak kok yang pingin saya mati" Dicky tersenyum licik.


CEKREK!

Seseorang memfoto Dicky dan Viras lalu pergi.

To be continued

Mortal EnemyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang