Fourth

170 10 0
                                    

Phantom Enterprise Holding Inc.
Josh's Office

Anne melempar dokumen yang ia pegang dengan sangat keras. Bagaimana mungkin ia akan menangani proyek di mana ada Alexa di dalamnya. Lelucon!

"Aku tidak mau, kau bisa serahkan pada Jade dan aku tidak peduli!" geram Anne tak terima.

"Anne, kumohon—"

"Tidak, Josh! Tidak." ujar Anne memotong apapun yang Josh katakan, keputusannya tetap sama.

"Well, baiklah. Aku akan serahkan kepada Trevor." ujar Josh mengalah. Ia tidak dalam posisi ingin berdebat karena ia benar-benar sangat lelah.

"Kenapa harus dia?" tanya Anne tak terima.

"Anne, aku sedang tidak ingin didebat. Please...," ujar Josh suaranya makin memelan dan matanya tertutup rapat.

Anne awalnya mengira kalau Josh ketiduran karena kelelahan. Ia menepuk pelan pipi Josh dan terkejut ketika merasakan betapa panasnya pipi Josh.

"Godness! Josh! You're burning!" pekik Anne tertahan. Dengan panik ia menekan speed dial 1 di ponselnya.

"Trevor! Help me! Josh, he lost his conscious!"

***

Anne tak henti-hentinya meremas ujung roknya dan menangis dalam diam. Sudah setengah jam Josh berada di ruang ICU dan dokter masih belum memberikan kepastian mengenai kondisi Josh. Anne meremas ujung roknya semakin kuat, menundukkan kepalanya berusaha menahan tangisnya.

Trevor sudah menghubungi seluruh anggota keluarga Phantomhive yang langsung melesat menuju rumah sakit milik keluarga Phantomhive tersebut. Semuanya tampak khawatir dengan kondisi penerus utama keluarga Phantomhive tersebut, Lizzy menangis di dalam pelukan Nathan, sementara Jade sesekali mengerang kesal. Keluarganya juga sama paniknya terhadap kondisi Josh. Ia menjatuhkan pandangannya ke arah Anne yang masih tertunduk. Ia tahu bahwa gadis itu sedang bertingkah bodoh dengan menahan tangisnya karena ia tidak ingin terlihat lemah.

"Anne, ikut denganku." ujar Trevor yang kini sudah berdiri di hadapan Anne.

Anne menegakkan kepalanya, kesal dengan nada suara Trevor yang terdengar memerintah.

"Anne, kau memilih ikut denganku dengan kakimu sendiri atau kau ingin aku menyeret paksa dirimu." ujar Trevor memaksa.

Anne berdecak kesal, berdiri dan menghentakkan kakinya berjalan mendahului Trevor.

"Kau tahu ke mana aku akan membawamu?" tanya Trevor dengan smirk khasnya yang membuat Anne kesal.

Kemudian tanpa ba-bi-bu ia meraih tangan Anne dan menuntun gadis itu menuju ke halaman belakang rumah sakit di mana tidak ada seorang pun di sana.

"Cepat katakan apa maumu?!" sentak Anne geram.

"Menangislah!" ujar Trevor dengan nada memerintah.

Jelas saja hal itu membuat Anne berang.

"Kau sudah gila, hah!" bentak Anne amarahnya semakin meledak.

Trevor menahan kedua tangan Anne dan menarik gadis itu untuk mendekat padanya, "menangislah, Anne." ujarnya masih dengan nada perintah yang sama.

Anne memberontak, berusaha melepaskan dirinya dari cengkeraman Trevor.

"Marry, menangislah." ujar Trevor kali ini dengan nada lembut memanggil Anne dengan panggilan khususnya untuk Anne yang membuat Anne terkejut serta meruntuhkan pertahanan yang sejak tadi Anne ciptakan. Ia memeluk Trevor dengan sangat erat, menangis sesunggukan.

"Sialan kau Trevor! Hiks... hiks... berani-beraninya hiks... kau memerintahku!" gerutu Anne di sela-sela tangisnya.

Trevor tidak bersuara, ia hanya mengelus rambut Anne perlahan. Tanpa keduanya sadari, sosok Hendric dan Roger yang sejak tadi mengikuti cucu mereka kini saling memandang dan mengangguk seolah mereka baru saja membicarakan sesuatu yang penting hanya lewat tatapan saja.

Bersambung...

Self-centred Lady and Arrogant Butler [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang