Aku berjalan menyusuri koridor. Sendirian.
Lily? Ya, kurasa Lily terlalu sibuk untuk menemaniku sarapan pagi. Walaupun kami terpisah dalam departemen yang berbeda, tapi itu tidak mengurangi interaksiku dengannya, tiap malam kami masih berbagi pengalaman, mulai dari perasaaan jengkel, takut, dan senang setiap harinya.
Kemarin, saat selesai latihan, aku dibawa ke departemen medis oleh Drake. Kulihat di sana, Lily lah yang paling terkejut dan sampai hampir menangis mendengar cerita tragis tentangku dari Drake. Jujur saja, mungkin bangku kemarin yang menimpa tubuhku itu sudah cukup tua, jadi tidak terlalu terasa sakit di tubuhku, hanya memar ringan dan sudah hilang dalam semalam.
Kumaklumi jika Lily sangat sibuk sekarang. Setiap anggota pelatihan sampai para pengawaspun setiap hari harus di check up kesehatan tubuhnya, baru boleh melanjutkan aktivitasnya. Merepotkan memang. Sedikit menjengkelkan, tapi harus kuterima.
Aku berjalan dengan langkah yang sangat lambat. Ya, menurutku sangat lambat. Aku masih ingin tidur. Aku sangat mengantuk.
"Hoammm..." dan aku menguap.
Sekarang ini, kondisiku cukup membaik dan aku sangat lelah akibat latihan kemarin. Latihanku dengan penderita BP kemarin itu cukup membuat satu badanku pegal-pegal. Bagaimana tidak, tubuhku dihantam oleh kursi kayu. Hingga hancur. Kukatakan kembali, han-cur.
Hari ini aku diberi waktu istirahat alias libur karena insiden kursi hancur yang menimpa tubuhku. Drake bilang bahwa aku butuh istirahat. Entah, sebenarnya sekarang aku cukup kuat untuk latihan, tapi ia tetap memaksaku untuk tidak datang latihan hari ini.
"Hey!" terdengar suara dari belakang.
"Eric! Hey!"
"Kelihatannya kau sehat-sehat saja." ucap Eric sembari mengerutkan dahinya.
"Really? " aku membalasnya bersamaan dengan satu alisku yang terangkat.
Eric menganggukkan kepalanya dengan mantap. Ugh, dia meremehkanku.
"Ya memang, sudah tidak terlalu sakit sih." ucapku.
"Lalu?"
"Ya tidak apa-apa kan, aku ingin istirahat."
"Dasar kau."
Kami sampai di ruang makan.
"Kau mau apa?" tanya Eric.
"Mm... Kentang saja." ujarku.
"Wah, kau terlihat benar-benar sakit sekarang?"
"Apa?"
"Biasanya yang mengambil kentang itu untuk orang yang sedang tidak enak badan."
"Mm... Aku hanya kurang berselera hari ini."
"Baiklah, ayo duduk." Eric mengajak kami duduk di sebuah meja. Ya, cukup strategis tempatnya, dekat dengan petugas makanan, kurasa hari ini dia berniat untuk menambah makanannya.
"Kau, jangan lupa nanti ke departemen medis." tegas Eric.
"Yaya." aku meng-iyakan dengan asal.
"Bisa saja tulangmu retak dan tidak ada yang tahu, haha."
"Baiklah." jawabku malas-malasan.
Selesai makan, benar saja dugaanku, Eric menambah porsi makannya.
"Wow, lapar?" tanyaku sambil sedikit terkekeh.
"Ya begitu, kau tahu, sejak kemarin aku belum makan sebutirpun nasi."
"Bagaimana bisa?" tanyaku penasaran.
"Aku ada rapat."
"Seharian?" aku cukup terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar Disorder : Part of Aby Stranger
Science FictionTahun 2050. Siapa yang lemah akan musnah. Siapa yang bertahan akan berkuasa. Jangan sampai terpengaruh ataupun tersentuh. Menutup mata bukanlah senjata yang tepat untuk menetralkan keadaan. Di dunia yang sedang menggila, kami tahu ada sebuah penawa...