Berhenti.

81 1 0
                                    

Ah, tentang sebelumnya, maaf.

Baru saat ini aku terbangun dari anganku, bahwa, kamu itu, kemustahilan.

Aku tahu, aku tidaklah yang ada di anganmu pula.

Jauh. Bahkan aku tidak pernah terlintas di lamunanmu.

Bahkan ketika kamu memikirkan hal buruk, aku tidak di sana.

Artinya aku lebih buruk dari buruk, ya? :)

Ini catatanku, bukan puisi. Aku saja yang menganggap ini kumpulan puisi sejak awal.

Menggelikan.

Aku tidak memikirkan diksi, aku bebas. Ini catatan, bukan buku karya. Aku baru sadar.

Tapi HEI! Asal kamu tahu saja, semua ini kupersembahkan untuk satu orang saja.

Kamu. Semoga kamu baca.

Selamat tinggal. Semoga kamu baca.

Aku akan berhenti, dari catatanmu yang kubuat tentangmu.

Lihatlah, ada beberapa catatan yang kubuat sebelumnya, sebagian besar tentangmu. Untukmu.

Tapi, apakah kamu baca?

Kamu baca kan?

BACALAH!

Maaf aku hanya dapat memberimu kata, terus menerus kata, hanya kata.

Tapi sekarang juga, tolong bacalah! Ini yang terakhir! Aku mengucapkan selamat tinggal!

Lihat beberapa baris di atas! Aku mengucapkan SELAMAT TINGGAL!

Kamu bisa baca kan? Kamu tidak buta kan?

Kubuka lebar kembali pintu itu, agar kamu dapat keluar! Tidak mau? AKU AKAN MEMAKSAMU PERGI!

Semoga saja kali ini aku tidak akan membuka pintu itu lagi untukmu, walaupun kamu mengetuknya sampai tanganmu akan copot!

Aku lebih baik menunggu seseorang. Yang selalu memayungiku dengan kesunyian di saat aku memayungimu dengan kata-kata.

Kuharap ada.

Aku menunggu kesunyian itu berubah menjadi kata-kata.

Sekarang, maaf... aku akan pergi sekarang.

Payung ini, kututup dulu.

Catatan ini, kusimpan dulu.

Sampai pada aku memulai catatan baru,
saat itulah ia telah merubah kesunyian itu.

Sekarang aku sudah dapat memilih.

Selamat tinggal, Si Penyegar Mata yang kepribadiannya berkebalikan denganku.

Aku memilih Si Penyejuk Jiwa Cerminan Diriku.

Sebuah CatatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang