Part End

1.3K 81 3
                                    

***

A Morning, Seoul

07:00 AM

Aku masih belum beranjak dari ranjang kami, kami?? Ya aku dan Ji Hyo. Sejak semalam ia tidur di kamarku. Kami tidur satu kamar.

Sudah sejak satu jam yang lalu aku bangun, aku sengaja bangun hanya untuk melihat wajahnya.

Ku sibak poninya yang menutupi dahinya. Ku sentuh setiap inci wajahnya dengan telunjuku. Ia sedikit terusik dengan jari-jariku yang bergerilya di setiap inci wajahnya.

" Ngghh..." Lenguhnya, mungkin ia merasa geli.

Ku kulum senyumku saat melihatnya terusik. Semanis inikah ia saat bangun tidur?? Babo Jong Jong​ Kook, sejak dulu tak menikmati pemandangan seindah ini.

" Ny. Kim bangunlah..." Ucapku lembut di samping telinganya sambil mengusap pipinya.

JI Hyo membuka matanya dengan pelan, ia sedikit terusik dengan sinar matahari yang menghalagi wajahnya. Ku lihat ia sedikit menyipitkan matanya.

" Morning," ucapku lembut.

" Jong Kook-ssi??" Ucapnya bingung dengan mata yang membulat besar.

" Ne?" Tanyaku.

" Kenapa kau di kamarku?" Tanyanya polos. Aishhh dia ini babo?? Bukankah kita sudah berdamai semalam? Dan ini kamarku bodoh.

" Aishhh jinjja!! Ya!!! Kau menyebalkan." Ucapku kesal.

" Hhhheee aku hanya bercanda.." Ucapnya manis.

" Bagiamana kalau kau memanggilku dengan sebutan yang manusiawi? Sapaan ssi ku rasa terlalu formal untuk dua orang yang saling mencintai kan?" Pintaku padanya dengan nada menggoda pada kalimat terakhir.

Ia memutar bola matanya seolah mempertimbangkan permintaanku. " Oppa?? Eotte??" Tanyanya lalu menggigit bibir bawahnya dengan ragu seolah meminta persetujuanku. Aishhh ia terlihat menggemaskan.

" Oppa?? Sepertinya itu panggilan yang manis." Ucapku dengan kedipan mata.

Ia memukul dadaku pelan karena kedipan mataku yang menggodanya. " Aku akan memasak sarapan." Ucapnya lalu beranjak dari ranjang kami.

" Anni, kau tak boleh kemana-mana." Ucapku padanya.

" Wae?" Protesnya.

" Kita tidur saja, aku ingin melihatmu sepanjang hari ini." Ucapku manja.

" Shirreo!!" Tegasnya.

" Ya!!!" Teriakku lalu manariknya ke dalam pelukanku. Ia terjatuh di atas dadaku. Ku tatap matanya. Ia mencoba memberontak tapi aku menahannya. " Kita mulai semua dari awal. Aku ingin menebus semua dosaku. Maukah kau bertahan di sampingku?? Menemaniku hingga maut memisahkan kita?? Maukah kau menjalani hidupmu bersamaku? Aku bukan apa-apa tanpa dirimu. Jadi jangan pernah mencoba pergi dariku lagi." Ucapku dengan serius kali ini. Ia membeku di tempatnya. Ini seperti sebuah lamaran, anni ini adalah permintaan dariku kepadanya untuk bersedia hidup denganku selamanya.

Ku belai kepalanya, " Saranghae Kim Ji Hyo. Kau mengubah plan hidupku dengan sempurna. Dan aku tak menyesali semua itu." Ucapku kemudian.

Ia terdiam sangat lama, aku mulai takut dengan apa yang nanti ia lontarkan. Bagaimana kalau ia menolakku? " Nado saranghae, oppa." Balasnya kemudian, dengan senyum termanis yang pernah ku lihat.

Ku hembuskan nafasku dengan pelan. Lega, perasaanku begitu sangat nyaman sekarang. Belum pernah aku merasakan perasaan seperti ini. Ini seperti saat kau memenang hadiah yang di kirimkan secara langsung dari Tuhan.

Ku angkat kepala Ji Hyo dari dadaku. Aku sedikit menundukan kepalaku, kepalaku bergerak mendekati wajahnya. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya dengan polos. Tanpa membuang waktu, ku sapukan bibirku pada bibir merah mungilnya. Hanya kecupan, mungkin bisa di katakan ciuman selamat pagi.

Ini berbeda, tak ada emosi dan nafsu melainkan rasa cintaku padanya. Ku pejamkan mataku menikmati semua sentuhanku pada bibir mungilnya. Tiba-tiba ia melepas ciuman kami dengan tergesa-gesa.

" Wae?" Tanyaku bingung.

Ia menatapku ragu. " Molla, Tiba-tiba perutku tak enak oppa." Ucapnya dengan wajah menyesal.

" Gweanchanna?" Tanyaku. Ia baru saja akan menggeleng namun terhenti seketika.

" Oppa akk.." Ucapannya terhenti karena tangannya dengan cepat menutup mulutnya. Detik berikutnya ia sudah berlari ke arah kamar mandi.

Aku menatapnya dengan khawatir. " Ji Hyo-ah Gweanchanna??" Teriakku lalu menyusulnya.

Ku lihat ia menuduk pada kolset kami, wae geuro?? " Gweanchanna?" Tanyaku lalu memijat tengkuknya.

" Anni, aku mual." Ucapnya lagi lalu kepalanya kembali menunduk di kloset.

" Hoekk..Hoekk.."

Aku hanya diam menunggunya selesai memuntahkan isi perutnya. Pikiranku sedikit melayang kemana-mana. Apa penyebab ia mual?? Masuk angin?? Apakah ia sakit??

Tiba-tiba sebuah pemikiran liar terbersit. " Ji Hyo-ah, mungkinkah??" Tanyaku padanya sambil mengerling nakal.

" Apa oppa? Mungkin apa?" Ia menolehkan kepalanya lalu menatapku bingung. Ku gerakan tanganku menyentuh perutnya.

" Mungkinkah di sini ada Kim Jong Kook kecil?" Tanyaku padanya dengan senyum jahil.

" MWO???"

The End

STUPID LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang