Chapter 3

790 458 392
                                    

"Andai aja bolos sekolah tuh perilaku terpuji, udah gue lakuin nih. Ah! hari ini pasti sangat berat dan melelahkan di kelas." Seyna mengacak-acak rambutnya merasa frustasi. Dia tidak peduli dengan rambut nya yang sudah tersisir rapi sebelum berangkat sekolah, malah menjadi berantakan.

Sudah 10 menit Seya berdiri di gerbang sekolah, tapi tidak juga melangkah menuju kelas. Kakinya terasa berat untuk melangkah, bukan karena males sekolah ataupun bertemu guru killer yang suasana mengajarnya mencekam seperti sedang mengikuti uji nyali. Tapi apalagi yang bisa membuat seorang Seyna merasa frustasi kalau tidak berkaitan dengan band Erstren.

Seyna sudah bisa menebak-nebak sekarang ini, pasti anak-anak cewek di kelasnya termasuk Verly, lagi heboh seheboh-hebohnya membicarakan band Erstren yang akan menambah personil baru cewek itu.

Tapi apa boleh buat? Seyna harus tetap masuk ke kelas walaupun baginya sangat berat, kalaunya bisa nih Seyna mau teman-temannya menghilang kemana saja, entah di culik alien atau pergi ke dunia lain. Pokoknya terserah, asalkan Seyna bisa tenang dan damai belajar di kelas.

Seyna terdiam kembali di pintu kelasnya, Ia mengambil nafas dalam-dalam dan menghebuskannya dengan kasar.

"Ah! udah gue duga pasti kayak gini nih, Harusnya tadi gue bawa headset aja supaya nggak denger kicauan anak-anak alay ini." Seyna memukul-mukul dahinya.

"Seyna gue sedih, mau curhat!" belum apa-apa Verly sudah menarik tangan Seyna  membawanya ke tempat duduk mereka. Seyna merasa tertarik ke dunia hitam yang sangat mengusik kehidupan, kepalanya merasa pusing mendengar suara celotehan cewek-cewek yang tidak ada habis-habisnya membahas hal yang itu-itu saja, ia berharap agar guru cepat masuk supaya bisa menutup mulut-mulut yang tidak bisa diam itu.

"Yaelah, pasti gue dengerin masalah band itu mulu nih seharian. Gak bosan-bosan apa? "Batin seyna.

Seyna sudah tau, pasti Verly akan curhat panjang lebar masalah band itu seperti sebelum-sebelumnya jika terjadi hal-hal heboh mengenai band itu.  Walaupun di acuhkan Seyna, Verly tetap akan bercerita. Dia tidak peduli jika di acuhkan atau tidak di dengarkan, yang penting ia bisa meluapkan dan menceritakan kekesalannya pada sahabatnya itu.

*****

"Udah ah Ver, Bosan gue, itu mulu dibahas. Gue udah denger dari kakak gue. Dari pagi sampe istirahat ini, lo masih aja bicarain band itu, sakit telinga gue." Akhirnya Seyna menyerah juga, tidak mampu menampung keluh-kesah sahabatnya itu yang terus-terusan mengoceh.  Kalau di ibaratkan tulisan tidak ada tanda titik atau komanya.

Verly melipat kedua tangannya."Yee lo mah gitu. Orang kalonya sahabat lagi sedih tuh di hibur atau nggak dibeliin es cream. Lo malah cuek bebek, jahat ah! nggak peka!" 

"Lagian juga, lo udah tau gue nggak suka band itu masih aja ngotot curhat ke gue."

Siapapun yang mendengar ocehan Verly, pasti saja angkat tangan tanda tidak mampu kecuali Netly, mereka nyambung karena satu spesies.   Seyna yang secara terang-terangan mempublikasikan ketidaksukaannya terhadap band,   malah harus mendengar ocehan galau sahabatnya mengenai band yang tidak ada habisnya, pasti bisa membanyangkan lah bagaimana gedeknya Seyna terhadap Verly.

"Eh tunggu, gue penasaran banget, emang kenapa sih lo nggak suka band Erstren?" timbul kembali rasa penasaran Verly,  walaupun sudah tau pasti ujung-ujungnya juga tidak akan dijawab oleh Seyna. Biarpun ditanya seribu kali juga, kalaunya Seyna tidak mau memberitahu,  maka ia akan tetap tidak memberi tahu alasannya.

"Bukan hanya band Erstren, tapi semua band, gue nggak suka!"

"Iya alasannya apa kambing? Gue penasaran tau! Lo nggak pernah bilang setiap gue nanya itu."

Loveliest Stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang