HdM [1]

3.6K 226 11
                                    

What's your happy ending moment?

Bahkan ketika pesawat yang membawaku dari Jakarta mendarat di Bandara Internasional Incheon Korea Selatan malam ini, pertanyaan itu masih menggema di kepalaku. Menempuh perjalanan sekitar 6 jam dengan menatap hamparan laut atau apa pun yang terlihat di bawah sana dari ketinggian 35.000 kaki dengan tatapan hampa. Mengetahui bahwa pesawat yang membawaku hanya untuk satu tujuan yang bagi ibuku adalah membuang-buang uang demi menghilangkan jejak Jakarta beserta kisah-kisahnya di dalam kepalaku ini. Aku hanya ingin terbang, pergi, menghilang, bahkan menghapus jejakku di Jakarta sana.

"Tapi, kenapa harus Korea?"

Pertanyaan ibuku dua hari lalu yang hanya kujawab dengan senyuman paling tulus. Pertanyaan yang sama, yang membuatku berpikir ulang melakukan semua ini.

Destinasi awalku adalah Bali. Tempat yang kata orang-orang, bahkan turis-turis asing mengakui bahwa pulau Bali adalah tempat paling romantis di dunia. Menyewa vila dengan kolam renang pribadi, menyaksikan matahari tenggelam sambil berpelukan di tepi pantai, bersepeda sambil menjelajahi wisata kuliner, serta tempat-tempat yang tidak pernah kukunjungi di sana dengan dia sebagai tour guide-nya. Melainkan seorang gadis asia berwajah lembut yang menyambutku begitu aku tiba di terminal kedatangan.

"Aku sudah menunggumu sejak tadi," sambut Hye Sun-sahabatku-dalam bahasa Korea fasih sembari memelukku.

Aku tersenyum saat ia melepaskan pelukannya, lalu memandangku dari atas kepala hingga kaki.

"Kamu terlihat baik-baik saja," ujarnya.

"Kamu berharap aku tidak baik-baik saja?" tanyaku pura-pura tersinggung.

"Oh, bukan begitu maksudku." Dia memandangku lagi. Dia pasti sedang mencari tahu apa yang salah denganku, sehingga tiba-tiba mengabarinya bahwa aku akan tiba di Seoul minggu ini. "Kamu tahu, aku hampir membatalkan perjalananku ke Pulau Jeju begitu tahu kamu akan kemari."

"Kamu akan ke Pulau Jeju meskipun aku sudah di sini?" aku merengut.

Dia tertawa. "Oh, ayolah, Dee," serunya centil. "Kita akan ke sana bersama." Mata sipitnya berkilat-kilat semangat.

"Aku tidak pernah berencana ke sana," kataku.

Dia menggeleng, meraih koperku dan menarikku meninggalkan bandara. "Kamu tetap harus ikut!" serunya.

_____

Aku dan Hye Sun bersahabat sejak enam tahun lalu. Kami pernah satu SMA di Jakarta selama setahun, sebelum dia dan keluarganya harus pindah ke Seoul. Setelah tamat, aku berkesempatan mendapatkan beasiswa kuliah di Seoul, dan kami bertemu kembali, lalu menjadi dekat satu sama lain. Gadis dengan rambut ekor kuda yang pernah kukenal sebagai gadis pendiam, berubah menjadi seorang gadis Korea modern yang sangat cantik. Nama Indonesianya adalah Sani, sebelum akhirnya memutuskan menggunakan marga keluarga ayahnya sebagai Jung Hye Sun setelah menetap di Seoul. Berdarah Indonesia-Korea membuat kami lebih mudah berinteraksi. Jangan salah, Hye Sun juga sangat fasih berbahasa Indonesia.

Hujan mengiringi perjalanan kami menuju apartemen mewah milik Hye Sun di Gangnam. Sungai Han terbentang indah di kiri-kanan. Musik KPop mengalun lambat di radio. Sementara Hye Sun menikmati suara penyanyi favoritnya, aku memilih menempelkan kedua telapak tangan di kaca jendela. Menikmati hujan dan lagu sendu di kepalaku sendiri.

Sekitar satu setengah jam kemudian, kami tiba di kawasan paling elit di Gangnam. Bangunan-bangunan mewah berjejer rapi, pusat-pusat pertokoan yang tidak pernah sepi, kafe-kafe dengan pengunjung dari kalangan atas, serta masih banyak lagi tempat yang tidak terhitung mewahnya.

Setelah memarkir mobil, Hye Sun dan aku menuju lantai 11 apartemennya. Lift membuka begitu kami tiba di tujuan. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di apartemen mewah milik sahabatku ini. Apartemennya bahkan lebih luas dari rumahku di Jakarta. Setiap bagian dari apartemen ini membuatku takjub dan tak hentinya menggeleng-gelengkan kepala. Dahsyat. Aku bahkan tidak pernah bermimpi memiliki tempat seindah dan semewah ini, apalagi hanya untuk menginap selama batas waktu yang belum kutentukan. Hye Sun sangat beruntung mendapatkan hadiah ulang tahun berupa apartemen mewah-yang jika dikalikan dengan gajiku selama sepuluh tahun di Jakarta, tidak akan mampu menyewa apartemen di kawasan paling elit dan terkenal di Seoul-yang dia dapatkan secara cuma-cuma, lengkap dengan fasilitas di dalamnya.

Hujan di Matamu | (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang