Jilid 11

4.2K 70 0
                                    

Dia berpikir. "Apakah orang dunia persilatan mengira yang palsu itu malah yang asli. Palsu dan asli sebenarnya sulit dibedakan. Angka sembilan dan satu dibalikkan. Apakah Ru Yi Qing Qian hanya ada sembilan untai dan yang palsu hanya ada satu?"

Guan Ning menarik nafas lalu berkata pada dirinya sendiri, "Walaupun di dunia ini banyak orang bodoh tapi mengapa kau harus mempermainkan orang-orang di dunia ini?"

Mengingat banyak orang persilatan yang mati hanya karena seuntai mata uang hijau ini, ada juga karena mata uang ini mereka sampai harus mengorbankan nyawanya.

Tapi pada terakhir Ru Yi Qing Qian tetap dibuang begitu saja. Dia merasa kasihan kepada orang-orang itu.

Guan Ning kembali membaca kalimat itu. Dia merasa dari balik kalimat itu. Tetua pesilat tangguh ini berhasil mengalahkan semua pesilat tangguh yang ada di dunia persilatan, akhirnya yang dia dapatkan hanya kesepian, maka dia memutuskan untuk bersembunyi di gunung di tempat terpencil.

Dia merasa mengapa orang-orang di dunia ini begitu bodoh? Mengapa dia harus
menurunkan semua ilmu silatnya yang tertinggi hanya untuk orang-orang yang bodoh itu....

Guan Ning berkata sendiri lagi, "Mungkin ini adalah perasaan yang dialami oleh tetua itu, dengan semacam ramuan obat tetua itu menulis sembilan bagian ilmu silat tertinggi yang dia miliki dan memasukkannya ke dalam sembilan untai uang hijau.

Tapi diapun tidak lupa membuat satu bagian yang palsu.... tampaknya waktu itu dia
sudah tahu bahwa apapun yang dia lakukan selalu diamati oleh banyak orang, ternyata hanya orang bodoh yang merebutnya, walaupun dia tidak bisa menyaksikan sendiri semua peritiwa itu tapi pada waktu itu dia masih hidup dia pasti menertawakan orang-orang, hanyalah orang serakah dan bodoh.

Dia menarik nafas lagi lalu berpikir, "Mengapa orang-orang yang berhasil mendapatkan seuntai uang itu tidak mencari tahu rahasia dibaliknya. Malah hanya ingin merebutnya.... orang hidup masih bisa tertipu oleh orang yang sudah mati. Pantas tetua itu begitu menyombongkan kepintarannya serta menertawakan kebodohan orang-orang, hanya saja...."

Dia menghentikan pikirannya sebentar lalu melihat hujan yang sudah mulai reda.

Hutan yang berwarna hitam seperti mata raksasa yang dengan diam melihat bumi, seperti seorang raja yang sedang melihat kegiatan rakyatnya sambil menertawakan mereka.

Guan Ning berpikir lagi, "Orang pintar dan orang bodoh. Bumi dan langit apa bedanya? Jika kau adalah orang yang paling pintar, apa yang bisa kau dapatkan? Apakah kau akan membawa kesombonganmu hingga menjelang kematian? Jika kau selalu menyombongkan diri, bukankah seperti seorang jutawan pelit memegang dengan ketat uangnya sendiri?"

Hanya dalam waktu singkat pemuda yang tidak berpengalaman ini seperti mengerti banyak persoalan yang sebelumnya tidak begitu dimengerti.

Diapun merasa orang yang ceria dan senang adalah orang yang bodoh, karena dia tidak perlu menahan rasa sepi seperti yang dilakukan orang pintar. Walaupun dia dipermainkan tapi dia tidak akan merasa kehilangan sesuatu.

Dia tertawa sendiri lalu berkata pada dirinya sendiri, "Mungkin ini adalah alasannya mengapa banyak orang merasa harus menjadi orang bodoh! Jika seseorang dalam hidupnya bisa sedikit berlaku bodoh, bukankah dia akan merasa lebih senang?"

Kadang mengeluh, kadang tersenyum, hatinya sering bergejolak dan tidak tenang, hujan besar ini entah kapan baru akan berhenti.

Dia tidak tahu entah kapan jalan gunung mulai rata. Awan hitam tertiup angin. Dia
baru sadar ternyata dia sudah berada di kaki gunung.

Di kaki gunung ada seorang penebang kayu tua sedang membuka membuka pintu rumahnya. Dengan terkejut dia melihat dan merasa aneh mengapa dibawah guyuran hujan yang begitu besar masih ada wisatawan turun dari gunung.

Legenda Kematian - Gu LongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang