Lepas Isya, aku keluar dari kamar. Kusalami Om Fajar yang baru menunjukan batang hidungnya.
"Apa kabar Han?" ujarnya ramah,
"Baik Om," jawabku singkat,
"Ayo makan dulu. Tantemu sudah bikinin pempek, pasti kamu udah lama kan ga makan pempek?"
"Iya nih om,"
"Ayo, kita makan di depan"
Om Fajar mengajakku makan diteras rumah sambil mengobrol panjang. Saat malam kian larut, aku pun aku pamit tidur. Aku masuk ke kamar dan mendapati Angga sudah tertidur. Aku lalu mengambil posisi di sebelahnya. 'Gagal sudah rencanaku malam ini. Besok pagi, semuanya harus berjalan baik.' Batinku. Aku pun memejamkan mataku.
_____oooO۩Oooo_____
Sinar mentari yang menembus jendela kamar Angga mengenai mataku, sinarnya yang menyilaukan memaksaku terbangun dari tidurku. Aku sedikit menggeliat, posisi tidur yang kaku karena harus berbagi tempat dengan Angga membuat badanku terasa pegal. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Aku memutuskan untuk merealisasikan rencanaku pagi ini. Sebelum semuanya terlambat.
"Pagi Kak," sapaan Anggi mengagetkanku,
"Eh, pagi Nggi, ga kuliah?"
"Ini baru mau berangkat, sarapan dulu yok Kak, yang lain udah nunggu di meja makan." Ajak Anggi
Aku mengikutinya berjalan ke meja makan. Benar saja, semua sedang berkumpul di sana, ada Tante Dira, Om Fajar dan sikembar Angga-Anggi, lengkap. Ini saat yang tepat untuk melaksanakan misiku.
"Ayo, Han sarapan dulu," Tante Dira yang sedang membawa dua piring makanan mengajakku makan.
"Iya Tan," aku pun duduk di sebelah Angga,
Sambil sarapan Angga banyak bercerita tentang pekerjaan barunya. Ia tampak senang sekali, satu sisi hatiku merasa kasihan menyadari kalau hari ini aku akan mengakhiri kebahagiaannya. Tapi sisi yang lain berteriak menuntut aku untuk tetap melakukan rencana ini, 'Mengapa harus merasa bersalah? Bahkan mereka sama sekali tidak merasa bersalah telah membunuh bapak dengan cara euthanasia, menjual rumah keluarga ku dan mengambil semua hak waris yang semestinya untuk Rayhan dan aku,' teriak batinku.
Usai makan, aku sudah membulatkan tekatku untuk melaksanakan misi ini.
"Nga, bisa ambilkan charger handphone Kakak di dalam mobil?" ujarku pada Angga.
"Oh, baiklah Kak, mana kuncinya?"
Aku memberikan kunci mobilku pada Angga, ia pun bergegas keluar,
Twiit.. tiit..
Aku mendengar suara alarm mobil sewaan yang sudah sedikit kumodivikasi itu, 'Dag did dug' Jantungku berdebar kencang. Ada ketakutan yang menyelimutiku, namun ketakutan yang bercampur penyesalan itu terkalahkan oleh dendam yang sudah beranak pinak. Aku menatap wajah Tante Dira, Om Fajar dan Anggi bergantian, lalu aku tersenyum.
DWAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!!
Aku merasa tubuhku terpental, ratusan timah panas mengenai tubuhku, Aku menahan rasa sakit yang bukan main, Kulihat orang-orang di depanku terkapar tak berdaya. Aku tersenyum, 'Semuanya terbayar sudah' Aku pun turut memejamkan mataku dengan damai.
_____oooO۩Oooo_____
Twiit...tiit...
Pengait pintu mobil terangkat ke atas, saat pintu dibuka kabel-kabel kecil yang berada dicelah bawah pintu tertarik . Kabel berwarna-warni itu pun terlepas, membuat kotak merah yang berada di sasis mobil aktif, dalam hitungan detik, ribuan timah panas menyentak keluar, ledakan dahsyat tak terelakkan. Tangki bensin yang terisi penuh juga ikut meledak dan membakar habis mobil itu hingga semua barang bukti terbakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bernafas Sejenak
AçãoGelombang kehidupan itu relatif, tidak mutlak. Kadang angin membawanya berlari jauh ke tengah samudra. Melebur, bercampur buih-buih lautan yang jumlahnya tak terhingga. Namun kadang angin pulalah yang membawanya kembali ke pantai. Terhempas dengan k...