Tenth

98 3 0
                                    

"What the hell are you doing here?!" bentakkan itu menginterupsi langkah Raymond yang baru saja keluar beberapa langkah dari elevator.

"Walter, aku ingin menemui Anne," jawab Raymond santai, ia mengangkat paper bag restoran ternama yang berada di tangan kirinya.

"I warn you, Blackwood. Just back-off, she's not the girl that you can hunt down." ujar Trevor, kilat amarah terlihat jelas di sepasang mata birunya.

"Well, she's not yours. You're too arrogant, Walter." balas Raymond.

Ketika keduanya hampir saja saling melempar tinjuan, Anne keluar dari ruangannya.

"Apa-apaan ini?!"

Keduanya menoleh ke asal suara, Anne berkacak pinggang mendapati kedua laki-laki itu bertingkah seperti anjing dan serigala.

"Hai, Anne. Aku datang membawakan makan siang, apakah kau ada waktu luang?" tanya Raymond.

"Maaf, Ray. Sepertinya tidak untuk hari ini," ujar Anne tanpa melepaskan pandangannya dari Trevor, "kau bisa datang sabtu malam, Grandpa ingin mendengarkan permainan pianomu." ujar Anne beralih menatap Ray dan tersenyum tipis.

"Baiklah, tapi aku akan meninggalkan ini untukmu." ujar Raymond sembari meletakkan tali paper bag ke dalam genggaman Anne.

Sepeninggal Raymond, Anne dan Trevor masih berdiri dalam keheningan sampai Anne berkata, "ke ruanganku. Sekarang." Anne berbalik dan melangkahkan kakinya menuju ke ruang kerjanya diikuti langkah Trevor di belakangnya.

"Kau tidak seharusnya bersikap seperti itu kepada Raymond, Trev." ujar Anne setelah Trevor menutup pintu di belakangnya.

Trevor masih diam, ia tidak ingin melampiaskan amarahnya pada Anne.

"Sebenarnya apa yang kau inginkan, Trev?" tanya Anne, ada nada lelah yang terselip dalam ucapannya.

"Dia menginginkan milikku, dia menginginkanmu, Anne. Aku tidak pernah berbagi milikku, dia harus tahu di mana posisinya dan dengan siapa dia berhadapan." ujar Trevor terdengar seperti geraman, ia berusaha sangat keras untuk membendung emosinya.

"Lantas apa yang ingin kau lakukan padanya? Dia boleh saja menginginkanku, tetapi aku tidak! Kenapa kau tidak mengerti juga Trevor? Aku... aku sudah muak dengan semua ini, jika kau benar-benar mencintaiku—

"—seharusnya kau tahu apa yang harus kau lakukan, jangan bersikap seolah-olah kau kekasihku! Kau—"

Anne membelalak kaget ketika Trevor lagi-lagi membungkamnya dengan ciuman memabukkan. Setelah beberapa menit berlalu, Trevor melepaskan bibir Anne karena mereka berdua sama-sama perlu bernafas.

"Anne, aku tahu kejadian itu telah menghancurkan apa yang kita miliki saat itu.

"Tapi, Anne. Itu bukanlah alasan untuk membiarkan laki-laki lain menyukaimu, kau milikku." ujar Trevor menyatukan kening mereka.

"Tolong jauhkan dia dari pandangan mataku," Anne memejamkan matanya sejenak dan membukanya kembali, "aku membencimu karena kau tidak bisa menjaga dirimu, Trev. Apakah kau tahu apa yang terburuk dari semua itu? Kau mengabaikanku di saat aku katakan untuk bahwa—," Anne tak mampu menyelesaikan ucapannya. Tangannya memukul-mukul dadanya yang terasa sangat sesak, air mata mengalir deras dari kedua matanya. Ia menangis sejadi-jadinya, hingga ia kehilangan kesadarannya. Dengan sigap, Trevor membawa Anne ke dalam dekapannya. Kejadian itu menorehkan luka yang begitu besar baik di dalam ingatan maupun hati Anne, kali ini..., ia takkan membiarkan Alexa menyakiti Marry-nya. Bahkan untuk sekedar mendekat pun, tidak akan ia biarkan.

***

Trevor memutuskan untuk membawa pulang Anne ke penthouse miliknya. Ia tidak ingin seluruh penghuni mansion Phantomhive panik ketika mendapati Anne yang sedang dalam kondisi 'tidak baik-baik saja'. Ia melepaskan blazer yang dikenakan Anne serta high heels milik gadis itu. Setelahnya, Trevor melepaskan jasnya kemudian berbaring di sisi Anne dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Milikku, jangan... Trevor hh... hh... tidak." Anne bahkan tidak bisa tenang di dalam tidurnya.

Trevor langsung terjaga menyadari Anne yang gelisah, keningnya dipenuhi dengan keringat dingin. Tubuhnya terasa sangat dingin, tak ayal membuat Trevor panik seketika.

"Anne, buka matamu. Anne! Anne!" seru Trevor sembari mengguncang baju Anne agar gadis itu terjaga. Dengan segera ia menarik selimut dan memeluk erat Anne.

"TIDAK!" jerit Anne lantang. Matanya terbuka dan sepenuhnya sadar dari mimpi buruknya.

"It's okay Marry, you're safe. I'm here with you My Marry." bisik Trevor membawa Anne ke dalam pelukannya dan mengusap pelan punggungnya sambil sesekali mengecup puncak kepalanya.

'Maafkan aku Marry, aku tahu apapun penjelasanku takkan bisa menghapus luka itu. Tapi percayalah, aku tidak akan membiarkanmu sendirian. Tidak akan pernah. Perempuan itu akan mendapatkan balasannya jika sekali lagi dia mengacau di kehidupan kita, bahkan hubungan darah yang ada di antara kalian tidak akan bisa menyelamatkannya untuk kedua kalinya.' batin Trevor.

Bersambung...

P.S: Cerita ini akan hiatus untuk masa waktu yang tak bisa saya pastikan. Karena saat ini saya kehilangan feel sama cerita ini 😅. Jadi, daripada cerita ini makin ngawur, saya putuskan untuk menunda kelanjutannya. 😌
Mohon maaf atas ketidak-nyamanan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Self-centred Lady and Arrogant Butler [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang