Pagi hari di Jakarta, satu tahun kemudian.
Aku lupa pernah baca di mana, tujuh dari sepuluh perempuan yang pernah jatuh cinta, seringkali mengalami patah hati tak terduga. Tiga di antaranya memilih move on. Sementara sisanya memilih mengikuti kata hati. Bertahan.
Berada satu di antara tiga perempuan yang berhasil move on, aku menemukan sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya. Aku menemukan makna hidup ketika aku mulai berdamai pada diri sendiri. Aku melepaskan semua yang seharusnya kulepaskan. Melupakan seseorang yang pernah membuatmu jatuh dalam euforia perasaan berlabelkan cinta tidaklah mudah. Tapi aku bisa.
Aku melewati banyak hal dalam satu tahun belakang ini. Usia pernikahanku yang tidak berlangsung lama. Kehilangan calon buah hatiku—yang mungkin saja jika Tuhan tidak mengambilnya dariku, dengan keberadaannya akan mempersatukan ibu dan ayahnya. Serta suami—laki-laki nomor satu setelah Ayah—meninggalkanku demi perempuan lain. Rasanya sungguh tak terperi.
Dua minggu di Seoul tahun lalu sedikit banyak membantuku melewati fase itu. Meski terkadang kenangan buruk memang sangat sulit dilupakan. Aku mungkin kehilangan segalanya, tapi aku tidak kehilangan Tuhan. Aku percaya Tuhan selalu punya rencana indah di balik cobaan yang Dia berikan. Karena pelangi ada setelah hujan.
Hujan membungkus Kota Jakarta begitu aku meninggalkan rumah menuju bandara pagi ini. Hye Sun sudah menerorku dengan teleponnya beberapa jam lalu. Mengingatkan agar aku tidak lupa menghadiri resepsi pernikahannya di Bali dua hari lagi.
Sahabatku itu akhirnya menemukan belahan jiwanya. Aku tidak menyangka jika perjalanannya ke Busan waktu itu ternyata membawanya bertemu dengan Lee Hwan Gi, yang ternyata adalah salah satu penyanyi terkenal di Korea. Hye Sun menceritakan secara singkat bagaimana mereka bisa bertemu dan akhirnya memutuskan menjalin hubungan serius.
Sebuah insiden kecil mewarnai pertemuan mereka. Saat itu di dalam kereta, kursi yang seharusnya diduduki Hye Sun ternyata sudah diduduki oleh orang lain. Seorang pria yang menutupi sebagian wajahnya dengan mata terpejam dan kepala yang terantuk-antuk. Mungkin dia sedang tertidur, begitu Hye Sun menepuk bahunya dan mengatakan bahwa itu kursinya.
Pria itu bersikeras bahwa itu kursinya. Hye Sun tentu tidak terima dan segera memperlihatkan tiketnya. Mereka berargumen cukup lama, sampai seorang pramugari datang melerai mereka. Hye Sun diminta menukar tempat duduk karena pria yang sedang berargumen dengannya adalah seorang penyanyi yang sedang bersembunyi dari paparazzi. Pria itu adalah Lee Hwan Gi. Meski tidak rela kursinya diduduki oleh orang lain. Hye Sun akhirnya mengalah.
Dua minggu setelah ia kembali dari Busan. Hye Sun dikejutkan oleh satu buket besar bunga mawar di depan apartemennya. Disertai sebuah surat permintaan maaf di atasnya. Awalnya ia tidak tahu siapa yang mengirim bunga itu. Sampai akhirnya Lee Hwan Gi tiba-tiba muncul dua hari kemudian. Entah dari mana pria itu mendapatkan alamat apartemennya. Hye Sun tidak menyangka bahwa pria itu mencarinya, mengirimkan bunga, bahkan menemuinya secara terang-terangan.
Mengetahui popularitas yang disandang oleh Lee Hwan Gi, apalagi ribuan fans yang mengikutinya, Hye Sun sempat ragu begitu pria itu menyatakan perasaannya satu bulan kemudian. Bayangkan saja, seorang raja Kpop tiba-tiba melamarmu ketika ia sedang melakukan konser di tengah ribuan penonton. Menjadi satu-satunya perempuan yang dipandangi penuh cinta oleh Hwan Gi sekaligus pandangan iri dari para penonton. Hye Sun merasa serba salah meski ia akhirnya mengangguk mengiyakan lamaran itu.
Jodoh memang datangnya tak pernah disangka-sangka. Akhir musim panas lalu Hye Sun akhirnya dilamar untuk kedua kalinya. Mereka memutuskan mengikrarkan pernikahan mereka di Bali. Meski keinginan Hye Sun ingin dilamar dibawah hujan tidak terlaksana, gadis itu tetap bahagia. Bahkan lebih bahagia dari yang kuduga. Aku turut berbahagia dan bangga bisa menjadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya. Setelah sampai di Bali nanti, aku ingin memeluk sahabatku itu dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan di Matamu | (Completed)
Short StoryMungkin ini terdengar tolol. Aku masih mencintainya meski aku tahu dia tidak lagi mencintaiku. Aku masih mencintainya bahkan ketika luka yang dia goreskan masih terasa perih. Aku ingin membunuh dia di kepalaku, di hatiku, bahkan menghentikan namanya...