Part 8

1.2K 80 1
                                    

***
Morning, 06:00 AM

Pagi-pagi aku terbangun dari tidur singkatku. Kejadian semalam membuatku tak bisa tidur. Aku baru bisa tidur jam 4 pagi dan kembali bangun jam 6 pagi untuk melakukan aktivitasku.

Ku lirik meja makan dan aku tak menemukan makanan di sana. Biasanya, mau semarah apapun ia padaku ia tak pernah lupa untuk memasak untukku. Aku semakin cemas. Apakah ia benar-benar tak mau lagi ada di sini?

Segera ku buka pintu kamar Ji Hyo ingin memastikan keadaan gadis itu. Tak ku sangka aku menemukan pemandangan mencengangkan. Ia tak berubah dari posisi awalnya sejak semalam. Ia masih duduk dengan kepala tertunduk. Yang terdengar hanya deru nafasnya. Apakah ia tak lelah dengan posisi seperti itu?

Segera ku gendong Ji Hyo dan membaringkannya di kasur. Ku tarik selimut agar menutupi tubuhnya dan mengecup lembut pipinya. Ku tatap ia sangat lama. Wajahnya lusuh, bekas-bekas mengalirnya air mata masih terlihat. Ku singkirkan rambutnya yang menutupi sebagian wajahnya. Aku tak akan membangunkannya dengan teriakanku yang sangat memekakan telinganya.

Setelah keluar kamar, aku segera membuat sarapan untuk Ji Hyo. Ku buatkan ia roti isi dan susu agar menambah energinya lalu meletakan di meja dekat ranjangnya. Setelah membuatkan Ji Hyo sarapan, aku segera berangkat ke kantor. Sebenarnya perasaanku sangat takut saat meninggalkannya, aku takut ia akan pergi. Aku mencoba meyakinkan hatiku bahwa ia mungkin akan mengurungkan niatnya untuk tak pergi.

***
Night, Seoul

09:00 PM

Aku membawa mobilku dengan cepat setelah urusan kantorku selesai. Aku ingin cepat tiba di rumah dan melihat Ji Hyo. Aku ingin memastikan gadis itu masih ada di rumah. Mobilku dengan cepat ku pacu menuju rumahku. Selama di kantor pikiranku terpecah antara Ji Hyo dan pekerjaan yang membuatku sangat pusing. Aku tak bisa fokus, Ji Hyo kau masih di rumah kan? Saat ini saja aku tak fokus dengan jalanan, beberapa kali lampu merah ku terobos.

Tak sampai satu jam aku sudah berada di rumahku, ku parkiran mobilku dengan asal di depan rumahku.

Aku berdiri di depan pintu rumah dengan perasaan tak menentu. Jantungku berdetak seribu kali lebih cepat. Ku dorong pintu rumahku dengan pelan dan hasilnya pintu terkunci. Aku menghembuskan nafasku dengan lega, ia masih di rumah. Dengan senyum yang mengembang ku buka pintu setelah mengambil kunci cadangan di mobilku, mungkin ia sudah tidur.

Aku masuk dan menatap rumahku. Mengapa sekarang rasanya, rumah ini begitu sangat ku rindukan? Anni, tepatnya gadis yang berada di rumah ini. Ku edarkan padanganku ke penjuru rumah, tampak sepi. Biasanya juga seperti ini kalau ia sudah tidur. Dengan cepat aku berjalan menuju kamar Ji Hyo.

" Ji Hyo-ah??" Ucapku pelan. Tak ada balasan?

Ceklek

" Tak terkunci?"

Ku lemparkan pandanganku dari gagang pintu emas kamarnya ke dalam kamar Ji Hyo. Hening, kosong? Ranjangnya tampak sangat rapih? Benarkah ini terjadi? Ketakutanku? Gadisku pergi meninggalkanku. Aku berjalan memasuki kamarnya dan membuka kamar mandi, tak ada.

Oh tuhan apakah ini hukuman dan balasan atas doa yang ia kirim padamu kemarin.

" Ji Hyo!!!!" Teriakku mencoba memanggilnya tapi nihil. Ia benar-benar sudah pergi?

Ku langkahkan kakiku berbalik, ku pandangi seluruh penjuru rumahku yang kosong tanpa dirinya. Benar ia pergi? Rasanya sangat hampa. Song Ji Hyo pergi meninggalkanku? Benarkah?? Ia pergi?

Aku terduduk di sofa dengan lemas, tempat ia biasanya duduk. Kepalaku tertunduk dan tanpa sadar mataku meneteskan air mata. Aku menangis karena seorang gadis. Ini bukan perih karena di khianati tapi ini sebuah penyesalan. Maafkan aku Song Ji Hyo. Apakah bila kita bertemu aku bisa mengubah semua menjadi baik? Aku tak bisa merasakan tubuhku, sepertinya semua menguap entah kemana. Jiwaku pun bahkan tak terasa di sini.

STUPID LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang