Second

210 11 0
                                    

Harrods, London

Trevor menghela napasnya, kedua gadis yang sedang berjalan di depannya ini benar-benar berhasil menguras tenaganya. Bagaimana tidak? Seingatnya, Jade mengatakan bahwa Anne ingin pergi ke Russell&Bromley. Tetapi, gadis itu malah berubah pikiran dan memilih untuk pergi ke Harrods. Plus Rue, yang ikut menemani Anne berbelanja. Kedua gadis ini memang terkenal dengan kekompakkan mereka sebagai partner-in-crime.

"Trevy, kemarilah! Aku menemukan sesuatu yang bagus untukmu!" seru Rue dengan antusias.

"Dammit! Rue, jangan panggil aku dengan panggilan menjijikkan itu!" geram Trevor kesal.

"Sudahlah Rue, kenapa juga kau memikirkan dia segala. Laki-laki arogan yang keras kepala." ujar Anne dengan nada enteng.

"Wah, lihat siapa yang sedang berbicara! Seorang Lady yang kekanakan dan hanya memikirkan diri sendiri." cemooh Trevor membalas.

"Hei! Kenapa kalian malah bertengkar? Relax, okay?" ujar Rue menengahi.

"Rue, lihat ini! Bukankah ini sangat cantik?" nada antusias Anne menarik perhatian Rue. Ia menghampiri Anne yang sudah berdiri di bagian perhiasan.

"Indah sekali, Anny. Kau bisa menggunakannya untuk menarik perhatian Ray!" seru Rue cukup keras untuk sampai ke telinga Trevor.

Anne tersipu mendengar ucapan Rue. Ya, ia memang menaruh hati pada guru les pianonya itu. Raymond Blackwood, laki-laki itu dibawa oleh Hendric untuk mengajari Anne yang sangat suka dengan piano.

"Ehm!" Anne berdehem, "kau benar. Aku akan terlihat semakin cantik dengan anting-anting ini. Brilian sekali, Rue." ujar Anne memuji.

"Tentu saja!"

Trevor mendengarkan dengan seksama pembicaraan keduanya. Ia mendengus melihat tingkah adiknya yang sengaja berbicara dengan suara yang keras.

"Apakah kalian sudah selesai berbelanja?" tanya Trevor ketika anting-anting yang diperbincangkan kedua gadis itu sudah beralih ke tangan Anne.

"Tentu saja belum! Aku harus mencari gaun yang indah dan sepatu yang cocok, ayo Rue kita ke sana!" ajak Anne pada Rue.

***

Trevor berdecak kesal, kedua tangannya kini penuh dengan paper bag belanjaan Anne dan juga Rue. Kedua gadis itu benar-benar menguras black card Jade.

"Hm, masih terlalu cepat untuk pulang. Bagaimana jika kita makan cake saja?" saran Anne.

"Ide yang bagus, Anny. Ayo!" ajak Rue bersemangat.

"Oh ya! Trev, kau bisa taruh semua belanjaan ke bagasi lalu kau bisa bergabung jika kau mau." ujar Anne acuh tak acuh.

Trevor menyeringai sebelum menjawab, "Sure, My Lady."

Sepeninggalnya Trevor, Anne dan Rue segera menuju ke Bakery&Drinks. Anne langsung disambut oleh Manajer yang sudah pasti mengenal putri bungsu Bangsawan Phantomhive.

Anne melirik keadaan Bakery&Drinks yang sangat ramai.

"Hm, bisakah saya memesan tempat yang lebih tenang?" tanya Anne.

"Tentu saja, Lady. Mari ke ikuti saya," ujar Manajer itu sopan.

Mereka duduk di bagian VVIP, di sana hanya di isi oleh beberapa pengunjung dan tentu saja jarak tiap-tiap meja sangatlah luas.

"Apakah Anda sudah siap untuk memesan?" tanya Manajer itu sopan.

"I want a chocolate cake and vanilla ice float." pesan Rue setelah melihat daftar menu.

"Strawberry shortcake and Blueberry cake, each of them one. Espresso and Latte." ujar Anne kemudian memesan. Manajer tersebut mencatat pesanan kemudian undur diri dengan sopan.

"Kenapa kau memesan banyak sekali, Anny?" tanya Rue heran.

Belum sempat Anne menjawab, suara berat Trevor lebih dulu menginterupsi.

"Manis sekali, Anne. Kau mengingat dengan baik kesukaanku," ujar Trevor dengan sudut bibirnya yang terangkat ke atas.

"Jangan terlalu percaya diri, Trevor. Aku melakukannya agar Manajer itu tidak bolak-balik mencari muka di hadapanku," desis Anne sebal.

"Guys! Kenapa kalian berseteru lagi? Throw it out, okay?" Rue kembali menengahi.

Ini dia alasan Anne mengajak Rue untuk ikut bersamanya, jika ia dan Trevor hanya berduaan saja. Maka sudah dipastikan akan terjadi adu-mulut yang tidak ada ujungnya.

Bersambung....

Self-centred Lady and Arrogant Butler [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang