chapter 9

19.9K 633 21
                                    

Ana pov

Hari telah pagi jam diatas nakas menunjuk pukul 05.15, aku masih berkubang pada lumpur berbahan dasar air mata, malu, amarah dan gairah. Aku kehilangan kendali layaknya bumi keluar dari porosnya, aku mempermalukan diriku sendiri dan teganya dia menginjak harga diriku dengan menerima lalu menolak perilaku liarku akibat gairah yang sangat menyiksa. Oh! Baru kusadari dia adalah candu, sentuhannya candu dan bercinta dengannya candu. Yah mungkin jikaku adalah perokok maka nikotin adalah gairah dan dia adalah pabrik rokok yang tanpa rasa dosa membuat rokok dalam jumlah tak terhitung sehingga perokok kecanduan terus-menerus tiada henti.

Mataku sangat lelah sedari dini hari tadi menangis, sebaiknya aku mandi keramas agar tubuh dan kepalaku segar.

Aku tak mau ayahku bertanya-tanya dengan keadaanku yang kini pasti sangat berantakan.

Mengangkat tubuh dari ranjang lalu berdiri berjalan menuju kamar mandi, oh Tuhan pintu kamar mandi rusak akibat dobrakannya tadi setelah aku masuk kamar mandi, menguncinya dan menghiraukan panggilannya juga ketukannya pada pintu. Kuakui aku suka dengan ketidakwarasannya mendobrak pintu ini, menunjukan dia bersunguh-sungguh dengan hubungan ini. Setelah memelukku dan menjelaskan alasannya, aku tahu aku salah tetapi aku benar!

Sudahlah, aku harus mengunci pintu kamar sebelum mandi karna aku tak mau dia masuk saatku mandi dengan pintu kamar mandi rusak begini. Walaupun aku telah memaafkannya tadi tetapi aku masih marah padanya. Wajar bukan?

--

Berdiriku di depan sofa dimana seorang pria tertidur pulas dengan memeluk guling berbentuk garfield. Itu garfieldku. padahal biasanya jam segini dia sedang jogging.

Menepuk-nepuk lengannya "mas bangun.. mas bangun" ya ampun dia tak bangun-bangun, semarah-marahnyaku tak ingin dia terkesan malas didepan ayahku. Untung saja ayahkupun belum keluar kamar.

Membungkukkan tubuhku,"Masssss bangunnnn" teriakku pelan panjang tepat dilubang telinganya.

Matanya mengerjap sepertinya masih mengantuk lalu menoleh padaku yang berada disamping kirinya, "pagi sayang".

"Bangunlah, aku akan keatas ke kamar ayah" kataku ketus sambil membalikkan tubuh akan berjalan menuju tangga lantai 2.

Selama ini aku jarang ke lantai 2, mungkin baru ke 3 kali ini.

Tok. Tok. Tokkk

"Ayah sudah setengah 7" kataku setengah berteriak.

"Masuk med"

Membuka pintu dan terlihat ayah baru saja selesai mandi, handuk melilit pada pinggang hingga lutut.

"Aku kira ayah belum bangun"

"Tidak mungkinlah"

"Sekarang ayah pakai baju dan kubuatkan kopi, mau aku antar kesini?"

"Nanti ayah turun saja" jawabnya sambil membuka tas mengambil baju. "O ya putra sudah bangun?" Ucapnya lagi.

"Oke, putra sudah kok. Aku turun dulu ya yah" ucapku masih memegang handle pintu.

"Buat kopi yang enak untukku juga putra, belajar melayaninya dia pria yang baik" aku tak menjawab apapun, langsung kututup pintu lalu berjalan menuruni tangga. Di ruang tengah putra tak terlihat mungkin sedang mandi, aku langsung ke dapur.

"Yang, aku jogging dulu ya" suaranya mengagetkanku, kutolehkan kepala terlihat dia sudah memakai kaos tanpa lengan berwarna abu-abu, celana pendek warna hitam dan bersepatu adidas.

"Minum dulu kopinya nih" kataku seraya memberikan kopi padanya. "Kemarin aku baca artikel di internet, minum kopi sebelum olahraga bagus loh" kataku lagi.

I Love U BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang