Ajarkan aku untuk membencimu.
Jujur,
Aku lelah.Seunghyun menatap Jaejoong yang belum sadarkan diri sedari tadi, wajahnya begitu pucat. Apa yang terjadi padanya? Selama ini ia tak pernah melihat sisi lemah Jaejoong, bahkan ia tak peduli akan Jaejoong yang terus tersiksa bahkan menjadi bahan pelecehan yang Yunho berikan.
Ponsel Jaejoong pun berbunyi, Seunghyun melirik ponsel tersebut dan dengan lancang mengangkat telepon tersebut.
"Joongie, kau mengapa pergi pagi-pagi sekali? Hari ini kau harus ikut acara peringatan kematian umma. Tak usah kau pikirkan Appa. Lambat laun ia pasti luluh. Ah ya, selamat ulang tahun." Seunghyun pun diam sejenak, apakah Jaejoong memiliki saudara?
"Maaf, aku teman Jaejoong. Jaejoong pingsan dan saat ini di klinik kampus." Ujar Seunghyun.
"Astaga, bagaimana bisa? Aku akan segera kesana. Terimakasih." Komunikasi itu pun terputus, ia menatap ponsel Jaejoong. Ternyata itu adalah kakak Jaejoong, Seunghyun mengira jika Jaejoong adalah anak satu-satunya. Tak lama ia melihat pesan pada ponsel tersebut, entahlah ia tergiur untuk membukanya.
Fr: Kang ajushi.
Jae, pikirkan baik-baik. Gugurkan janin itu sebelum ia tumbuh. Kanker darah yang kau derita akan semakin buruk jika kau mempertahankan janinnya. Dan, cepatlah beritahu Appamu dan Woobin, mereka berhak tahu ini semua. Dan lagi, appa janinmu pun belum tentu menerimanya bukan. Jangan pertaruhkan nyawamu demi janin itu. Pikirkan baik-baik. Ajushi percaya dengan keputusanmu.
Tangan Seunghyun bergetar membacanya, janin? Kanker? Janin siapa? Yunho kah?
"Ngh.." Jaejoong membuka matanya perlahan, hanya warna putih mendominan di ruangan itu. Jaejoong segera melirik Seunghyun.
"Seunghyun-ah." Ujarnya. Seunghyun pun tersadar dan menyerahkan ponsel Jaejoong.
"Terimakasih sudah membawaku kemari." Ujar Jaejoong tersenyum. Jantung Seunghyun berdetak cepat melihatnya, senyuman yang begitu manis.
"Tadi sepertinya hyungmu menelpon, dan aku memberitahu kau pingsan." Jaejoong pun mengangguk.
"Dan ada pesan dari kang ajushi." Dan kini Jaejoong terdiam, apakah Seunghyun tahu dengan semua ini? Apalagi pesan itu telah terbuka.
"Janin itu milik Yunho?" Tanyanya. Apa yang harus Jaejoong katakan? Bagaimana jika Seunghyun memberitahu Yunho dan Yunho semakin membencinya? Dan janinnya? Jaejoong takut itu semua terjadi.
"Ku mohon kau tidak memberitahu siapapun, a-aku akan berjanji pergi, ku mohon jangan beritahu Yunho tentang ini. Hanya janin ini yang ku miliki." Seunghyun pun menatap mata memohon Jaejoong. Bahkan air matanya telah mengalir, ingin sekali ia menghapus air mata itu.
"Lalu nyawamu? Kau rela mempertaruhkan nyawamu demi anak Yunho yang jelas-jelas membencimu?" Jaejoong pun terdiam. Ia segera beranjak dari tidurnya. Ia tersenyum dan mengusap perut ratanya.
"Setidaknya anak ini alasan aku untuk bertahan hidup Seunghyun-ah. Anakku dan Yunho." Seunghyun hanya melihat Jaejoong yang tersenyum sembari mengusap lembut perutnya. Mengapa tak ada kebencian yang Jaejoong tunjukan? Terbuat dari apa hati manusia ini?
"Yunho berhak tahu ini Jae."
"Tidak Seunghyun-ah. Ku mohon rahasiakan semuanya. Ku mohon sekali ini saja, mengertilah aku."

KAMU SEDANG MEMBACA
Please!✔
FanfictionSalahkah aku mencintaimu? salahkah? Mengapa tidak hentinya kau menyiksaku, bisakah kau diam saja jika tidak membalas perasaanku? Aku membencimu, tapi faktanya sulit. karena aku mencintaimu. Jaejoong namja cantik berkulit putih mulus mencintai seora...