Chapter 14

93 17 0
                                    

"Biarkan aku masuk kedalam hari-harimu, aku tidak akan mengecewakan mu, layaknya dia mengecewakan ku."

"Del, bagusan yang mana sweater nya?" tanya Arga sambil menyodorkan dua sweater. Yang ditangan kanan bergambar garis-garis yang membentuk pola zebra dengan warna putih dan warna dasar hitam, yang ditangan kiri hanya bergambar silang berwarna hitam dan warna dasar abu-abu.

"Lo yang make, apa aja bagus." Jawab Adel sekena nya.

Pipi Arga merona seketika.

Adel yang melihat pipi Arga merona terkekeh geli, lalu menyibak kan sejumput rambut Arga kebelakang kuping, "kalo bulshing pas kita bedua aja, lo cantik. Gue gak rela kalo diliat orang."

Tempurung kaki Arga sudah seperti tidak berfungsi karena ucapan Adel barusan. Bikin lemes!

"Apaan sih, Del. Garing tau ga!"

"Garing, garing juga lu suka kan!" Seringai Adel muncul sambil menjawil dagu Arga pelan.

"Ish, nyebelin. Udah ah!" seru Arga membalik badan berniat membayar sweater.

Adel tersenyum kecil melihat tingkah Arga. Akhirnya Adel menyusul Arga dan sudah berdiri di samping Arga.

Arga yang masih kesal langsung mendengus kecil sambil mendelikan mata.

"Apa lo!"

"Wei, selo aja dong!"

"Nyebelin, si!"

"Tau gak? Kita diliatiin anak kecil. Gak kecil kecil amat si, mungkin kelas enam sd," beritahu Adel tidak nyambung.

"Terus?"

"Kayanya dia ngiri sama kita, dia gak punya pacar," Arga menoleh langsung mencapit hidung Adel dengan kedua jari tangan.

"Kalo ngajarin anak kecil tuh yang bener! Ini malah ngajarin pacaran."

"Lo sendiri pacaran."

"Kan lo yang ngajak! Eh bukan ngajak sih, ini mah lebih kepaksaan!" Adel yang mendengar perkataan Arga tidak terima dengan tuduh pemaksaan pacaran, ingin memprotes namun tidak jadi karena sekarang giliran mereka membayar sweater tersebut.

Arga menaruh sweater dimeja yang menjadi penghalang antara pembeli dengan penjual.

Saat sang kasir memberitahu harga sweater tersebut sempat terjadi bencana.

Kurang lebih seperti ini.

Adel menyerahkan uang kepada kasir dan Arga berkata.

"Gue aja yang bayar."

"Udah, gapapa gue aja yang bayar."

"Dih, kan yang mau make gue."

"Gue lagi baik, nih."

"Serah, lah."

Akhirnya perdebatan dimenangkan oleh Adel.

Arga sadar, perubahan sikap Adel.

Saat dahulu terasa dingin, bahkan sepertinya Adel untuk berkenalan saja malas, Arga sempat berfikir mungkin Adel mempunyai tekanan batin hingga akhirnya membuat dirinya diam bicara.

ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang