Bab Empat

9K 1.1K 86
                                    

*※* A Snowy Winter  *※*
-Sherry Kim-
.

“Jangan pernah berani meninggalkan ku lagi, sialan! Kau dengar itu.”

Bisa di katakan Yunho sangat jarang menangis. Baginya, seorang pria pantang meneteskan air mata bahkan untuk alasan apapun juga.

Akan tetapi sejak Yunho mengenal Jaejoong, merindukan Jaejoong dan pernah kehilangan Jaejoong, Yunho terlalu banyak menangis. Terlalu banyak air mata yang sudah ia teteskan untuk kekasih hatinya ini.

“Jongie. Katakan ini bukanlah mimpi. Katakan,” suara Yunho menghilang. “ini... benar kau.” Di gantikan rintihan sendu pria itu yang memilukan.

Naluri untuk melindungi itu bangkit dari diri Jaejoong. Tanpa sadar membuat sebelah tangan pria itu terangkat, menenangkan Yunho tanpa ia kehendaki.

Tepukan itu begitu ringan. Seringan sentuhan kapas namun memiliki kasiat melebihi obat manapun untuk menyembuhkan. Mampu mengangkat ribuan ton beban yang selama ink bergelayut di pundak Yunho.

“Boo. Yakinkan aku bahwa ini benar kau. Katakan sesuatu. Katakan padaku kau masih hidup.”

Air mata itu dengan lancang menetes  dari ujung mata Jaejoong. Jaejoong tidak ingin menangis. Namun, melihat Yunho yang ia kenal sebagai pria kuat, pria yang tidak pernah patah semangat, terlebih mengeluh, terpuruk seperti ini membuat jantungnya seakan jatuh dari tempatnya.

Jaejoong tahu, perasaan terlarang itu masih meninggalkan sisa. Perasaan yang telah ia buang dan takkan pernah berani ia pungut lagi.

Ia mengira hatinya telah mati akan perasaan apapun terhadap Yunho. Mati sejak ia melihat ayah dari putranya itu bersanding di pelaminan bersama wanita lain, mengucap janji yang seharusnya pria itu berikan kepadanya.

Sakit hati karena penghianatan. Sakit hati karena cinta mereka telah di nodai. Sakit hati karena pria itu bisa tersenyum di depan semua orang ketika hati Jaejoong menangis darah. Mengapa dengan mudahnya sembuh hanya dengan satu pelukan, satu tangis penyesalan dan kata yang tak pernah pria itu berikan untuknya.
Hanya saja Jaejoong tidak ingin lagi terlena di buatnya.

Dan sejak ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri Yunho bersanding dengan Go Ahra ke suatu acara, tersenyum untuk wanita itu dan memperlakukan Ahra dengan sopan, Jaejoong selalu menghindari apapun yang berhubungan dengan Yunho. Berhenti mencari tahu segala sesuatu yang berhubunga dengan pria itu. Ia sadar, perasaan Yunho tidak cukup kuat untuk dirinya. Hanya cinta bertepuk sebelah tangan miliknya lah yang akan selalu menahan Jaejoong untuk mencari bahagiaanya sendiri.

Terlalu banyak alasan lain yang membuat hatinya mati. Namun malam ini, melihat pria yang pernah menjadi bagian dalam hidupnya terpuruk dalam tangis, hatinya tergugah. Rasa sedih yang tak ingin ia rasakan untuk pria ini muncul begitu saja. Dan ia membenci diri sendiri karenanya.

“Aku mencintaimu. Kau dengar itu, Boo, aku mencintaimu.”

Tubuh Jaejoong membeku. Hanya kedua mata pria itu lah yang bergerak gerak untuk waktu yang cukup lama mendengar kata itu lagi.

Jaejoong tidak bersuara. Bahkan tidak menjawab pertanyaan yang Yunho lontarkan untuk pria itu lebih dari puluhan kalinya.

“Boo, sayang. Kau dengar aku?” ujar Yunho lalu menarik diri. Pria itu mengguncang tubuh Jaejoong, memeluk Jaejoong kebih erat mencoba meyakinkan diri bahwa pria yang ada dalam pelukannya itu adalah Jaejoong. Jaejoongnya. Dan nyata.

A Snowy WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang