part 4

3.2K 284 9
                                    

"Selamat malam pak adrian reylan guanno"

"Selamat malam" balas adrian seadanya seraya menerima jabat tangan dari sang menteri pertahanan.

"Selamat atas keberhasilan anda. Bukan hanya kantor pusat, tapi negara ini juga mendapat pujian dari kepolisian internasional"

Adrian tersenyum menanggapinya.
"Jika tanpa yang lain juga mungkin dia juga tidak akan tertangkap"

"Tapi bagaimanapun anda sudah sangat berani mengambil resiko untuk menangkap andrew lim"

"Saya anggap itu pujian" adrian tersenyum, membuat gadis yg ada disampingnya sempat terkesima sesaat.

Adrian memutar kepalanya kesamping, menghadap nara.
Secepat cahaya nara mengalihkan tatapannya menjadi lurus kearah depan.

Pria itu tersenyum menyadari pipi nara yg telah berubah warna menjadi merah padam.
Ia semakin mengeratkan genggamanya ditangan gadis itu.

"Jadi, siapa gadis cantik yg anda bawa ini?"

"Nara" nara menyebutkan namanya setelah menerima jabat tangan dari sang menteri.

"Dia tunangan saya" adrian mengucapkan tanpa beban.

"Pantas saja kalian terlihat sangat cocok malam ini"

"Terimakasih" adrian tersenyum dan pamit untuk menemui sang pemilik acara.

Nara tersenyum kikuk saja, antara malu dan kesal.

***

"Gue mau ketoilet" nara mencoba melepaskan genggaman tangan mereka, yg sedari awal mereka masuk tak pernah dilepas oleh adrian.

Adrian menghela nafasnya berat.
"Kakak antar"

Nara membelalakkan matanya
"Aku bisa pergi sendiri kak" rengek nara yg sedari tadi memang kesal karena adrian yg selalu mengekangnya.

"Yasudah hati-hati" adrian melepaskan genggaman tangannya dengan nara sedikit tak rela.

"Apalagi?" Nara mendecak kesal karna lagi-lagi tangannya ditahan oleh adrian.

"Lima menit belum kembali, kakak akan menyusul"

Nara membalikan tubuhnya dan secepat kilat meninggalkan adrian dengan langkah yang menghentak-hentak kesal.
Sedangkan adrian hanya senyum-senyum melihat tingkah gadis itu
***

Dup!
Bunyi pintu toilet ditutup membuat nara menoleh sekilas.

Tetapi sedetik kemudian, nara menghentikan gerakan mencuci tangannya seketika.
Bulunya meremang, membuat keringat dingin mulai keluar dari tengkuknya.

Bagaimana bisa seorang pria masuk kedalam toilet perempuan? Apa dia salah masuk? Atau tidak bisa membaca?

"Selamat malam nona sahira"
Tubuh nara semakin menegang mendengar namanya disebut.

Nara masih berusaha menutupi kegugupannya dengan mencoba tenang. Ia mematikan keran air dan menarik beberapa lembar tisu untuk membersihkan tangannya.

"Kau tidak bisa membaca tuan? Ini toilet perempuan bukan laki-laki"

"Wah, kau jadi tambah cantik saat wajahmu kesal. Pantas saja polisi bodoh itu begitu menggilaimu" pria itu tersenyun sinis

"Siapa yg kau sebut polisi gila?" Entah kenapa nara merasa kesal saat arah pembicaraan pria itu mengarah pada adrian.

"Siapa lagi jika bukan pria yg datang bersamamu kesini"
Pria itu melangkah maju kearah nara, membuat nara harus memundurkan langkahnya juga.

Sial! Pinggang gadis itu sudah mulai menyentuh pinggir washtafel, tidak ada ruang lagi untuk mundur.

My Police Man (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang