Chapter 11

88 18 0
                                    

"Sementara melupakan mu, hanya cara ku merobek hati."

Yang Arga benci adalah kegabutan.

Tapi sekarang disinilah dirinya. Terjerat di kelas.

Sebenarnya Arga sedang ada jam mata pelajaran, namun sang guru bahasa Inggris tercintanya dengan senang hati memberikan tugas hanya lima soal dalam waktu tiga jam. Kalo itu doang sih, Arga ngerjain paling lima menit selesai!

"Arga, udah selesai belum?" Rasya selalu bertanya seperti itu jika pelajaran bahasa Inggris. Apa lagi kalau tujuan nya bukan mencontek?

Arga mengangguk-ngangguk, persis kaya boneka Hok-ben.

Tanpa mikirin perasaan Arga, Rasya mengambil catatan Arga langsung dibawa kemejanya.

"Ga!" Itu panggilan dari teman sebangkunya, namanya Andita Maharani.

Panggilannya Dita, sejauh ini sih Arga belum terlalu mengenalnya namun yang pasti Dita baik, dan asik.

"Kenapa?" jawab Arga, menutup novel lalu mengalihkan pandangan pada Dita.

"Lo tau gak si? Geng yang namanya "Gils on Fire" lagi berantem," kata Dita heboh.

Dan satu lagi sifat Dita, tukang gosip.

Arga ngakak sejadi jadinya.

Dita yang ngeliat reaksi Arga mengernyitkan dahi, lalu bertanya "Kok ketawa sih?"

"Nama geng nya ngakak, Gils on Fire. Kasian amat tuh cewe di dalem api," ini tuh Arga yang tulalit atau memang cewe cewe itu patut di kasihani?

Dita mendelikan mata. "Ya Allah, Ga. Sekarang tuh nama geng geng gitu tuh udah banyak," Arga menyeringai. "Mana gue peduli ama gituan."

Dita menoyor kepala Arga pelan, jengkel. "Lu mah! itu kan udah anget anget di sekolah kita."

"O gt y." jawab Arga sambil kembali fokus pada novelnya lagi.

Dita sedari tadi mengoceh tidak jelas yang hanya Arga jawab dengan anggukan dan 'iya'. Saat sedang fokus membaca novel dengan tenang-- Dita sudah selesai bicara-- iPhone Arga bergetar menandakan ada line masuk.

Kening Arga hampir bersatu saat melihat siapa yang mengirim. Adel memberi nya sebuah line. Memang sudah sejak dari mereka pergi ke kafe, mereka jadi sering memberi kabar satu sama lain, namun tidak bisa sampai dikatakan perhatian toh mereka tidak chatan setiap hari atau sampai larut malam.

Arga membuka line dan membaca nya dengan seksama.

Adelio Mutafik:nanti pulang bareng gue ya.

p.s: ini gak salkir.

Arga tersenyum kecil melihat kata terakhirnya Adel.

Arga Felisha: oke, btw ketemuan di parkiran?

"Ga," panggil Rasya menatap Arga tajam.

Arga bingung diliatin Rasya seolah olah akan di terkam.

Arga mengernyitkan dahi, "Kenapa?"

"Mau bobo," rengek Rasya.

Arga pengen tabok Rasya bulak balik pake kayu, rasanya.

Arga memutarkan bola mata, lalu menyenderkan punggung pada kursi, "Lo akhir-akhir ini nyebelin ya Rasy, malah kadang manja."

Rasya menyengir kuda sehingga mata nya seperti bulan sabit sekarang, "Manja ke sahabat sendiri mah gapapa kali, Ga."

Sahabat.

Arga gak keberatan tentang panggilan sahabat itu, toh memang kenyataan mereka cuma sahabat.

"Ga, dengerin gue mau ngomong serius nih," Rasya menatap Arga tepat dimanik mata.

Arga mendelik, sepertinya hari ini sering sekali Arga mendelik, "Sampe gak guna gue ceburiin ke kali angke ya,"

"Badan lo aja lebih kecil dari gue, gimana mau nyeburin."

Arga nyengir, "Cepetan, mau ngomong apa?"

Air muka Rasya kembali serius, membuat Arga bergidik ngeri, "Jauhin Adelio. Dia gak baik."

Arga menaikan satu alisnya, "Dia mah emang gak baik, gimana bisa baik? kerjaan tiap hari cuma diem." Oke, Arga sepertinya salah kaprah.

"Allahuma, Arga yang cantik, bukan gitu. Maksud gue bener bener gak baik," Rasya menjelaskan dengan sabar, melihat sekeliling lalu menatap Arga dalam.

Arga diam. Mencari jawaban yang tepat, atau lebih tepatnya ingin waktu cepat belalu dan Rasya tidak membahas ini. "Gue gak tau, Rasy. Gue gak tau bisa atau gak," entah lah mengapa ia menjawab seperti itu, tanpa memikirkan akibat nya pula.

Dikelasnya sekarang terisi tiga puluh empat siswa dan siswi, namun semuanya seolah senyap, seolah hanya mereka berdua yang ada di dalam kelas. Baik Arga maupun Rasya sedang tenggelam dalam pikiran masing-masing. Hingga akhirnya getaran iPhone Arga membangun kan mereka dari lamunan.

Arga melihat lockscreen nya dan ada sebuah pesan, namun teringat didepannya ada makhluk bernama Rasya Ifaturahman, Arga memasukan kembali iPhonenya ke dalam saku.

"Ekhem, gue kesini sekalian mau balikin buku lo. Tadi di contekiin juga sama anak cowo," kekeh Rasya, namun siapa pun yang melihat tawa kecil Rasya pasti mengetahui itu palsu dan dipaksakan.

Setelah berkata demikian, Rasya kembali ke tempat duduknya. Banyak sekali sekelebat fikiran buruk tentang Adel yang sedang dekat dengan Arga. Apa lagi mengenai Arga seperti pertanyaan semacam:

kok lo bisa jadian?

kenapa? Di hari kedua sekolah?

Rasya tau sahabat nya ini tipe orang yang judes dan jual mahal selangit.

Tapi kenapa ini bisa tiba-tiba terjadi?

Rasya pun tau, Arga bukan cewe murahan yang pertama bertemu langsung jadian begitu saja. Memang nya ia Anna yang di Disney Frozen?

Rasya tau Arga tidak sebodoh itu. Jika hanya karna tampang saja pasti sudah ditolak kalau Arga tidak memiliki perasaan, percayalah mantan Arga bahkan lebih ganteng dari Cameron Dallas.

Tapi jika begitu, kenapa Arga bisa tiba-tiba berstatus pacaran?

Apa mungkin Arga memiliki perasaan?

Dan mengapa Rasya memikirkan nya?

Simple saja, Rasya menyayanginya.

Lebih dari sahabat atau keluarga.

••••

Saat Rasya kembali ketempatnya, Arga mengecek iPhone-nya, tersenyum karena sebuah chat. Kemudian menatap keluar jendela kelas.

Tepat di jendela samping pintu kelas Arga, berdiri lelaki dengan rambut acak acakan, hidung mancung, bibir tipis yang diujung bibir tersebut tertarik sedikit ke atas.

Adel tersenyum pada Arga.

Arga balik tersenyum pada Adel, lalu mengangguk semangat, yang di balas kekehan kecil dari luar sana.

Adelio Mutafik:gue tunggu depan kelas. ok, cantik?

ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang