part 1

8.6K 402 14
                                    

Takk!

"Aish" terdengar suara ringisan yg bercampur kejengkelan.
Pria itu lantas terbangun dan mendelik mencari orang yang dengan beraninya memukul kepalanya saat dia sebentar lagi masuk kedalam alam mimpinya.

Namun niat nya itu ia urungkan saat matanya beradu pandang dengan mata hazel berwarna hitam pekat yg tengah menatapnya tajam tersebut.

"Kau memilih turun jabatan, atau skor bintangmu dikurangi?" Suara itu terdengar dingin dan menakutkan bagi siapapun yg mendengarnya.

Pria itu terbelalak!
Oh god! Itu pilihan sama saja. Jika dia memilih skor bintangnya dikurangi maka dia juga akan tetap turun jabatan.

"A-aku aku minta maaf pak sungguh aku tak akan mengulanginya" suara pria itu terdengar bergetar

"Aku menyuruhmu memilih" skakmat! Sebuah perintah yg tak bisa terbantahkan.

Pria yg menjadi lawan bicaranya tadi melemaskan bahu lelah, tak tau harus bagaimana

"Baiklah kurangi skor bintang"

"Pilihan yg bagus" pria bermata hitam pekat tersebut pergi meninggalkan sang bawahannya dengan langkah tegap dan wajah dingin yg masih setia.

****

Nara sahira, gadis itu melemparkan ponselnya begitu saja saat membaca pesan yg baru saja masuk ke nomornya.

To: nara
From: adrian

Kau sudah pulang?

"Dasar" dengus naya pelan sambil kembali melanjutkan bacaannya yg sempat tertunda.

Drrt drrt
Ponsel gadis itu bergetar lagi.
Dengan malas gadis itu mengambilnya lagi.

To: nara
From: adrian

Kau sudah makan?

"Yakk, kenapa dia selalu menggangguku" gadis itu tampak kesal dengan sang pengirim pesan yg tak henti hentinya menanyakan keadaannya

Drrt drrtt

To: nara
From: adrian

Aku akan kerumahmu malam ini, ada titipan dari acha untuk mu.

Gadia jtu membalasnya dengan cepat

To: adrian
From: nara

Tidak bisa, aku ada les malam ini.

Drrt drrt

To: nara
From:adrian

Kau les juga pada malam libur? Aku tidak menerima penolakan.

"Yakk! Dasar orang gila!" Teriak nara dari dalam kamarnya seperti orang kerasukan.

"Yakk nara! Kaulah orang gilanya!" Terdengar teriakan wanita paruh baya dari arah dapur yang tak kalah kencang.

"Maaf ma" balas nara sedikit memelankan suaranya.

***
Piyama yang kusut, rambut berantakan, serta earphone yang menggantung manis ditelinga gadis itu menjadi pemandangan yang mengerikan bagi siapapun yang melihatnya. Ditambah dengan muka ditekuk dan bibir tak henti-hentinya mengumpat membuat siapapun sangat takut untuk mengganggunya.

Namun tidak bagi pria yang ada didepannya ini, ia malah tersenyum melihat penampilan gadis itu. Berbeda dengan kebanyakan gadis yg sering ditemuinya, yang apabila ia sapa malah sibuk merapikan rambut dan membenahi make up.
Gadis itu tampak masih cantik walaupun dengan keadaan berantakan dan tanpa make up.

"Sudah kubilang jangan kesini!" Bentak nara kesal.

"Boleh aku masuk?"
Gadis itu membelalak, mendengar pertanyaan dari sang lawan bicara.

"Tidak" balas nara tegas.

"Nara siapa yang datang? Dasar anak tidak sopan, ajak tamu mu masuk bodoh" terdengar suara sang mama dari arah dalam rumah.

"Hanya petugas JNE ma, sebentar lagi dia pula- yakkk!" Teriakan nara terhenti kala sang lawan bicara sudah lebih dulu masuk tanpa dipersilahkannya.

"Selamat malam tante" adrian menunduk sopan kepada nyonya freedy.

"Ah adrian, ada apa malam-malam begini? Tidak biasanya, ayo duduk" wajah nyonya freedy tampak berbinar melihat kedatangan adrian.

"Tante buatkan minum dulu yah" nyonya freedy tak henti-hentinya tersenyum. Namun saat dia berbalik dan matanya bertemu dengan sang anak, matanya menajam.

"Yakk kepala kepolisian kau bilang petugas JNE? Adrian bisa saja menuntut mu dengan pasal perbuatan tidak menyenangkan!" Teriak nyonya freedy, ibu dari nara kesal.

Nara semakin menekuk wajahnya kesal.

"Duduk disini dan temani adrian"

"Aku tidak ma-"

"Duduk disini sayang" ucapan nyonya freedy penuh akan penekanan

****
"Ini minumannya, tante tinggal dulu yah"

"Iya tante" adrian membalas tersenyum sopan pada nyonya freedy.

"Kau mau kemana?" Tanya nyonya freedy saat melihat nara berdiri.

"Tidur" jawab nara asal

"Kau melupakan tamu mu sayang, duduklah dan temani dia bicara" nyonya freedy mendelik kesal melihat kelakuan sang anak yang secara terang-terangan menolak orang yang ada didepannya tersebut.

"Baiklah, baiklah" nara duduk kembali dan mulai memainkan ponselnya.

Sepeninggal nyonya freedy kecanggungan meliputi atmosfer disekitar keduanya.

Adrian menarik earphone yang masih menggantung ditelinga nara, membuat gadis itu mendelik sebal.

"Aku ingin bicara dengan mu, bukan melihat mu hanya bermain ponsel" ucap adrian cepat saat nara akan memakainya lagi.

Nara menghembuskan nafanya berat "baiklah apa?" Gadis itu melepaskan kedua earphone yang masih menggantung ditelinganya.

"Ini ada titipan dari acha sewaktu dia liburan kemarin," adrian menyodorkan paperbag yang sedari tadi ia pegang.

Nara mengerutkan dahinya
"Kenapa ga dia aja?" Tanya nara bingung

"Ah atau ini hanya akal-akalan mu saja supaya bertemu dengan ku?" Selidik nara asal.

Skakmat! Benar sekali, bisa saja adiknya memberikannya saat sudah mulai kembali kesekolah lagi. Tapi entahlah tadi siang ia sendiri yang kekeuh ingin dirinya yang mengantarkan oleh-oleh dari sang adik yang kemarin berlibur ke maladewa.

"Tidak, acha sakit sepulang dari berlibur. jadi ini belum bisa diberikannya secara langsung kepadamu" yah setidaknya 50:50, tidak sepenuhnya ia bohong karena memang sang adik kelelahan saat pulang dari sana.

Nara menangguk-anggukkan kepalanya seraya melihat isi dari paper bag tersebut, kemudian menutupnya lagi.

"Sudah?" Nara meletakkan paper bagnya keatas meja yang ada didepannya.

"Apa?" Adrian pura-pura tidak tahu.

"Pulang sekarang juga" terdengar seperti perintah bukan permintaan

"Baiklah-baiklah, aku akan pulang. Selamat malam" adrian mengacak-acak rambut nara pelan. Kemudian mencium puncuk kepala nara sekilas.

Gadis itu mematung.
Kemudian tersadar saat deru mesin mobil menjauhi rumahnya.

"Dasar polisi gila" desis nara kesal.

Tbc,
Vote dan comment sangat diperlukan apa bila cerita ini mau dilanjut, thanks yang udah kesasar kecerita ini.

My Police Man (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang