Terkadang aku takut menatapmu
Takut bertemu denganmu
Takut akan suara panggilanmu
Tetapi,
Di sisi lain, aku ingin menatapmu, bertemu denganmu, dan mendengar suara panggilanmu.Jaejoong tersenyum senang akan kedatangan Woobin, saat ini dirinya berada di sebuah restaurant ternama, mereka berdua telah memesan berbagai makanan. Jaejoong terus saja tersenyum, ia senang, dan sangat senang. Kakak kesayangannya datang, yah walau tak berpengaruh besar, setidaknya Woobin akan ada di sisi Jaejoong tanpa perlu Jaejoong memintanya.
"Bagaimana kuliahmu?" Tanya Woobin.
"Baik hyung. Lalu pekerjaan Hyung? Joongie ingin sekali ke sana." Manjanya Woobin hanya tersenyum, ia pun memajukan posisi duduknya dan mengusap lembut kepala sang adik kesayangannya tersebut. Beberapa helai rambut pun menempel pada tangan Woobin. Woobin pun melihatnya.
"Rambutmu rontok? Kau pasti malas keramas lagi hn?" Ujar Woobin, Jaejoong pun hanya terkekeh, ia mengacungkan kedua Jarinya dan tersenyum, Woobin hanya mampu menggelengkan kepalanya.
"Jorok. Hyung tidak mau menganggapmu adik jika malas." Gurau Woobin, Jaejoong pun tersenyum pahit. Yah, ia tahu ini hanya gurauan, tetapi jika suatu hari itu terjadi, kemana Jaejoong harus bersandar? Woobin pun menatap wajah diam sang adik.
"Hei, hyung bercanda. Biasanya kau marah, mengapa ini diam?" Ujar Woobin. Jaejoong pun menggelengkan kepalanya. Ia menghelakan nafas dan meminum air putih untuk menetralkan perasaannya kini.
"Hyung. Apa hyung sayang Joongie?" Tanya Jaejoong tanpa menatap Woobin, Woobin tahu, saat ini adiknya sedang berbicara serius. Apakah ini semua karena ayahnya?
"Walau pun kau nakal dan pemalas, aku tetap menyayangimu."
"Umma meninggal karena Joongie. Apa hyung tetap sayang Joongie?" Tanyanya lagi.
"Hei, jangan bilang seperti itu, Umma meninggal karena penyakitnya dan ia tahu akan resiko saat mengandungmu. Jadi, bukan karena kau. Sudahlah, jangan kau bahas itu, besok kau datang ke peringatan kematian Umma?" Jaejoong pun menggeleng.
"Appa melarang Joongie, mungkin nanti saja Joongie sendiri ke sana."
"Kita pergi bersama, lagi pula hyung hanya seminggu di sini, kau yakin tak ingin menghabiskan waktu bersama?" Jaejoong pun tersenyum, yah walau ia tak ingin Woobin pergi, tetapi setidaknya beberapa hari ini ia akan mampu tersenyum.
Makanan yang mereka pesan pun tiba, hidangan yang tercium begitu nikmat. Woobin pun sudah mengambil sumpitnya. Tetapi, terdengar suara Jaejoong menahan mual, Woobin menatap Jaejoong yang tengah menutup mulutnya, bahkan kini Jaejoong berlari ke toilet.
Jaejoong memuntahkan isi perutnya, ia hanya mengeluarkan apa yang sempat ia makan, perutnya seakan menolak bahkan ia sangat tak menyukai aroma seafood, sedangkan seafood adalah makanan kesukaannya. Jaejoong terus muntah pada wastafel tersebut, rasanya sangat lemas.
Woobin pun menatap sang adik dari belakang, Woobin segera menghampiri Jaejoong saat itu juga karena sikap Jaejoong yang aneh, apakah Jaejoong sedang sakit? Pikirnya.
Woobin memijit tekuk leher Jaejoong, sementara itu Jaejoong masih saja memuntahkan cairan. Ia sangat lelah.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please!✔
FanficSalahkah aku mencintaimu? salahkah? Mengapa tidak hentinya kau menyiksaku, bisakah kau diam saja jika tidak membalas perasaanku? Aku membencimu, tapi faktanya sulit. karena aku mencintaimu. Jaejoong namja cantik berkulit putih mulus mencintai seora...