☆Sherry Kim☆
※Musim Dingin Bersalju※
.-Lima tahun kemudian-
"Aku mencintamu Yunho. Selamat tinggal."
Yunho terbangun dengan napas memburu hebat. Keringat membasahi tubuhnya saat ia terbangun dari mimpi itu lagi.
Menyadari bahwa ia berada di ruang kerja pribadi di rumahnya sendiri, Yunho menghela napas. Duduk kembali ke sofa sebelum melonggarkan dasi untuk dapat menghirup udara lebih banyak.
Yunho tidak ingin tidur, ia tidak suka tidur jika setiap kali menutup mata dirinya selalu di hantui bayangan kekasihnya yang telah pergi.
Tadinya Yunho hanya berniat untuk duduk dan beristirahat sebentar sebelum ia kembali ke kantor.
Ia pulang hanya untuk mengambil berkas yang ia lupa bawa pagi tadi. Karena lelah usai rapat panjang, ia duduk di meja kerjanya setelah membongkar brangkas. Lalu ia menemukan sesuatu.
Sesuatu yang sudah sangat lama ia simpan tanpa pernah ia coba buka, tepatnya sejak lima tahun lalu. Album berisi foto-foto yang sudah sangat lama tidak berani ia buka. Satu satunya benda yang tersisa dari kenangan kekasih yang telah tiada.
Yunho membuka album itu dengan tangan gemetar. Memandangi foto itu untuk beberapa lama denga mata buram karena air mata.
Rasanya masih sama menyakitkan seperti baru kemarin Jaejoong meninggalkannya. Padahal sudah lebih dari lima tahun kekasihnya itu pergi. Dan tak akan pernah kembali.
Menatap wajah polos cantik satu satunya orang yang menjadi kekasihnya, Yunho mengusap wajah itu penuh sayang. Satu satunya orang yang paling ia cintai di dunia.
Kim Jaejoong.Air mata jatuh begitu saja tanpa dapat Yunho cegah. Selalu seperti itu kala ia sadar bahwa pemilik dari wajah itu, senyum itu, tubuh itu tidak dapat ia sentuh atau peluk lagi. Rasanya benar benar menyakitkan. Sama menyakitkannya sejak ia tahu bahwa Jaejoong telah tiada. Dan itu karena kesalahannya.
Pintu ruangan terayun terbuka. Yunho mendapati istri dan putra tunggalnya masuk ke dalam, sambil berceloteh tanpa menyadari Yunho juga berada di sana.
"Maaf," wanita itu berkata, terkejut. "Aku tidak tahu kau kembali, Yun."
Senyum paksa muncul di bibir Yunho melihat putra tunggalnya berlari kearahnya. Buru buru ia menutup album dan mengusap wajahnya.
Pria itu merentangkan tangan dan mendapatkan pelukan sayang dari bocah berusia empat tahun itu.
"Papa sudah pulang?"
"Tidak. Papa hanya mengambil sesuatu. Bagaimana harimu jagoan?"
"Mama membuatkan Daehanie cake, sangat enak." ujar bocah itu dengan suara cadel.
Yunho tersenyum hangat. Memeluk tubuh mungil itu penuh sayang. Satu satunya peninggalan Jaejoong serta bukti akan cinta mereka. "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu." bisik Yunho lirih. Memeluk tubuh mungil itu lebih erat.
Bocah itu tertawa senang. Menganggap ayahnya sedang mengajaknya bermain.
Go Ahta memalingkan wajah melihat pemandangam itu. Air mata menyengat di pelupuk mata memperhatikan orang yang sangat berharga baginya itu bersedih.
Wanita itu tahu untuk siapa kata itu Yunho ucapkan. Ia sangat hapal melebihi siapapun. Karena pria itu hanya mengucapkan kata itu untuk kekasihnya. Yang Ahra ketahui bernama Kim Jaejoong.
"Kapan kita akan pindah?" ia bertanya kepada suaminya. Berharap mampu membunuh kesedihan dalam wajah Yunho.
Tawa bocah itu membuat Yunho sulit untuk mendengar apa yang baru saja Ahra ucapkan. "Kau bilang apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
A Snowy Winter
Roman d'amour※YunJae※ ☆Musim dingin bersalju☆ Menjadi putra kedua dalam keluarga terpandang kaya raya bukanlah hal membanggakan bagi Jung Yunho. Terlebih ketika Yunho hanya di anggap sebagai bayangan kakak pertamanya yang serba sempurna. Putra kesayangan dan ahl...