※A Snowy Winter※
☆Sherry Kim☆
.Pelayan wanita muda membawa Jaejoong ke salah satu ruangan yang belum pernah ia masuki sebelumnya. Ruangan itu terlihat sangat... Wanita. pikirnya. Dengan kertas dinding serta disain dan perabot yang sangat jelas di pilih oleh seorang wanita pula.
Kelihatannya Mr. Jung tidak segan segan mendisain ruangan itu dengan gayanya yang angkuh dan dingin. Terbukti dari kursi singasana di tengah ruangan dengan meja hitam yang terbuat dari berkwalitas tinggi bercat mengkilap. Sampai Jaejoong berpikir bahwa ia bisa melihat pantulannya sendiri di meja tersebut.
Mrs. Jung tidak membuat Jaejoong menunggu lama. Wanita itu muncul dua menit sesudah Jaejoong di persilahkan masuk bahkan sebelum Jaejoong memilih kursi mana yang ingin ia duduki.
Wanita itu seperti biasanya. Terlihat anggun dengan pakaian resmi serta rambut di gelung rapi seakan Mrs. Jung berniat menemui seorang presiden, bukannya menemui Jaejoong.
"Selamat siang." Sapa Jaejoong basa basi untuk menghapus keheningan di ruangan itu.
Mrs. Jung mengangguk ke sebuah kursi, di tempat yang lumayan jauh dari meja utama dengan wanita itu duduk di kursi lain seberang meja. Jaejoong sempat berpikir bahwa wanita itu akan duduk di singasananya, bukannya duduk di sisi meja dari kursi yang Jaejoong duduki.
"Aku senang Yunho tidak melupakan perintahku untuk menyuruhmu menemuiku."
Perintah?
Yang benar saja. Jaejoong menahan diri untuk tidak mendengus. Ia yakin Mrs. Jung akan menendang dirinya keluar pintu jika ia melakukan hal tersebut. "Sebenarnya Yunho memberitahuku beberapa menit lalu." bohong Jaejoong. Ia tidak akan membiarkan wanita itu besar kepala karena merasa begitu di utamakan oleh mereka. Yunho mungkin iya. Tapi dirinya tidak akan. Jangan mimpi.Mrs. Jung berdeham. "Kita mulai saja. Aku tidak suka membuang waktu."
Jaejoong bersandar santai ke punggung sofa, memperlihatkan sikap konyol yang tidak biasanya ia lakukan di depan orang lain dengan sebelah kaki ia naikkan ke kaki satunya. "Aku setuju. Aku memiliki banyak kegiatan lain selain duduk di sini dan mengobrol dengan Anda."
Di lihat dari bibir wanita itu yang membentuk garis lurus Jaejoong tahu ia sudah bersikap keterlaluan. Ia berdeham. "Aku bercanda." Kali ini Jaejoong duduk dengan sopan, meski ekspresi tubuhnya masih terlihat acuh.
"Kami akan mengadakan acara minggu ini, kau dan anak anak harus datang. Banyak sekali yang harus kita jelaskan pada publik terlebih seluk beluk cucu kami." Ada nada bangga dalam kata penyebutan cucu kami yang membuat Jaejoong berdiam diri. Yah ia yakin semua orang akan menerima ketiga berandal nakalnya. Tapi untuk menerima dirinya, itu masih di pertimbangkan.
"Yunho sudah memberitahuku."
"Bagus. Kalian hanya perlu muncul menunjukan diri, tidak perlu menjelaskan apa pun kepada mereka karena kami, aku dan suamiku akan mengatakan kenapa kalian harus hidup terpisah."
"Dan penjelasan apa itu yang akan kalian berikan kepada mereka?"
Hening sejenak. Mrs. Jung menghela napas dalam. Bahu wanita itu tidak setegap dan sebidang tadi saat masuk dengan penuh percaya diri. Wanita itu ragu, atau enggan. " Kami berniat memberikan penjelasan karangan, namum Yunho menentang ide kami dan meminta, tepatnya memaksa kami untuk mengatakan yang sesungguhnya tentang apa yang sudah terjadi. Yunho mengatakan itu lebih baik ketimbang menipu orang lain. Dia tidak ingin di anggap..." Mrs. Jung berdeham. "Di anggap seperti malaikat sempurna oleh siapapun jika kenyataanya dia adalah iblis."
Ujung bibir Jaejoong terangkat. Ia tidak tahu jika Yunho memiliki wewenang sebesar itu kepada keluarganya sekarang. Sebesar itu kah pengaruh anak-anak kepada mereka, sampai berhasil memaksa kedua orang tuanya untuk bersikap layaknya manusia pada umumnya. "Senang mendengarnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Snowy Winter
Romantizm※YunJae※ ☆Musim dingin bersalju☆ Menjadi putra kedua dalam keluarga terpandang kaya raya bukanlah hal membanggakan bagi Jung Yunho. Terlebih ketika Yunho hanya di anggap sebagai bayangan kakak pertamanya yang serba sempurna. Putra kesayangan dan ahl...