15

16K 1.5K 143
                                    

15

Butiran – Butiran bening masih menetes dari mata Soojung. ia tak bisa menahan air matanya untuk tidak keluar. Tangisan itu tidak bersuara , namun menyesakan. Ia hanya duduk di sudut ruang tamu rumah sederhananya bersama Jongin. Ia kembali kerumah ini sejam lalu, bersama Taeoh dan Jongin. Pria itu bersikeras untuk ikut bersama Soojung pulang.

Pria itu sedang membuka album foto yang menunjukan potret Taeoh sejak bayi dan hingga saat ini. Sesekali matanya berkaca-kaca. Melihat satu foto hari dimana Taeoh terlahir kedunia. Bayi munggil itu ada dipelukan Soojung berbalut selimut biru muda.

"seharusnya aku ada disana bersama mu." Ucap Jongin, mengusap foto itu penuh rasa sesal. Soojung hanya diam tidak merespon.

Jongin membuka lembar selanjutnya, terlihat foro dimana Taeoh tersenyum lebar menunjukan dua giginya yang baru tumbuh, Jongin ikut tersenyum.

"dia sangat lucu." Ucap Jongin lagi. Soojung masih saja diam.

Lembar berikutnya Foto dimana Taeoh yang tertidur pulas.

"begitu banyak yang ku lewatkan." Sambung Jongin.

"dia akan sangat mirip dengan mu saat tertidur pulas." Kali ini Soojung bersuara. Jongin menoleh dan tersenyum kecil.

"tatapan matanya selalu membuat ku mengingat mu." Sambung Soojung.

"Hidungnya, bibirnya. Caranya tersenyum, caranya tertawa, Apapun yang ada di diri Taeoh selalu membuat ku mengingat mu." Lanjut Soojung. Jongin hanya diam.

"sering kali ku tepis pikiran ini, ingin sekali ku elak kan jika dia bukan anak mu, tapi kenyataan ia begitu mirip dengan mu membuat ku berkali-kali gagal membuat diri ku untuk membenci mu." Ucap Soojung parau, suaranya terdengar sangat berat. Ia sudah terlalu banyak menangis.

"sebanyak apapun hati ku berkata pada diri ku untuk membenci mu, Taeoh selalu membuat perasaan itu hilang dalam sekejap." Sambungnya lagi.

"Maafkan aku Soojung." Jongin menunduk.

Mereka berdua kembali terdiam, hanya ada suara keribuatan yang diperbuat oleh Taeoh. Anak itu terus berlari-lari riang. Beberapa kali Ia terlihat bolak-balik membongkar kotak mainannya dan menunjukannya pada Jongin. Anak itu tahu ayahnya ada disana, bersamanya. Jongin dan Soojung terus memperhatikan gerak gerik lincah pria kecil yang merupakan Putra mereka.

Malam sudah terbilang sangat larut, namun Kim Taeoh tidak terlihat lelah ataupun mengantuk, bahkan semakin terlihat aktif saja. Sudah jelas ia terlihat sedang bahagia. Sorot mata bening anak itu jelas menunjukan curahan kebahagian yang teramat besar.

"Apa dia selalu seperti ini?" Tanya Jongin pada Soojung, kembali membuka percakapan . ia dahulu tak pernah sekaku saat ini. Jongin menyadari , hanya perlu waktu 4 tahun untuk merubah kepribadian seorang gadis periang menjadi wanita dingin seperti Soojung. dan Jongin kembali merasakan rasa bersalah yang teramat besar.

"Taeoh terlihat sangat bahagia sekarang" Soojung mengusap Air matanya dan mencoba tersenyum.

"Appa." Teriak Taeoh senang, dengan cepat melesat duduk di pangkuan Jongin, Pria yang ia panggil Ayah itu. Jongin merespon Taeoh dengan mengusap rambut anak itu penuh kasih sayang.

"Appa, tidak pergi lagi kan?" Taeoh mendongak, menatap wajah Jongin, matanya berbinar. Pertanyaan yang membuat bibir Jongin tertarik membentuk sebuah senyuman. Wajah kakunya menghilang.

"Tentu saja, Appa akan disini bersama Taeoh, dan Eomma." Ucap Jongin, ia menoleh kearah Soojung. menatap tepat di manik mata wanita itu.

"Jangan janjikan apapun padanya Jongin!" suara Soojung terdengar bergetar. Ia tidak suka dengan ucapan Jongin. Ia tak ingin Taeoh-nya kecewa dengan janji-janji yang Jongin Lontarkan. Ia tak ingin Taeoh-nya merasa terkhianati oleh Jongin, sama halnya seperti dirinya yang duhulu begitu percaya akan semua janji-janji Jongin.

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang