Bab Sebelas

9.7K 1.1K 78
                                    

※A Snowy Winter※
☆Sherry Kim☆
.

Ini kali pertama mereka berkumpul bersama. Daehan Minguk Manse.
Ketiganya begitu mudah mengakrapkan diri seakan mereka memang sudah mengenal satu sama lain sejak lahir.

Bukankah sebagian besar anak-anak memang seperti itu. Mudah akrab dan bermain bersama.

Namun ada ikatan lain yang terlihat sangat jelas. Ikatan darah persaudaraan yang saat ini bisa mereka lihat dengam jelas saat ketiganya bermain bersama. Darah Jaejoong dan Yunho.

Diam diam Jaejoong melirik Yunho yang duduk di sebelahnya. Meski ada Manse yang duduk di antara mereka, jarak itu masih cukup dekat bagi Jaejoong.

"Apa ada sesuatu di wajahku?" Yunho bertanya tanpa menatap wajah Jaejoong.

Jaejoong memalingkan wajah. Menatap Daehan yang duduk di sebelah kirinya penuh minat. "Tidak." bocah itu menatap Jaejoong sekilas, menerima biskuit yang Jaejoong berikan kepadanya dengan senyum lebar di bibir mungil itu.

Sengaja. Mereka menempatkan Minguk dan Manse di sebelah Yunho dengan Daehan di sebelah Jaejoong agar mereka bisa mengakrabkan diri. Hal itu memang berguna karena saat ini mereka sudah terbiasa satu sama lain. "Jongie Umma, Daehanie ingin minum."

"Appa, kenapa Daehan memanggil Appa dengan Jongie Umma?" Manse yang duduk di sebelah lain Jaejoong bertanya. "Appa ayah Manse bukan?"

Yunho mengalihkan perhatianya dari Minguk, mengusap puncak kepala Manse sebelum menjelaskan. "Paggil Daehan Hyung, Manse-ah. Dia saudaramu sekarang. Untuk jawaban pertanyaanmu, karena Appa kalian adalah ibu dari Daehan Hyung."

"Apa Mingukie juga harus memanggil Jongie Umma." tatapan Yunho berbalik kepada Minguk dengan cepat. "Ya Tuhan jangan! Cukup dengan Umma atau Mama. Jongie terdengar tidak sopan untuk kalian."

"Tapi Daehan... " Jaejoong segera meralat. "Daehan Hyung.

Bocah itu kemudian mengulangi. "Daehan Hyung memanggil Appa dengan panggilan Jongie Umma."

Melihat wajah Yunho kehabisan kata kata Jaejoong tertawa tertahan. "Kenapa kalian bisa sangat cerewet. Pokoknya. Mulai sekarang kalian adalah saudara karena memang begitu lah seharusnya. Hanya saja kalian di besarkan terpisah dan mulai sekarang kalian harus membiasakan diri dengan hal itu."

"Kenapa?" Manse kembali bertanya.

"Karena kita memang saudara Manse." Minguk menjawab untuk Yunho.

"Kenapa kita..."

"Berhenti bertanya kenapa dan makan makananmu, bocah." Yunho menjejal kan biskuit ke mulut putra bungsunya. Menghadirkan tawa dari Jaejoong yang duduk di sebelahnya.

Untuk sesaat Yunho menatap Jaejoong dengan tatapan memberenggut lalu terdiam. Ia hampir lupa betapa cantiknya Jaejoong ketika sedang tersenyum. Tanpa sadar Yunho mengangkat tangan, mengusap pipi Jaejoong dan senyum itu pun lenyap.

"Aku sempat khawatir tidak akan pernah melihatmu tersenyum di depanku." senyum itu menghilang. Di gantikan lengkungan bibir yang di paksa muncul. "Aku minta maaf." bisik Yunho.

Jaejoong menunduk. "Kau akan terkejut mendapati rasa ingin tahu mereka tentang banyak hal. Terlebih Manse. Untuk Minguk kau akan kalah berdebat denganya karena dia seperti dirimu, terlalu pintar dalam mengingat sesuatu."

"Daehan sama seperti dirimu. Begitu dewasa pendiam tapi manja."

"Aku tidak manja."

"Dulu kau Manja. Selalu merajuk untuk bisa mendapatkan perhatianku atau bergelung di sisiku ketika kita bersama." Yunho terkejut mendapati kedua pipi Jaejoong bersemu merah. Jaejoong masih lah sama seperti dulu, begitu mudah tersipu. "Astaga! Kau sudah melahirkan tiga anak dan masih bisa tersipu."

A Snowy WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang