Chapter 10

89 11 0
                                    

"Jika kamu bisa memilih dia yang tidak sepenuhnya mencintai mu, mengapa kamu tidak bisa memilihku yang siap mati demi dirimu?"

Arga sedang berada di kantin. Bersama teman setengah warasnya.

Sedari tadi hanya memakan, makanan masing-masing.

Hingga akhirnya Dasya membuka percakapan."Parah banget gak si, betapa jahatnya semut semut di meja makan rumah gue, mereka mengerubuni lolipop lima rebu gue. Bayangiin, udah harga nya mahal, malah dikerubunin semut lagi. Gue kan, padahal gak pernah berlaku jahat pada satu pun umat semut."

Apakah Arga pernah berkata bahwa sahabatnya yang satu ini pelit?

Jika belum, Arga tambahkan dengan senang hati.

Kepala Arga ingin pecah rasanya jika Dasya sudah curcol tentang berapa harga makanan sekarang ini.

"Lima rebu? Perasaan lolipop mahal?" Oke, kenapa Kasya seolah tidak mengetahui seberapa pelitnya temannya ini?

"LIMA REBU MAHAL, ASTAGHFIRULLAH." Dasya mah emang gitu. Gak mau kalah kalo soal uang.

Oke, kayanya sekarang Taya udah emosi ngeliat dua mahkluk ini.

"Das, please. Semut emang salah mereka mengambil paksa lolipop lo. Tapi jangan ambil emosi, beli lagi aja ya, sayang."Arga berucap seenak jidat sih. Mana mau Dasya beli lagi, kan udah tau Dasya pelit.

"Gak! Enak aja. Gue akan tetap membeci semut. Awas aja kalo sampe mereka mati! Gak bakal gue doaiin lagi!"

Biarlah.

Arga dari tadi sebenarnya merasa ada yang mengganjel. Entah, ia merasa banyak sekali yang melihat kearah nya dengan tatapan sinis.

"Naufan ganteng!" Seru siapa lagi jika bukan Nata?

"Gantengan Adam levine," Kasya suka gak kira kira kalo membandingkan orang, kan kasian yang lebih jeleknya.

Jauh dari tempat mereka mengobrol, seseorang tengah memerhatikan salah satu dari mereka. Siapa lagi kalau bukan Adel?

"Ga, gimana sama Adel?" Kasya bertanya. Dia memang yang paling perhatian.

"Ya gitu lah, cowo." jawab Arga sekenanya.

"Cowo kalo gak berengsek, ya homo," ejek Taya. Sepertinya dia punya dendam sendiri pada lelaki?

"Gue punya temen baru," celetuk Arga, gak nyambung.

Karna semuanya seolah tidak peduli, Arga melanjutkan.

Kasihan Arga.

"Namanya, Andita Maharani." sebenarnya Arga cuma mengalihkan topik.

"Hubungan nya sama kita apa?" tanya mereka berbarengan, mereka memang selalu kompak.

••••

Sejak dua tahun yang lalu Adel benci peduli.

Entah lah. Peduli membuat segalanya kacau.

Tapi bodohnya Adel. Sekarang,justru ia peduli pada Arga. Bahkan sampai memikirkanya.

Apa sekarang ia sedang terjerat kedalam permainannya sendiri?

ExchangeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang