chapter 7

22.5K 687 33
                                    

Putra pov

Kaget dan takut pasti itu yang ana rasakan kini, tiba-tiba ayahnya menelepon. Sembari mengenakan boxer, kulihat ana menatap kosong pada ponsel di tangannya. Ana terduduk dilantai dengan punggung menempel pada horden. Dan yang kurasakan adalah sungguh kacau! Baru saja juniorku akan dimanjakan setelah sekian lama puasa tapi ada interupsian telepon dari ayah calon mertua.

"Sayang, ada apa seperti baru melihat hantu saja" kataku di depannya yang membuatnya terkejut, pasti ana baru menyadari keberadaanku.

"Mas, ayahku... ayahku di depan kosan. Bagaimana? Aku bingung, sekarang jam berapa?" Katanya penuh kebingungan dan ketakutan.

Ya Tuhan... aku harus tenang! Aku harus dapat mengatasi hal ini dan pertemuan nanti, aku tak ingin mendapat kesan awal yang buruk dari ayah ana, "Sekarang kita pakai baju lalu ke kosan, aku akan menjelaskan pada ayahmu" kataku pelan berusaha menenangkannya.

"Aku takut" mata coklatnya nampak sendu.

"Tenanglah, Percayalah padaku" ucapku seraya mengecup keningnya lalu membantunya
berdiri untuk berpakaian.

-

"Mas, aku saja yang buka dan tutup pintu gerbang. Kamu tetap dalam mobil biar cepat"

"Apa kuat?"

"Halah kecil jangankan pintu gerbang bumipun kuat kugeser! Dalam situasi yang sangat genting ini apapun bisa kulakukan! Mas tuh di kosan singa kelaparan siap menerkam dan mencabik kita" cicitnya terus tanpa koma saatku membuka pintu garasi akan mengeluarkan mobil, aku menggeleng memandang heran sebegitunyakah saat wanita panik?

Sebenarnya rasa takutku kini sungguh pada level langit 7 tapi kubuat biasa saja karna aku tak ingin membuat ana semakin panik. Semua kaum pria, kalian pasti merasakan hal yang sama denganku bila akan bertemu ayah wanitamu!

Apalagi mengingat camerku itu seorang tentara kemungkinan besar aku akan dihajar militer habis-habisan malam ini. Jam tanganku menunjukan pukul 23.05, mampus siap mampus bawa anak gadis tentara sampai hampir tengah malam.

"Sayang rilekskan dirimu sedikit ya?" Kataku saat keluar dari lingkungan perumahan, sejak terduduk di sampingku ana terdiam dan sangat tegang.

"Selama ini aku tak pernah punya pacar atau semacamnya apalagi sampai mengenalkan pada ayah, aku tak tahu apa responnya nanti walaupun kami selalu tinggal terpisah tetapi baru kali ini aku akan berbohong. Aku bohong demi kamu demi kita" ucapnya panjang lebar sambil menatap luaran lewat kaca jendela. Tangan kiriku meraih tangannya lalu menggenggamnya erat.

Aku tak menyangka ana belum pernah berpacaran sebelumnya, pantas saja saat pertama kali kucium dia terasa kikuk dan yang utama 1000 % aku yang pertama menjebol gerbang benteng keperawanannya. Jadi total keseluruhan aku menjadi yang pertama. Keinginanku selanjutnya menjadi satu-satunya.

"Mas, itu ayah duduk di kursi teras seperti orang hilang. Ya Tuhan... aku durhaka sekali" ucapnya bersalah juga sedih dan aku heran kenapa cepat sekali sampai? Waktu tolong berhenti sebentar!

Ketika ana akan membuka pintu mobil  aku mencegahnya, " kita temui ayahmu bersama, aku pria bukan cowo ingusan" ucapku yakin.

setelah membuka dan menutup pintu mobil untuknya, "Ayo kita jelaskan dan hadapi bersama" kataku seraya menggenggam tangannya lalu berjalan melangkah berdampingan.

Kulihat punggung pria mengenakan seragam dinas, aku masih bersukur camerku bukan satpol pp dan juga tadi kami tak melakukannya di kamar kosan, coba ya pasti tadi kami digrebek langsung di tempat. Dipastikan besok pagi masuk koran atau berita kriminal!

"Ayahhh" teriak ana dengan berlari sehingga akupun juga berlari karna tangan kami yang bergandengan, aku tahu ana sangat merindukan ayahnya.

Mendengar suara ana, pria itu berdiri membalikkan badan. Ya Tuhan... seorang pria yang berkarisma dan terlihat muda,  Satu hal yang kubanggakan dari diriku yang tak kalah darinya yaitu mengenai ketampanan jelas tetap tampan aku. Mengenai tubuhnya dan tubuhku okelah bisa dikatakan 1112, beliau memang duren alias duda keren.

Ana spontan melepas genggamanku untuk memeluk ayahnya dan seraya memeluk anak gadisnya, pria itu menatapku dengan tatapan bak singa kelaparan yang menemukan mangsanya.

Melepas pelukannya lalu mengecupi seluruh wajah ana,"Med, kamu darimana?" Tanyanya pada ana yang aku heran 'med'.

"Maaf om, saya akan jelaskan tolong jangan marah pada ana" sela ku cepat sebelum ana menjawab.

"Ana duduk! ayah akan bicara 4 mata dengannya" perintah ayahnya langsung dilaksanakan, ana kau memang gadis penurut.

"Om, mungkin lebih baik kita bicara dalam mobil. Bagaimana?" Kataku berusaha tenang dan bijak.

"Baik, kau dahulu" akupun berjalan dahulu lalu membukakan pintu dan aku duduk setelah ayah ana duduk.

"Om, perkenalkan saya putra leksmana pimpinan dimana ana pkl untuk tugas akhirnya" ucapku mengawali perbincangan kaku ini.

"Apakah pkl hingga selarut ini? Apakah memakai baju bebas santai? Apakah harus diantar secara pribadi sedang ana mempunyai kendaraan sendiri?" Cercanya seperti menginterogasi tersangka maling ayam.

Mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Saya mencintai anak om dan saya siap menikahi anak om" ucapku yakin tanpa keraguan, itu yang ada diotakku saat ini menurutku itu jawaban terbaik jikaku serius dengan anaknya.

Pria didepanku ini terdiam dengan tetap menatapku tajam, aku melihat nama pada baju dinasnya kubaca dalam hati EDI SETYANTO. Pandangan mataku turun melihat tangan besar dan kokoh itu mengepal sempurna, oh Tuhan... apakah aku akan mendapat bogem mentah malam ini?

"kau mencintai ana? Kapan kau mengenalnya? Katakan kalian darimana hingga pulang selarut ini?" Interogasinya lagi setelah 10 menit terdiam menatapku.

"Saya sungguh mencintai segala yang ada pada ana baik kekurangannya maupun kelebihannya, saya jatuh hati padanya sejak pertama bertemu awal bulan ini" terangku. " kami tadi keluar makan lalu saat akan pulang ana  meminta minum susu sapi di depan lapangan glempang dan sambil minum susu kami mengobrol cukup lama" ucapku lagi dan yang terakhir aku berbohong sebenarnya aku minum susu anakmu bukan susu sapi, maaf ayah camer.

"Berikan saya alasan kenapa saya harus menerima dan menyetujuimu sebagai pendamping ana?" Tedasnya dan mungkin ini pertanyaan akhir juga inti diterima tidaknya diriku.

"Saya pria siap menanggung dan menjawab, jika anda meminta detik inipun saya siap menikahi ana" ucapku mantap, terbesit pemikiran untuk menghubungi papa mama nanti. Jarang sekali ayah ana berada di jawa, kesempatan langka harus dipergunakan semaksimal mungkin.

Tuhan...kumohon tolong aku, sungguh aku tak ingin kehilangan ana. Aku sadar aku umat-Mu yang tak rajin beribadah, solat 5 waktupun bolong-bolong.

Mengurangi atsmosfir ketegangan, kualihkan pandangan pada anaku. Kasihan sekali ia terlihat kedinginan, ia hanya memakai piyama dan cardigan tipis.

"Ehhhmmm" deheman ayah ana membuatku memalingkan pandanganku.

"Ayo kita turun!" katanya juga perintahnya, ya Tuhan... ayah wanitaku ini seakan tak menanggapi semua jawabanku tadi. Aku yang biasanya bak harimau tapi dihadapan ayah wanitaku, kini harimau telah bertransformasi menjadi domba yang hanya bisa mengembe sesekali.

Jika aku adalah duta sheila on 7, terbaiknya aku bersenandung...

Bapak-bapak kucinta anakmu
Jangan kau halangi aku
Bapak-bapak cobalah mengerti anakmu cinta padaku
Bapak-bapak pasti ingin yang terbaik
Jadi pemimpin anakmu
Bapak-bapak ijinkanku berlari tuk raih buah hatimu
Aku pria seperti dirimu
Suatu waktu butuh pendamping hidup
Yang kan tenteramkan hati selalu
Kan kucinta anakmu selamanya
Biarlah waktu yang kan tunjukkan
Bapak-bapak bersiap sajalah
Tuk lepas buah hatimu
Duniaku lain duniamu
Aku juga tahu
Jangan coba belokkan arti cinta
Yang Tuhan t'lah ciptakan

Tbc

Terima kasih untuk apresiasi kalian readers setiaku pada cerita yang murni terlahir dari imaginasiku, without u i'm nothing.

Terima kasihku juga untuk kalian yang telah follow aku, memberikan vote juga comment dan maaf jika tak ku balas satu per satu

Please vote... please comment

I Love U BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang